ᴖᴥᴖ ᴖᴥᴖ ᴖᴥᴖ
''Jadi, kamu bertukar apartemen selama tiga bulan dengan Jaehwan?,'' tanya Seongwoo sembari mendongakkan kepalanya ke atas. Menatap Daniel yang kemudian menganggukkan kepalanya.
''Iya Pa, jadi aku kalah taruhan saat menonton pertandingan bola. Selama tiga bulan ini aku tinggal di apartemen Jaehwan yang letaknya lumayan jauh dari kampus''
''Apa lingkungan apartemennya bagus?,'' tanya Seongwoo lagi sembari mengusap lengan Daniel yang melingkari perutnya. Mereka berbincang di kamar Daniel dengan posisi—Seongwoo yang menyandarkan punggungnya di dada Daniel.
''Lingkungannya bagus, di pinggiran kota jadi tidak terlalu bising''
''Lalu nomor ponselmu? Papa hubungi semalam tapi nomor tidak terdaftar''
Daniel mengecup puncak kepala Seongwoo dan semakin mengeratkan pelukannya,'' maaf, aku sengaja mengganti nomor.''
Seongwoo menghela nafas dan mengambil satu tangan Daniel untuk di kecup,'' Papa semalam panik karena tahu nomor ponselmu sudah tidak bisa di hubungi.''
''Papa marah dan membanting ponsel karena hal itu?''
Seongwoo mengangguk dan Daniel terkekeh,'' aku mengganti nomor ponsel supaya tidak menghubungi Papa dan aku juga menahan diri selama ini untuk tidak menemui Papa, padahal aku sangat rindu.''
''Papa juga menahan diri untuk tidak menghubungimu dan menemuimu, tapi semalam rasa rindu Papa sudah tidak bisa di tahan,'' Seongwoo berucap lirih. Dia malu.
''Kalau begitu kita seharian seperti ini, saling memeluk di kasur. Papa tidak pergi ke kantor dan aku tidak pergi kuliah, bagaimana?''
Yang di tanya mengangguk semangat.
.
.
.
Daniel berdiri di balkon apartemen sembari mendengarkan musik dari ponselnya. Telinganya yang tersumpal earphone, membuatnya tidak menyadari kedatangan Seongwoo sampai sepasang lengan kurus melingkari perutnya. Dia reflek tersenyum.
''Mandinya sudah Pa? Menggunakan air hangat kan?''
Seongwoo mengangguk,'' Papa pakai kaos dan celanamu.''
''Apa tidak kebesaran?,'' tanyanya sembari terkekeh.
''Kaosnya kebesaran, jari-jari Papa tenggelam,'' Seongwoo mencebikkan bibirnya kesal.
''Benarkah?,'' dia membalik tubuhnya dan menatap Papanya. Kaos miliknya benar-benar menenggelamkan tubuh atas Papanya. Tapi terlihat lucu.
''Lihat ini,'' Seongwoo melambai-lambaikan tangan kanannya yang tertutupi kaos panjang Daniel. Jari-jarinya benar-benar tidak terlihat.
''Papa lucu, tidak seperti laki-laki berumur 37 tahun, tapi 17 tahun,'' dia kembali melingkarkan tangan Seongwoo pada tubuhnya.
''Jangan mengucapkan hal-hal menggelikan seperti itu beruang. Ah iya, ngomong-ngomong kapan kamu akan memutuskan hubunganmu dengan Eunha?''
''Hahaha, aduh aku lupa mengatakan tentang Eunha. Dia bukan pacarku Pa, dia hanya teman satu kelas dan kebetulan kita ada dalam kelompok yang sama untuk beberapa mata kuliah''
Seongwoo membulatkan matanya tidak percaya. Dia langsung mencubit pinggul Daniel lumayan keras.
''Aww—sakit Paaa''
''Jadi kamu membohongi Papa?,'' Seongwoo semakin kesal.
''Papa lupa? Papa juga membohongiku, jadi kita impas,'' dia tersenyum lebar.
