ᴖᴥᴖ ᴖᴥᴖ ᴖᴥᴖ
Pening di kepalanya tidak dia hiraukan. Kaki kurusnya terus melangkah. Mencari-cari sosok yang sangat dia rindukan. Air matanya kembali menetes dan sesak di dadanya kembali dia rasakan. Di sana—sosok itu berdiri memunggunginya. Mengenakan celana training berwarna hitam dan kaos berwarna abu-abu. Entah sedang memandangi apa.
''Daniel,'' gumamnya pelan. Tubuhnya mendadak kaku dan lidahnya terasa kelu ketika sosok itu membalikkan tubuhnya. Dia menatap anak laki-lakinya yang juga menatapnya. Keduanya saling menatap cukup lama. Tidak ada yang berniat untuk bersuara—sekedar menyapa atau menarik sudut bibirnya—sekedar tersenyum paksa.
''Ada ada Papa mendatangi apartemenku?''
Setelah terjadi hening yang cukup lama—Daniel terlebih dulu bersuara. Nada bicaranya sangat datar.
''Rindu,'' lirihnya. Dia tidak yakin kalau Daniel mendengarnya. Mati-matian Seongwoo menahan isakannya walau air matanya terus mengalir begitu deras. Sosok yang dia rindukan berubah menjadi dingin membuat dadanya semakin sesak.
Sosok itu berjalan mendekat. Tatapan matanya menajam,'' aku harap ini terakhir kalinya Papa mendatangi apartemenku.'' Setelahnya, Daniel berjalan melewati Seongwoo begitu saja.
Sakit. Hatinya sungguh sakit di perlakukan seperti ini oleh Daniel. Dia reflek berbalik dan mengejar laki-laki yang sudah tiga bulan tidak di lihatnya. Kakinya melangkah cepat dan tangannya menahan lengan kiri Daniel.
Sosok itu pun berhenti. Tidak menoleh dan tidak bersuara.
''Kamu dari mana?,'' ucapnya dengan suara yang bergetar.
''Bukan urusan Papa untuk tahu aku dari mana,'' lagi-lagi Daniel menjawab dengan suara datarnya.
''Barang-barangmu tidak ada di sini, apa kamu pindah apartemen?,'' dia mencoba untuk bersuara normal, walau terdengar menyedihkan.
''Bukan urusan Papa juga untuk tahu''
''DANIEL,'' teriaknya. Emosinya tidak terkendali. Dia terisak sembari memukuli lengan anaknya.
''Papa tahu Papa salah—hiks, tapi jangan bersikap seperti ini''
Daniel terdiam. Mencoba mengeraskan hatinya.
''Daniel, maafkan Papa,'' lirihnya lagi.
''Aku tidak butuh maaf dari Papa,'' suaranya bergetar.
Seongwoo menghentikan pukulannya di lengan Daniel. Tangan kurusnya menarik Daniel supaya menghadap ke arahnya.
Lagi-lagi mata mereka bertemu pandang. Tangan kanannya terulur untuk mengusap pipi anaknya yang basah.
''Anak laki-laki Papa tidak boleh menangis,'' dia memaksakan senyumnya.
''Anak?,'' Daniel terkekeh. ''Tidak bisakah Papa tidak menganggapku anak?''
Seongwoo menjauhkan tangannya dari pipi Daniel dan dia terdiam.
''Papa harus tahu, sejak empat tahun yang lalu—aku tidak ingin menjadi anak Papa''
Seongwoo tertegun mendengar ucapan Daniel. Jadi selama itu kah Daniel memendam rasa untuknya? Rasa bersalah kembali menyelimuti dirinya.
''Maafkan Papa''
''AKU TIDAK BUTUH MAAF DARI PAPA,'' Daniel hilang kendali—dia berteriak pada Papanya. Dan pertama kalinya Seongwoo merasa takut berhadapan dengan Daniel. Dia terkejut dan reflek memundurkan tubuhnya. Namun Daniel kembali mendekat dan Seongwoo semakin melangkah ke belakang sampai punggungnya menempel pada dinding.
''Apa sekarang Papa takut padaku?,'' Daniel menatap Seongwoo tepat di matanya.
Yang ditanya tidak bersuara, namun air matanya terus mengalir. Kepalanya menunduk takut.
''Aku rindu Papa,'' lirih Daniel.
Seongwoo reflek memeluk tubuh anaknya erat. Menumpukan kepalanya pada bahu laki-laki yang dia rindukan.
Pagi itu, tepatnya di dekat balkon yang berada di lantai dua—mereka menangis bersama sembari memeluk satu sama lain.
''Papa mau mengakui sesuatu padamu,'' ucapnya di sela-sela tangisnya.
''Apa?''
''Papa mencintaimu—lebih dari rasa cinta seorang Papa pada anaknya''
Di balik bahu Seongwoo, Daniel tersenyum,'' ini yang aku butuhkan—pengakuan cinta dari Papa, bukan maaf.''
Seongwoo pun tersenyum. Beban di hatinya seketika terangkat. Dia melepaskan pelukan eratnya di tubuh Daniel,'' kamu hutang banyak penjelasan pada Papa.''
Daniel mengangguk lalu mencuri satu kecupan di bibir Papanya,'' Papa juga hutang banyak penjelasan padaku.''
Seongwoo juga ikut mengangguk dan kembali memeluk Daniel,'' kamu harus tinggal bersama Papa lagi.''
''Iya kucingku''
Seongwoo merona sembari tersenyum lebar.
''Terima kasih Tuhan, beruangku kembali''
ᴖᴥᴖ ᴖᴥᴖ ᴖᴥᴖ
TBC