09 - The Truth
"Phi, dimana semalam Phi tidur?" Tanya Gulf pada Mew yang siang itu bertemu dengannya di depan ruang organisasi siswa. Bukan tanpa sengaja bertemu, Gulf memang sengaja menunggu Mew disana.
"Kenapa Gulf mendapatkan hukuman pagi ini?" Tidak merespon apa yang Gulf tanyakan, Mew bertanya hal yang lain.
"Apa Phi bisa tidur dengan nyenyak? Apa Phi tidak digigit nyamuk?"
"Kenapa Gulf masih saja mencari masalah, huh?!" Tanya Mew sambil memasang raut kecewa lalu melanjutkan berjalannya.
"PHI!! APA SEMALAM PHI BERSAMA ART?!"
Mew berhenti berjalan lalu memalingkan tubuhnya melihat pada Gulf yang berdiam di belakang. Tidak ingin menjawab apapun Mew hanya menggeleng tanpa arti sambil menatap getir pada Gulf.
"Apa Phi baik-baik saja saat kita berjauhan? Apa Phi senang karena kita berjauhan? Apa Phi sudah sangat senang?"
Mew mengepalkan tangannya erat sambil rahangnya bergemertak menahan marah. Gulf tidak henti bertanya menyudutkan Mew tanpa tahu seberapa sulit Mew melewati semua itu.
"Anggap saja seperti itu," jawab Mew dingin lalu berbalik lagi untuk kembali berjalan pergi.
"Phi tahu, Gulf senang karena Phi Mew bukan Phi ku!" Seru Gulf membuat Mew sekali lagi menahan langkahnya. "Gulf senang karena kita bukan saudara! Dengan begitu Gulf boleh menyukai Phi! Sekarang Gulf mengerti apa yang Gulf rasakan setiap Phi bersama Art bukan sekedar rasa cemburu karena Phi nya akan lebih memerhatikan orang lain. Tidak sesederhana itu. Gulf takut saat Phi harus menjadi milik Art. Apa Gulf sudah gila, Phi...?"
Mata Mew memanas mendengar suara serak Gulf di belakang sana. Nyaris luluh dan berbalik untuk memberi Gulf rengkuhan hangat sebagai wujud rindunya yang nyaris meluap, logika Mew cepat menolak. Dilanjutkannya langkah kaki jenjang itu berayun pergi. Meninggalkan Gulf yang nanar menatap ke arah depan dimana pemuda yang berjalan itu menjauh sampai hilang dari jangkauan pandangan.
"Phi berkata kita tetap harus menyapa saat kita berjumpa...? Tapi... dia melewatiku seperti aku orang asing..." monolog Gulf parau.
●●●
PRIIITTTTT
"NONG, NONG KHRUB??!!"
Suara peluit panjang disusul dengan suara nyaring Mawin mengudara membuat orang-orang yang duduk di tribun melihat ke arah sumber suara.
Kaownah dan Mawin terlihat berjalan tergopoh dengan tempat minum dikedua tangan mereka.
"Lihat apa yang kami bawa, nong krub?" Ujar Mawin heboh. "Air. Ini adalah air suci yang aku minta dari buda pagi ini. Pastikan kalian minum air suci ini supaya kalian memenangkan pertandingan lusa," lanjut Mawin sambil membagikan botol minuman yang ia dan Kaownah bawa.
Kaownah memberikan isyarat anggukan kepala pada para juniornya agar tidak ada yang protes dengan bualan Mawin.
"Minum ayo minum. Cepat minum ini Nong Nong. Dan pastikan besok kalian membawa pulang piala untuk sekolah kita. Atau kalau kalian gagal maka aku akan memandikan kalian dengan air suci! Awas saja!"
"Ao Phi yang benar saja?! Kami menang karena memang kami hebat bukan karena air sucimu, Phi! Geez..." Protes Mild. Sementara Boat hanya memepuk bahu Mild ringan meminta Mild untuk tenang.
"Ai Mild, kalian cukup minum saja apa susahnya sih?!" Mawin mulai marah-marah kepada semua orang. "Kalau Mew yang meminta saja kalian mau melalukannya, sialan!" Rutuk Mawin. "Hoi, Kaow! Kemana perginya Mew? Dia selalu menghilang sekarang."