ᴖᴥᴖ ᴖᴥᴖ ᴖᴥᴖ
Dia sudah di ruang makan. Menikmati roti panggang keju di temani secangkir kopi hitam dan tayangan video lucu di ponselnya. Sesekali dia tertawa hanya karena banyolan bodoh atau adegan konyol. Mimik wajah orang-orang yang ada di video itu juga menghibur. Semua ini menyenangkan hati Seongwoo sebelum kedatangan Daniel merusak suasana paginya saat ini.
''Pa, kemeja kesayanganku di mana? Kok di lemari tidak ada? Papa yang pakai kan?,'' tuduh Daniel membuatnya emosi. Tidak bisa kah anak laki-lakinya ini mengenakan kaos? Atau dia sengaja memamerkan otot perut yang terbentuk sempurna itu? Sungguh, Seongwoo iri dengan bentuk tubuh Daniel apalagi otot perutnya.
Seongwoo langsung menyandarkan punggungnya pada kursi dan menyilangkan kedua tangannya di depan dada, pertanda kesal. Matanya menatap tajam Daniel yang berdiri tidak jauh darinya,'' tidak sopan sekali bertelanjang dada di ruang makan?''
Daniel diam. Matanya melirik roti panggang keju di meja. Seongwoo yang melihat itu langsung menarik piring berisi lima lembar roti panggang keju dan meletakkan di kursi sampingnya,'' tidak ada jatah sarapan untukmu beruang dan Papa tidak pernah sekali pun mengenakan pakaian milikmu.''
''Yasudah, tidak usah marah, nanti cepat keriput,'' bukannya pergi, Daniel justru duduk. Memandangi wajah Papanya yang kesal.
''Pakai baju sana, nanti masuk angin''
''Tidak akan masuk angin Pa. Oh iya, kemeja yang Papa gunakan kali ini lebih cantik warnanya dari yang tadi,'' Daniel menyeringai sembari menopang dagunya. Terlihat jelas wajah si Papa yang terkejut.
''Papa tidak butuh komentarmu''
''Aku hanya ingin berkomentar dan juga Papa terlihat semakin manis mengenakan kemeja berwarna biru muda. Nanti aku belikan kemeja yang warnanya seperti itu''
''Tidak usah, lebih baik uangmu di tabung,'' Seongwoo menyesap kopinya yang tinggal separuh dan memakan roti panggang yang di buatnya tadi.
''Tenang Pa, aku rajin menabung kok''
''Bagus,'' ucapnya sembari mengunyah roti.
''Ngomong-ngomong uang yang aku tabung itu untuk persiapan biaya menikah dan bulan madu''
Seongwoo langsung tersedak roti begitu mendengar ucapan Daniel.
''Astaga Pa, pelan-pelan,'' Daniel menuangkan air putih pada gelas dan memberikannya pada Seongwoo.
''Jadi, dalam waktu dekat kamu akan menikah? Mana calonmu? Papa tidak pernah lihat?,'' tanyanya beruntun setelah meneguk habis satu gelas air putih.
''Calonku masih belum jatuh cinta padaku, padahal kami sudah mengenal dalam waktu yang lama,'' Daniel mendesah kecewa dan menatap Seongwoo yang mengernyit bingung.
''Laki-laki atau perempuan?,'' tanyanya penasaran.
''Laki-laki''
''Wajahnya cantik atau manis? Kenal dari kapan?,'' tiba-tiba Seongwoo antusias menanyai perihal calon Daniel.
''Dua-duanya. Di satu waktu terkadang terlihat cantik, di satu waktu terkadang terlihat manis. Intinya kenal sudah lama''
''Kalau begitu cepat kenalkan pada Papa''
''Tidak mau''
''Kenapa?''
''Malas''
Seongwoo mendengus,'' kalau begitu berusahalah, buat dia jatuh cinta padamu.''
''Aku sudah berusaha Pa, tapi sepertinya dia tidak menganggapku lebih''
''Kamu sudah melakukan apa saja memang?''
''Banyak, tidak terhitung jumlahnya. Tapi yang paling sering—aku memberikan pelukan, kecupan, ciuman, meneleponnya dan mengirim banyak chat''
''Jadi kalian sudah sedekat itu?''
''Ya—begitulah, ngomong-ngomong aku sudah terlambat Pa. Kita akhiri sesi tanya-jawabnya sampai sini dulu ya,'' Daniel beranjak dari duduknya dan mendekati Seongwoo. Dia merendahkan tubuhnya dan segera menarik dagu Seongwoo. Memberikan ciuman basah pada si Papa yang terlihat meronta.
''Ini salahmu Pa karena tidak memberikan roti panggang keju padaku. Ternyata enak, mengecap rasa roti dan kopi dari lidah Papa''
Wajah Seongwoo memerah. Campuran antara marah dan merona. Lagi-lagi dia kalah. Tubuhnya kaku dan lidahnya mendadak kelu.
''Semoga hari Papa menyenangkan''
cup
Daniel menyempatkan mengecup kening Seongwoo lalu berjalan meninggalkan si Papa dengan perasaan yang tidak menentu.
''Aku harus bagaimana? Haruskah aku menikah lagi?''
ᴖᴥᴖ ᴖᴥᴖ ᴖᴥᴖ
TBC