7 (Keputusan)

1K 143 3
                                    

ᴖᴥᴖ ᴖᴥᴖ ᴖᴥᴖ

''Aku panggilkan Dokter ya Woo?,'' tanya Minhyun setelah menempelkan plester penurun demam di dahi Seongwoo. Sepulang kerja dia sengaja mampir ke rumah temannya itu karena di minta membawakan obat dan makanan.

''Tidak usah, besok juga sembuh''

''Kamu demam bukan karena rindu pada anakmu kan?,'' Minhyun menaik-turunkan alisnya menggoda Seongwoo.

''Tidak sialan,'' dia kesal dan melempar Minhyun dengan bantal sofa.

''Wek, tidak kena,'' Minhyun menjulurkan lidahnya setelah berhasil menangkap bantal yang di lempar Seongwoo ke arahnya.

''Untung aku sedang tidak bertenaga, kamu bebas dari pukulanku Hwang Minhyun,'' gerutunya dan dia semakin kesal.

''Hei, tidak usah marah. Aku kan bercanda''

''Bercanda pantatmu''

''Awww—pantatku hanya milik Hyunbin''

''MINHYUN,'' teriaknya dan membuat Minhyun tertawa kencang.

''HAHAHAHA—aduh perutku sakit. Ngomong-ngomong Jaehyun tidak menjengukmu?''

''Sudah tadi pagi''

''Oh, kalau Daniel?,'' Minhyun bertanya sembari menahan tawanya.

''Aku menginap di apartemennya semalam''

''WAH, BENARKAH?,'' tanya laki-laki bermata rubah itu. Sangat heboh.

''Hmm''

''Lalu apa yang terjadi?,'' Minhyun sengaja menggeser posisi duduknya supaya berdekatan dengan Seongwoo.

''Maksudmu?''

''Kalian tidak berhubungan badan?''

''ASTAGA,'' Seongwoo dengan sisa-sisa tenaganya memukuli lengan Minhyun berkali-kali.

''Aw—cukup, sakit Seongwoo''

bugh bugh bugh

Tiga pukulan terakhir yang terasa menyakitkan,'' aku akan mengadu pada Hyunbin kalau kamu memukulku.'' Minhyun mengerucutkan bibirnya kesal. ''Dasar pembohong, katanya tidak akan memukul.''

''Salahkan mulut sialanmu itu''

''Aku kan hanya bertanya, salahnya di mana coba?''

Seongwoo memutar bola matanya malas lalu mengambil segelas air putih dan meminumnya. Dia juga memakan sepotong brownies cokelat yang di bawa Minhyun.

''Woo, sekali lagi ya aku bertanya''

''Tidak boleh,'' jawab Seongwoo sembari mengunyah brownies.

''Aku akan tetap bertanya. Kamu benar tidak menaruh perasaan lebih pada Daniel?''

''Aku tidak bisa menjawab pertanyaanmu, maaf''

''Ayolah Woo, aku kan temanmu, berbagi sedikit rahasia tidak ada salahnya kok''

''Aku baru menyadarinya akhir-akhir ini dan ya—aku menaruh perasaan lebih pada anakku,'' lirih Seongwoo lalu kembali meminum air putihnya.

''Serius, kamu baru menyadarinya akhir-akhir ini?''

Seongwoo mengangguk,'' dan aku langsung mengambil keputusan untuk menjauhi Daniel.''

''Hah? Maksudnya?,'' Minhyun mengernyitkan dahinya bingung. Dia yang penasaran mengubah posisi duduknya menjadi menghadap Seongwoo.

''Aku ingin Daniel berhenti mencintaiku dan sebagai orang tua yang membesarkannya, aku berharap Daniel mendapatkan pasangan yang pantas dan aku merasa tidak pantas untuk menjadi pasangannya''

''Tidak pantas dalam hal apa?''

''Banyak hal. Selain statusku sebagai Papanya, aku merasa jika aku terlalu tua untuknya. Juga, aku tidak memiliki sesuatu untuk dia banggakan Hyun. Entahlah, ketika aku semakin memikirkan diriku, aku merasa semakin kecil jika di bandingkan dengan Daniel''

''Kamu membuang waktumu untuk memikirkan hal yang tidak berguna. Sayang sekali,'' Minhyun mencibir.

''Tolong pahami aku Hyun, posisiku serba salah. Setengah hatiku menginginkan untuk terus di cintai Daniel dan setengah hatiku menginginkan untuk menjauhi Daniel''

''Bodoh sekali kamu mengambil keputusan untuk menjauh,'' Minhyun mencibir lagi.

''Terserah apa katamu. Aku tidak akan marah di katai bodoh olehmu''

''Aku harap kamu tidak menyesali keputusanmu untuk menjauhi Daniel''

''Aku harap begitu. Ngomong-ngomong Daniel sudah punya pacar—cantik dan terlihat berkelas. Dia juga mandiri,'' ucap Seongwoo sembari mengingat sosok Eunha yang di temuinya semalam.

''Apa kamu baik-baik saja setelah tahu kalau Daniel berpacaran?''

''Setengah hatiku baik-baik saja dan setengahnya lagi tidak''

Minhyun memijit pelan pangkal hidungnya,'' tidak bisakah kamu lebih berani dalam mengambil keputusan?''

''Ini keputusan terbaik dari yang terbaik Minhyun. Bukan masalah berani atau tidak berani,'' Seongwoo meninggikan nada bicaranya.

''Ternyata kamu sepengecut ini,'' Minhyun menghela nafasnya dan kembali melanjutkan ucapannya,'' ini masalah hati, ketika kamu terluka, tidak ada obat penawarnya Seongwoo.''

''Aku tahu dan aku memilih terluka untuk kebahagiaan Daniel''

''Belum tentu Daniel bahagia dengan pilihanmu''

Seongwoo terpaku sesaat mendengar ucapan ketus temannya itu. Lalu dia tersenyum,'' Daniel pasti bahagia karena aku berdoa pada Tuhan dan memohon kebahagiaan untuknya setiap hari.''

Mendengar ucapan Seongwoo membuat Minhyun menepuk pelan pundak temannya itu lalu memberikan pelukan hangatnya.

''Tuhan, keputusanku sudah benar kan?''

ᴖᴥᴖ ᴖᴥᴖ ᴖᴥᴖ

TBC

Papa | OngnielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang