03

6.5K 595 39
                                    




03 - Sick

"Memangnya kenapa Gulf dilarang ikut camping itu?" tanya Gulf yang berjalan mengekor Mew siang itu.

"Itu kan acara kakak kelas, Nong. Akan ada waktunya Gulf mengikuti acara senior semacam itu" jawab Mew tenang. "Pergilah ke kelas kamu, bel hampir berbunyi. Belajar yang baik ya, Nong."

Gulf hanya memanyunkan bibirnya.

"Hari yang sangat indah tanpa pelajaran kalkulus hari ini, yeah!!" suara nyaring dengan irama tidak jelas itu membut Gulf dan Mew melihat ke sumber suara. Mild, si pemilik suara yang mengganggu itu berjalan mendekat bersama Boat yang kemduian menyampirkan tangan kanannya pada bahu Gulf.

"Apa sih?" gumam Gulf sambil melirik  Mild dengan jengah.

"Mari pergi ke kelas!" ajak Boat pada Gulf. Gulf menjawab dengan anggukan lalu keduanya mulai berjalan pergi dengan tangan Boat masih merangkul Gulf.

"Bro, kamu tahu?" Gulf bertanya pada Mild.

"Enggak lah, kamu belum mengatakan apapun, Bro!" jawab Boat dengan nada meninggi.

"Pagi ini Phi Mew bertanya padaku, kenapa postur kami berdua berbeda. Tapi menurut kalian itu benar atau tidak"

"Yeuh, Gulf! Memang beda kan?! Kamu bodoh dan payah. Beda sekali dengan Phi Mew yang pintar, keren dan tampan," komentar Mild.

"Anjir! Aku meminta pendapat kalian kenapa kalian menyebutku bodoh dan payah?!"

"Bro, Bro..." panggil Mild sambil memasang raut misterius. "Apa maksud Phi Mew bertanya seperti itu?"

"Aku tidak tahu. Tapi aku menjadi takut, bro."

"Tapi itu tidak mungkin kalau Phi Mew anak angkat, Bro! Di sinetron-sinetron yang Grandma ku tonton selalu saja anak angkat itu disiasia, sepanjang haru yang anak angkat lakukan hanya menyetrika, mengepel, memasak, sangat menyedihkan kemuduan si anak kandung tertawa jumawa di atas penderitaan anak angkat. Sedangkan Mama Papa mu saja sangat sayang pada Phi Mew. Atau, jangan-jangan..." Mild menggantung kalimatnya.

"Apa?"

"Kamu yang anak angkat, bro?! Oh shit, apa jangan-jangan kamu adalah Nong atau Phi ku?! Kita punya karakter yang sama, kan bro?!" Ujar Techno gaduh.

"Anjir! Jangan terlalu banyak menonton sinetron, brengsek!"

"Iya kan Boat? Bagaimana menurutmu?" Mild memaksa orang lain sependapat dengannya.

×××







Sejak pulang sekolah Mew sudah merasakan tubuhnya lemas dan panas dingin. Nampaknya dia akan demam, oh ayolah jangan sakit, beberapa hari lagi dia akan mengikuti kemah. Mew tidak mengatakan pada siapapun jika dia sedang sakit, dia tidak ingin membuat orangtuanya khawatir dan juga Gulf pasti akan marah-marah padanya jika tahu dia sakit.

Namun nampaknya Mew sudah benar-benar tidak kuat dengan sakit dikepalanya sampai membuatnya jatuh terkulai di lantai setelah berjalan terhuyung. Suara gelas yang pecah saat Mew jatuh pinsan membuat Gulf yang berada di kamar sebelah segera mendatangi Mew untuk melihat keadaan sang Kakak.

Mata Gulf membelalak melihat Mew sudah pinsan dilantai dan segera mengangkat tubuh Mew

"MAMA! PAPA! PHI JATUH!" Seru Gulf sambil berjalan tergesa dengan Mew digendongannya. "PHI PANAS TINGGI MA, PA!"

"Astaga, Mew! Kita bawa Mew ke rumah sakit!" Ujar Mama panik.

.

.

"Hasil tes lab menunjukkan kalau pasien positif demam berdarah, dan untuk saat ini pasien membutuhkan tranfusi darah," jelas Dokter laki-laki yang baru saja keluar dari ruang tempat Mew dirawat.

"Ambil darah saya saja Dokter," ujar Mama.

"Darah Papa aja, Ma," sahut Papa.

"Diantara kalian siapa yang golongan darah B?" tanya Dokter itu.

"B? Bagaimana bisa B? Pasti ada kekeliruan. Kami semua memiliki golongan darah O," ujar Papa bertambah gusar.

Gulf hanya diam termangu.

"Pasti ada kekeliruan," imbuh Mama, shock.

"Darah gulf. Ambil darah Gulf saja," sahut Gulf.

"Lakukan pengechek an pada kami bertiga," ujar Papa berat.

Dokter benar-benar melakukan chek darah pada kedua orangtua Mew dan Gulf untuk mendapatkan darah yang sesuai dengan Mew. Menunggu sekitar lima belas menit akhirnya hasil keluar.

"Kalian bertiga memiliki golongn darah O. Tapi, pasien memiliki golongan darah B," ujar Dokter sambil menunjukkan hasil tes darah di tangannya.

Tubuh Mama melemah dan otomatis terduduk pada kursi di ruang tunggu. Gulf pun demikian. Apakah ini kenyataan yang buruk? Atau sebenarnya kenyataan yang baik? Gulf ikut duduk dan memeluk sang Mama yang terpukul.

"Jangan katakan apapun. Mew anak Mama," ujar Mama saat melihat suaminya memasang wajah gusar. "Gulf, Mew adalah Phi Gulf. Anak Mama..." Mama mulai menangis.

"Iya Ma, iya," jawab Gulf.

×××


Hari selanjutnya keadaan Mew mulai membaik. Beberapa teman datang mengunjunginya bergantian. Setidaknya kedatangan Kaow, Mawin dan teman-teman pengurus organisasi kesiswaan yang lain cukup membuat Mew terhibur. Gulf dan kedua orangtuanya pun selalu menemani Mew bahkan Mama rela meninggalkan kesibukannya di butik demi menemani Mew.

"Dimana Nong ku, Ma?" tanya Mew saat menyadari Gulf tidak kunjung datang malam ini.

"Nong membeli mi di kantin," jawab Mama sambil mengulas senyum simpul.

"Mama tidak pulang ke rumah malam ini? Mama butuh istirahat," ujar Mew khawatir.

"Di luar hujan, nak. Phi Mew takut hujan deras kan?"

"Uhm..."

Mama mendekat pada Mew yang duduk di atas brankarnya. Tangan lembut Mama terulur menangkup wajah Mew dan mengusapnya lembut. Bisa Mew lihat mata Mamanya yang berkaca-kaca. Wanita itu lalu memeluk Mew erat.

"Nak, Mama tidak akan pernah meninggalkan Phi. Mama akan selalu menjaga Phi. Mama akan melihat Phi duduk di bangku kuliah. Mama akan melihat Phi lulus sekolah tinggi. Mama akan menggandeng tangan Phi saat Phi menikah. Mama akan memilihkan pakaian yang akan Phi pakai saat menikah. Ya? sayang," ujar Mama parau dengan air mata yang terus menetes di pipinya.

"Mama? Mama bicara apa?" Tanya Mew bingung.

Mama segera menghapus air matanya dan melepas pelukan eratnya untuk memberikan senyuman termanisnya untuk Mew. "Apa Phi mau makan mi?" Tanya Mama  mengalihkan pembicaraan setelah menormalkan gejolak hatinya yang lara.

"Mau Ma," jawab Mew senang.

"Uhm. Mama pesankan," ujar Mama sambil membelai wajah Mew sayang.

Gulf yang sejak tadi berdiam dibalik dinding hanya bisa menahan rasa sesak di dadanya. Phi yang sangat disayanginya bagaimana bisa dia bukan orang yang sedarah dengannya, dengan orangtuanya? Bagaimana jika Mew nanatinya hancur saat dia mengetahui semua ini?

×××

SEEYAA

𝒮𝓉𝒶𝓃𝒹 ℬ𝓎 𝒴ℴ𝓊Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang