13 - Teragak 1.1
A.n; Full Gulf Point Of View
Jangan bosen, ini 3k words :(
××Siang ini aku sengaja menunggu Phi di depan ruang kesiswaan karena aku tahu hampir sebagian besar waktunya dihabiskan untuk rapat-rapat dengan anggota organisasi kesiswaan seperti biasa. Aku memutar bola mataku malas saat melihat seseorang berdiri mengiringi langkah Phi. Cck, orang itu selalu saja mengikuti Phi ku, benar-benar membosankan.
"Phi! Mari pulang!" panggil ku sambil melambaikan tangan agar Phi bisa menemukanku.
Phi mengangkat kepalanya, melihat ke arah ku sebentar tapi tidak bergeming. Dia lalu berjalan melewatiku tanpa mengatakan apapun.
"Pasti kamu membuat masalah lagi, kan?" Mawin yang berjalan di belakang Phi Mew sembarang menuduhku, seperti biasanya.
Dahiku mengernyit bingung. Apalagi sekarang? Apa dia marah karena kemarin aku menciumnya lagi? Tidak tidak. Dia kemarin membalasnya dengan baik. Dan bahkan pagi ini kami memulai hari dengan sangat baik. Sangat tidak masuk akal kalau dia marah sekarang.
Aku bergegas menyusul Phi dan sengaja menabrak Art agar aku bisa berdiri diantara keduanya.
"Ai sat!" Art mengumpat padaku. Siapa yang peduli?!
"Kamu berjalan seperti siput, tahu?!" Kesalku pada Art.
"Phi apa kita harus makan dulu sebelum pulang?" tanyaku pada Phi.
Phi berhenti berjalan lalu menoleh sebentar padaku sebelum pada akhirnya menggeleng dengan yakin.
"Oh... padahal Gulf ingin makan nas-.." ujarku memelas.
"Beli saja sendiri, kamu sudah besar Gulf!" Hei, siapa yang meminta pendapat si sialan Art.
"Diam!" Kesalku.
"Sudah waktunya pulang," ujar Mew sambil menyingkirkan tangan kanan ku yang merangkul bahunya.
"Iya mari pulang, Phi," jawabku mengalah.
"Pulang lah."
"Phi pulang bersama Mama?" Aku mengkonfirmasi. Bisa saja Mama berencana menjemput Phi karena hari ini Phi pergi ke sekolah bersama Mama.
"Aku pulang bersama Art."
Aku melihat pada Art yang kini memainkan alisnya naik turun sengaja membanggakan kemenangannya.
"Dan aku tidak pulang," lanjut Mew.
"Bukan kah Phi tadi malam sudah setuju Phi kembali ke rumah kita?! Phi, bukankah-,"
"Kamu bisa pulang," Phi tidak memberiku kesempatan berbicara panjang dan kini dia berjalan pergi.
Apalagi sekarang?
Sepertinya kemarin kami baik-baik saja. Lalu dimulai dari siang ini saat dia menjadi aneh karena tiba-tiba menangis setibanya di sekolah. Dia hanya menangis tanpa menjelaskan alasan yang membuatnya menangis.Oh ayolah, apakah aku membuatnya kecewa atau apa?
"Phi!" panggilku lagi namun Phi mengabaikannya dan malah menautkan jemarinya pada sela-sela jemari Art. Yah, dia sangat tahu bagaimana cara membuatku kesal karena cemburu.
Dia membuat dada ku sesak lagi. Tapi, aku tidak akan berhenti dan mengalah pada sesak ini. Aku pastikan rasa lara ku bisa terbayar.
●●