10

4.9K 520 113
                                    

10 - Broke, again.






"BO...oo!!" Seru Gulf sambil muncul tiba-tiba di depan Mew. Sayangnya usaha Gulf gagal. Mew tidak kaget sama sekali dan hanya sibuk dengan kancing seragam sekolahnya. "Ckk. Phi tidak terkejut?"

"Uhm, Phi rasa tidak," jawab Mew lalu tersenyum lebar.

Gulf memutae bola matanya malas. "Geez. Menyebalkan."

Mew terkekeh sambil kedua tangannya masih sibuk mengancingkan baju.

"Phi, itu lubang kancingnya sempit Phi, ya ampun!" Komentar Gulf jengah. Gulf mengulurkan kedua tangannya membantu Mew mengancingkan seragam yang ia kenakan.

Sepasang netra oval Mew melihat seksama pada pemuda manis di depannya yang masih menggerakkan tangan-tangan hangat itu di area dadanya. Jarak ini terlalu dekat. Biar saja saat ini Gulf mendengar degup jantung Mew yang keras.

"Bagaimana kalau setiap hari Phi kesulitan mengancingkan baju? Gulf akan selalu membantu Phi mengancingkan baju kan?" tanya Mew lalu tersenyum.

Bisa Mew lihat semburat rona kemerahan dipipi pemuda itu. "Ckk. Apakah harus setiap hari Phi? Geez, itu pasti sangat membosankan. Tapi karena itu Phi jadi tidak masalah hehe," ujar Gulf dengam senyumannya yang cerah.

"Pi-... euh, Mew. Nong Gulf... segera turun dan makan. Jangan terlambat pergi ke sekolah," ujar wanita itu sambil berjalan melewati kedua laki-laki yang masih berdiri dan saling tersenyum itu. Terlihat sangat aneh saat wanita yang biasa memasang raut bersahaja itu kini terlihat kaku dan dingin. Sepasang mata Mew terus melihat ke arah Mama yang berjalan menjauh. Ada hal yang tidak biasa sangat terbaca oleh Mew.

"Mama sakit?" tanya Mew pada Gulf.

"Mama takut Phi pergi," jawab Gulf lembut. Wajah Mew berubah sedih. Mew merasa sangat keterlaluan kemarin karena membuat Mama sedih sampai sekarang. "Tapi Phi kan tidak akan pergi dari keluarga ini. Ya kan Phi? Mama tidak akan sedih lagi."

Mew tersenyum tipis.

"Ayo Phi kita turun," ajak Gulf  sambil menautkan tangannya pada lengan Mew untuk membawa pemuda itu turun bersamanya.

Tiba di bawah, Papa dan Mama sudah menunggu di ruang makan. Perlahan Mew melepaskan tautan tangan Gulf di lengannya saat menyadari tatapan tajam Mama padanya.

"Nak, kalian harus sarapan! Tidak ada yang boleh alasan kesiangan supaya tidak sarapan! Mengerti anak-anak?" ujar Papa renyah sambil beranjak untuk mempersiapkan kursi milik Mew dan Gulf yang bersebrangan. Gulf duduk di atas kursi kosong di sebelah Mama.

"Phi ingin nuggetnya? Satu, dua, tiga? Uhm, Mama menyiapkan enam. Jadi berapa untuk Phi Mew dan berapa untuk Nong??" suara ceria Gulf mulai mengisi ruang makan itu.

Mama memalingkan wajah pada Gulf, melihat putranya kembali ceria seperti saat ini jujur saja Mama sangat bahagia. Keceriaan semacam ini selalu keluarga itu lewati setiap harinya. Pandangan wanita itu mengabur saat mengingat hal-hal indah yang terkenang. Kedua putranya selalu memiliki polah menyenangkan dan selalu bisa membuatnya tersenyum. Sejak kecil, saat berkumpul di ruang makan kedua putrnya saling berbagi dengan adil. Bahkan sering pula kedua putranya saling mengalah. Di saat-saat itu wanita cantik yang duduk termangu itu sangat bahagia karena kedua putranya saling mengasihi dan menyayangi. Kontras berbeda dengan saat ini, saat hatinya hancur karena mendapati kenyataan kedua putranya saling mencintai.

"Mama?" panggil Mew ragu saat melihat sang Mama terdiam cukup lama.

Mama terlonjak dari lamunnya, segera wanita itu mengusap wajahnya dengan kasar sebelum bulir air mtanya sempat jatuh.

𝒮𝓉𝒶𝓃𝒹 ℬ𝓎 𝒴ℴ𝓊Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang