14 - Hello after goodbye
"Kamu ingat guru olahraga yang selalu hukum kita? Guru olahraga yang sering bersama Mawin? Iya, sekarang aku berkerja di cafe milik Pak Run. Phi Kaownah, Mawin dan Phi Mew juga berkerja disana," Mild bercerita panjang.
Gulf menganggukkan kepalanya faham. Sesekali pandangannya beralih pada pemandangan di luar sana. Gedung-gedung di sepanjang jalan banyak berubah, pembangunan di kota ini begitu pesat.
"Apa yang kamu lakukan nanti?"
"Memeluk Phi mungkin."
"Huh? Apa kamu memiliki keberanian untuk itu?" komentar Mild jengah. Mild menepikan mobil saat tiba di depan sebuah bangunan kedai bertemakan retro. Gulf menanggalkan kaca mata hitamnya dan melihat seksama bangunan kayu dua lantai bercat putih itu.
"Ini?" Gulf bertanya pelan.
Mild menjawab dengan anggukan. "Cepat karena ini sudah akan memasuki jam sibuk kami."
Gulf melihat sekilas pada arloji rolex di pergelangan tangan kirinya lalu menarik nafas panjang.
"Aku kemarin pergi seperti pecundang. Apa aku pantas datang lagi?" Gulf masih urung beranjak bangkit.
"Datanglah sebagai Nong yang merindukan Phi nya bukan sebagai sesorang yang pernah saling jatuh cinta," ujar Mild sambil menepuk bahu Gulf. Benar, kali ini apa yang Mild katakan amat sangat masuk akal. Lagipula Mew pernah berkata tidak ada saudara yang membenci saudaranya. Maka jika Gulf datang sebagai saudara, Mew tidak akan membencinya
Gulf mengangguk dengan yakin. Perlahan dia membuka pintu sisi kemudi untuk segera masuk menemui seseorang yang bahkan tidak pernah sekalipun dia lewatkan dalam doa tengah malamnya.
Mild berjalan memimpin sementara Gulf berada di belakangnya berjalan pelan sambil mengumpulkan rasa beraninya. Jantungnya memburu saat Gulf semakin dekat ke arah pintu. Tidak sabar lagi, tapi dia juga takut dengan sebuah penolakan.
Lonceng yang menempel pada pitu kaca berdenting saat Mild membuka pintu itu. Beberapa karyawan terlihat sudah sibuk dengan pekerjaan masing-masing.
"Ai Mild, kamu terlambat lagi!" suara nyaring Mawin menyambut kedatangan Mild.
"Aku sudah mendapatkan ijin Pak Run asal kamu tahu," jawab Mild merasa menang.
Mawin hanya memutar bola mata tidak berminat lalu kembali menata roti-roti yang masih hangat pada etalase roti.
Lonceng kembali berbunyi saat Gulf mendorong pintu itu.
"Selamat datang di Time to coffee!" seru beberapa karyawan renyah.
Mawin melihat pada tamu yang baru saja masuk.
"Yak?! GULF?!" Mawin terpekik membuat Kaownah yang berada di ruang lain segera datang.
"GULF!" panggil Kaownah tidak kalah antusias.
Mawin dan Kaownah kini mengelilingi Gulf, meneliti setiap bagian tubuh pemuda tampan itu.
"Kamu tambah tinggi ya?" Mawin bergumam sambil menyamakan tingginya dengan Gulf.
"Haha. Tentu saja Phi," jawab Gulf.
"Phi mu belum datang. Mungkin sebentar lagi," ujar Kaownah sambil melihat ke arah luar. "Phi mu tahu kan kalau kamu kembali, Gulf?"
Gulf tersenyum masam saat Kaownah bertanya hal itu.
GREKKK
Suara pintu disusul dengan suara lonceng membuat orang-orang kembali melihat ke arah pintu.
Seorang pemuda kulit putih dengan senyuman khas yang masih selalu sama membuat Gulf memaku. Pemuda yang datang bersama seseorang yang lain itu pun kini diam membeku melihat pada Gulf dengan sepasang mata yang melebar.
Gulf memaksakan senyum meskipun itu tidak cukup mudah karena di hari pertama berjumpanya dia harus kembali merasakan dadanya sesak karena tangan seseorang merangkul bahu laki-laki itu dengan nyaman.
"Helo, ...." sapa Gulf berat.
"...Phi ku..." lanjut Gulf lalu mengembangkan senyum.
Mew dengan cepat mendekat, mencengkram kemeja yang Gulf kenakan dengan mata nanar menatap pada pemuda yang hampir sama tinggi dengannya. Mata Gulf ikut memanas. Dia akan menerima apapun yang akan Mew lakuakan padanya. Mendapat tamparan, pukual, cacian, atau makian? Gulf akan menerimanya, karena dia layak untuk itu. Dia pernah meninggalkan Mew dengan sangat menyakitkan.
GREBB
Mew memeluk tubuh tegap Gulf dengan sangat erat.
"Nong ku..." panggil Mew saat memeluk Gulf.
●●