3 (Flashback)

1.3K 167 6
                                    

ᴖᴥᴖ ᴖᴥᴖ ᴖᴥᴖ

''Daniel, mulai sekarang panggil kami dengan sebutan Daddy dan Papa ya, mengerti?''

Yang di tanya mengangguk semangat dan menghambur memeluk sepasang laki-laki di hadapannya satu per satu.

''Terima kasih Daddy, terima kasih Papa, aku menyayangi kalian,'' ucap Daniel kecil sembari tersenyum lebar.

.

.

.

Bunyi alarm di ponsel miliknya memaksanya bangun dari mimpi indahnya. Dia mendengus sebal dan mengusap sudut-sudut matanya yang berair. Dia menangis.

''Daddy aku merindukanmu,'' ucapnya lirih. Dia menyibak selimut yang menutupi sebagian tubuhnya, lalu beranjak dari berbaringnya. Duduk sebentar dan mengambil ponsel di nakas lalu mematikan alarmnya.

''Sialan, jadi baru jam dua pagi?,'' umpatnya kesal. Rupanya dia salah mengatur waktu pada alarm ponselnya.

Terlalu malas untuk tidur lagi, Daniel berjalan keluar kamar menuju dapur. Namun, ketika melewati kamar Papanya yang berada di lantai satu dekat ruang TV, dia mendengar suara orang menangis. Buru-buru Daniel mendekati pintu kamar Papanya dan tanpa mengetuk, langsung membukanya.

''Ketuk pintu dulu bisa tidak sih?,'' omel Seongwoo yang sedang menonton film.

''Aku kira Papa menangis, makanya aku buru-buru membuka pintu tanpa mengetuk dulu''

Seongwoo memutar bola matanya malas dan menyuapkan popcorn keju ke dalam mulutnya. Melanjutkan menonton film dan mengabaikan Daniel. Jadi, yang menangis itu bukan Seongwoo tapi orang yang ada di film.

''Paaaaa''

''Apasih?,'' tanyanya kesal. Mau tidak mau dia menatap Daniel yang masih berdiri di dekat pintu kamarnya.

''Aku rindu Daddy, kapan kita ke Belanda?''

Pertanyaan anak laki-lakinya itu membuatnya terdiam cukup lama,'' entah, Papa sibuk dan belum mengatur waktu untuk berlibur.''

''Jahat,'' Daniel mencebikkan bibirnya dan menutup pintu kamar Seongwoo. Dia berjalan mendekati Papanya yang duduk di ranjang.

''Tumben merindukan Daddy''

''Aku baru saja memimpikan Daddy''

''Mimpi seperti apa?,'' Seongwoo tertarik. Dia meletakkan kotak popcornnya ke nakas dan mengubah posisi duduknya menghadap Daniel. Mengabaikan film yang sedang di tayangkan salah satu stasiun TV.

''Mimpi waktu pertama kali aku memanggil kalian dengan sebutan Daddy dan Papa''

''Ah waktu itu—sudah lama ya,'' Seongwoo menatap Daniel—anak kecil berusia lima tahun yang dia adopsi bersama David—mendiang suaminya. Di tangkupnya kedua pipi Daniel dan di usapnya lembut. Bolehkan dia berbangga diri karena bisa membesarkan Daniel sampai umur 19 tahun?

''Sudah Pa, empat belas tahun berlalu begitu cepat ya?''

Seongwoo mengangguk dan mengusak surai Daniel yang berantakan,'' dulu kamu pendek, gendut, banyak makan, haha.''

Daniel tersenyum dan menggenggam tangan Seongwoo yang mengusak surai hitamnya lalu di kecup lembut,'' terima kasih ya Pa sudah membesarkanku.''

''Tidak usah berterima kasih, itu kan kewajiban orang tua untuk membesarkan anak''

''Aku penasaran, dari sekian anak yang ada di Panti mengapa Papa dan Daddy memilihku untuk di adopsi?''

''Itu karena kamu cerewet, tidak bisa diam, gendut, pipimu tembam. Papa suka''

Daniel terkekeh, ''sekarang Papa masih menyukaiku kan?''

''Tentu, kalau tidak Papa pasti sudah membuangmu ke jalan''

''Pa, apa Papa tidak ingin menikah lagi? Papa masih muda, baru 37 tahun kan?''

Seongwoo terkekeh. Dia menarik tangannya yang di genggam Daniel,'' Papa tiduran di pahamu ya?''

Daniel mengangguk dan menepuk pahanya. Seongwoo memposisikan kepalanya dengan nyaman di paha anak laki-lakinya itu.

''Pa jawab pertanyaanku''

''Kalau Papa menikah lagi—apa boleh?''

''Tidak''

''Kalau begitu, mengapa bertanya? Dasar beruang,'' Seongwoo kesal dan mencubit paha Daniel membuat si empunya mengaduh kesakitan.

''Hanya basa-basi, lalu mengapa Papa belum tidur?''

''Belum mengantuk''

''Kalau begitu ayo saling berbagi cerita''

''Papa tidak memilik cerita yang menarik untuk di ceritakan''

''Bilang saja tidak ingin bercerita,'' Daniel kesal dan Seongwoo terkekeh.

''Kamu saja, Papa akan mendengarkan''

''Aku mencintai laki-laki berumur 37 tahun,'' ucap Daniel santai. Dari atas, dia mengamati raut wajah Papanya yang terkejut. ''Dia manis, perhatian, pintar memasak, tapi dia tidak pernah menganggapku sebagia laki-laki, aku selalu di anggap anak kecil.''

''Itu calonmu? Yang kamu ceritakan kemarin pagi?,'' Seongwoo mencoba bertanya dengan nada suara yang normal, padahal dia gugup.

''Hmm,'' Daniel menggerakkan satu tangannya untuk mengusap surai Seongwoo.''Menurut Papa, apa yang harus aku lakukan supaya dia jatuh cinta padaku?''

Seongwoo meneguk ludahnya kasar,'' tidak tahu.''

Daniel memaksakan senyumnya dan mengusap pipi Seongwoo,'' tidur ya Pa, aku peluk.''

Seongwoo hanya menganggukkan kepalanya dan mengubah posisi berbaringnya. Kini wajahnya berhadapan dengan dada bidang Daniel.

''Semoga mimpi indah Pa,'' Daniel memeluk tubuh Papanya erat.

''Bukan aku kan orang yang dicintai Daniel?''

ᴖᴥᴖ ᴖᴥᴖ ᴖᴥᴖ

TBC

Papa | OngnielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang