01 - My Overprotective Brother
"Phi Mew!" Mew yang dipanggil mengangkat kepala. Menaruh kembali garpu dengan bakso ikan diujungnya ke dalam mngkok dan fokus pada anak yang berlari ke arahnya. Bisa dia lihat Mild berlari terengah mendekat. Mild adalah adik kelasnya dan dia adalah sahabat baik Gulf.
"Kenapa, Mild?" tanya Mew, bingung.
"Di kamar mandi...," jawab Mild terengah.
"Mereka merokok kan?" tanya teman Mew yang duduk di sisi kiri, Kaow.
"Bukan. Itu,..." Mild menarik nafasnya, "Gulf berkelahi dengan Art."
"Berkelahi?" Mew membeo.
"YAIK!!! MEW!! INI NONG MU KENAPA KELEWAT BAR BAR SIH?! SETIAP HARI YANG DIA LAKUKAN HANYA BERKELAHI!! YAK AMPUN! LUKA DI PELIPIS BELUM HILANG, BERKELAHI LAGI! ITU KENAPA BISA BEGITU?!" Mawin, laki-laki bersuara gaduh yang baru saja tiba sambil menggandeng Gulf itu adalah si ketua Organisasi siswa. Hoby nya marah-marah tidak jelas dan saat dia marah dia sangat berisik bahkan bicaranya sangat cepat seperti seorang rapper.
Mew membuang nafas kasar, melihat pada adiknya dengan kecewa. Mawin mendudukkan Gulf di hadapan sang kakak seperti terdakwa.
"Kamu kenapa? Apa yang kamu lakukan?" tanya Mew.
"Art yang memulai! Dia menyiram Gulf saat Gulf ada di dalam toilet," jawab Gulf kesal. Anthony melihat seragam sekolah Gulf yang basah kuyup.
"Phi Mew, Gulf yang memulainya lebih dulu!" Art yang baru saja tiba lantas bersuara. Bisa Mew lihat pemuda itu juga sama basah kuyup.
"Jadi kalian berkelahu versi apa hah? Saling siram?! Apa kalian ini tanaman?!" Mild, sahabat Gulf berkomentar dengan jengah karena kelakuan tidak masuk akal sahabatnya.
"Art, mungkin kamu bisa berjemur sebentar di dekat lapangan, jangan pakai pakaian basah," ujar Mew lalu beranjak untuk meneliti pakaian Art yang basah.
Art mengangguk lalu tersenyum lebar karena Mew memberikan perhatian padanya.
Mew bergeser menghampiri Gulf yang masih duduk di tempatnya. "Nong ku, ikut Phi ke ruang Guru," ajak Mew sambil mencekal pergelangan tangan kanan Gulf, mengajak Gulf beranjak.
"Looser," desis Art pada Gulf tanpa suara. Art tentu saja merasa menang karena Mew lebih memilih memperkarakan Gulf ke ruang guru.
"Phiiii..." rengek Gulf enggan beranjak.
"Kamu harus ganti pakaianmu, Phi akan minta seragam lain disana. Jangan pakai pakaian basah nanti kamu sakit."
Senyuman Gulf mengembang lalu ia dengan penuh percaya diri memasang senyum lebarnya sambil memainkan alisnya naik turun pada Art. Gulf menang telak.
"Berjemur di lapangan ya? Itu namanya dihukum, bodoh!" gumam Gulf ditelinga Art sbelum Mew memboyong Gulf pergi.
×××
Sore itu sepasang bersaudara Mew dan Gulf tiba di rumah setelah seharian menghabiskan waktu di sekolah. Gulf sibuk dengan club sepak bolanya dan Mew sibuk dengan rapat-rapat pengurus organisasi kesiswaan.
Turun dari motor masing-masing keduanya kemudian berjalan beriringan memasuki rumah. Mew sempat memberikan senyuman terbaiknya namun tidak Gulf hiraukan sama sekali. Pemuda berkulit putih itu pun terkekeh sadar kalau Gulf masih marah karena kejadian di sekolah hari ini.
Tiba di dalam, wanita yang duduk di ruang tengah langsung mendapatkan ciuman di pipi dari dua putranya yang baru saja tiba.
"Bagaimana di sekolah kalian?" tanya Mama antusias.
"Pusing, Ma. Kepala sekolah belum setuju dengan acara yang akan diselenggarakan anak-anak untuk akhir tahun," jelas Mew.
"Semangat ya, Phi," gumam Mama sambil mengusak pucuk kepala Mew yang duduk di sebelah kanan. "Nong bagaimana?"
Mew melirik Gulf dengan ekor matanya sambil menahan tawa. Bisa dipastikan Gulf hanya akan memperoleh jeweran di telinga dari Mama jika Mama tahu Gulf berbuat ulah lagi hari ini.
"Yah seperti biasanya, Ma," jawab Gf dengan cengirannya.
"Seperti biasa? Apa Gulf?" Tanya Mama menuntut.
"Yah, seperti biasanya Mama. Sudah kan? Gulf pergi mandi. Hehe..." Gulf langsung melesat menaiki anak tangga untuk pergi ke kamarnya sebelum Mama memberinya hukuman.
"Kenapa lagi Nong Gulf? Apa dia bolos pelajaran lagi? Berkelahi lagi?! Mendapatkan hukuman karena lupa PR lagi?!"
Mew tersenyum simpul pada Mama. "Bukan berkrlahi Ma. Nong hanya mencoba jaga Phi nya."
"Ohh.." Mama akhirnya bisa bernafas lega. "Kalian memang harus saling menjaga Mew, karena kalian bersaudara. Saat tidak ada lagi Mama Papa, nanti hanya tinggal kalian berdua. Kalian harus selalu melengkapi dan menjaga satu sama lain. Ya, nak?"
"Iya Ma," jawab Mew lalu tersenyum lagi.
Mew tersenyum saat mengingat apa alasan Gulf terus menerus mengganggu Art atau siapapun orang yang dekat dengan Phi nya. Masih Mew ingat seperti apa siang ini Gulf marah pada Mew. Dan itu semua karena Mew yang memulainya.
"Gulf, Gulf tidak boleh melakukan itu lagi pada Art," ujar Mew.
"Apa?" tanya Gulf sambil memasang raut innocent andalannya.
"Gulf mengganggu Art terus menerus. Art bahkan tidak mengganggu Gulf kan?"
"Tapi Art mengganggu Phi?!"
"Tidak."
"Ckk, phi tidak akan merasa terganggu! Phi menyukainya kan? Gulf akan cerita ke Mama Papa, Phi sduah memiliki pacar!! Kan belum boleh bdrkencan, kan Phi?! Kita bahkan belum kuliah! Phi harus fokus belajar supaya bisa masuk universitas bagus!"
"Tapi Phi biasa belajar bersama Art."
Gulg reflek menghentikan langkahnya. "Gulf juga sering ikut berlajar Phi mew?!!"
Mew ikut berhenti jalan lalu memalingkan tubuh pada Gulf yang berhenti di belakangnya. Wajah Gulf terlihat kesal.
"Ckk, membosankan!" sungut Gulf lalu berbalik untuk meninggalkan Mew.
Mew terdiam bingung. "Nong ku, ruang gurunya bukan disana Gulf!" seru Mew tapi tidak dihiraukan oleh Gulf. "Ckk dia akan sakit karena memakai seragam basah?"
Mew terkekeh melihat polah adiknya. Mew tahu Gulf demikian karena Gulf peduli padanya. Gulf hanya tidak ingin Mew berada dalam masalah jika orangtuanya tahu Mew sudah memiliki kekasih untuk saat ini.
Iya, hanya karena peduli saja. Kakak dan adik memang harus saling peduli, kan?
×××
SEEYAA