Pada penciptaannya rampok-rampok parlente yang pernah bersarang di gedung parlemen, eksekutif, dan kantor-kantor birokrasi barangkali tidak dilengkapi urat malu. Bagi mereka malu sekadar mitos, norma tengik bagi peradaban purba. Malu hanya omong kosong maka dari itu penyamun juwama saja menggelanggang di Pemilu.
Kebejatan mudah pudar disapu waktu. Para penyamun dahulu diserapah namun karena pandai membuai kini ia menjelma manusia tanpa salah. Lisan yang melenakan memikat hamba baru: lugu insan-insan. Pencurian hanya omong kosong bagi masyarakat yang permisif. Maka dari itu para rampok bebas saja melanggeng di Pemilu.
Penyamun putus urat malu. Merebut kembali singgasana yang sempat hilang.
VIII/I/MMXX