ᴖᴥᴖ ᴖᴥᴖ ᴖᴥᴖ
''Daniel—bangun!,'' lengan kekar itu di gerak-gerakkan dengan cepat, namun si empunya tetap terpejam.
''Kalau tidak bangun dalam hitungan ke lima, tidak ada jatah sarapan''
''Satu''
''Dua''
''Tiga''
Dia menjeda sebentar.
''Empat''
''Lima''
Sampai hitungan ke lima, laki-laki berusia 19 tahun yang terbaring di ranjang itu tidak kunjung bangun.
''Baiklah, itu pilihanmu,'' baru satu langkah dia menjauh dari ranjang, tubuhnya tersentak ke belakang dan berakhir menindih tubuh Daniel.
''DANIEL,'' bentaknya marah. Tangannya yang kurus mencoba melepaskan sepasang lengan yang melingkari perutnya.
''Tidak usah berteriak Pa, telingaku sakit''
''Lepaskan, kemeja Papa kusut''
''Tidak mau,'' Daniel berucap dengan mata yang kembali terpejam.
''Kamu ada kuliah pagi, mandilah, Papa ke kantor pagi,'' ucapnya malas. Percuma melawan tenaga anaknya yang rutin berolahraga, pasti kalah.
''Bisa tidak Pa, kalau aku langsung menjadi CEO tanpa harus kuliah? Aku malas''
''Tidak Daniel, kuliah itu penting. Kamu harus bertemu banyak orang, memahami sifat mereka supaya kamu bisa memahami sifat karyawanmu nanti''
''Hanya itu?,'' tanya Daniel lagi lalu membuka matanya. Dengan sekali gerakan ke kiri, tubuh Seongwoo—Papanya berada di depannya. Dia memeluk tubuh kurus itu dari belakang. Nyaman. Dan Daniel menyukai aktivitas yang ini—memeluk tubuh Papanya.
''Tentu tidak, masih banyak hal yang di dapat dari bangku perkuliahan, tetapi Papa tidak berniat memberikan ceramah gratis untukmu pagi ini''
Daniel reflek terkekeh dan mengendus leher Seongwoo.
''Papa ganti parfum?''
''Hmm''
''Aku tidak suka baunya, jangan di pakai lagi''
''Baiklah, cepat mandi beruang. Papa lapar''
''Berikan aku ciuman selamat pagi dulu baru aku mandi''
Seongwoo menggeram marah. Harus sampai kapan dia tunduk pada perintah anak satu-satunya itu? Sungguh, ingin sekali dia mengumpat.
''Tidak Daniel, mandi dulu baru Papa cium''
''Aku maunya sekarang Pa bukan nanti''
Lihat kan? Bagaimana caranya Seongwoo melawan perintah Daniel?
Laki-laki berbibir tipis itu menghela nafasnya. Dia berbalik dan menatap Daniel yang tengah tersenyum.
''Apa aku perlu menutup mata?,'' alisnya bergerak naik-turun mencoba menggoda Papanya.
''Ciumlah laki-laki atau perempuan lain, jangan Papa terus,'' Seongwoo memejamkan matanya dan menempelkan bibirnya pada bibir Daniel. Melumatnya sebentar lalu dia menjauhkan wajahnya. Di tatapnya lagi anak laki-lakinya itu yang tengah menatapnya lembut.
''Papa harus tau, kalau Papa adalah orang yang selalu ingin aku cium''
cup
Daniel mencuri satu kecupan di bibir Papanya lalu beranjak dari ranjang,'' Papa tidak berniat memandikanku kan?''
Seongwoo hanya memutar bola matanya malas,'' tidak, terima kasih.''
Daniel kembali terkekeh dan melepas kaos polosnya di hadapan Seongwoo,'' otot perutku bagus kan Pa? tidak ingin menyentuh?''
''Tidak, Papa juga punya,'' Seongwoo beranjak dari berbaringnya dan melangkah santai. Meninggalkan Daniel dengan rasa kecewa yang mendalam.
''Kapan Papa melihatku bukan sebagai anak?''
ᴖᴥᴖ ᴖᴥᴖ ᴖᴥᴖ
TBC