Febby [9]

719 52 33
                                    

Malam ini terasa begitu dingin, tapi tetap tak menghentikan Febby untuk melancarkan misinya. Ia memakai sack dress berwarna merah, sambil menunggu dipelataran rumahnya yang besarnya bak istana. Meski ia yang mengajak, tapi tetap Abrisam tak mau membuat wanita menjemputnya. Lelaki itu bersikeras akan datang ke rumah Febby, dan tentu saja, dengan sangat senang hati Febby menyetujuinya.

Di kesunyian, suara motor vesva begitu mengganggu. Febby merapal do'a semoga telinganya salah menangkap bunyi. Dan ia menghela nafas pasrah, begitu melihat Abrisam dengan kendaraan antiknya. Bukan apa-apa, dandanannya kali ini sama sekali tak pas untuk menaiki motor lawas itu.

"Ih," Febby mendengus, matanya melirik sinis pada motor yang ingin sekali ia musiumkan.

"Ih," Febby mendengus, matanya melirik sinis pada motor yang ingin sekali ia musiumkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Abrisam bukannya tak tahu, gadis itu tak akan mau dibonceng dengan kendaraannya. Tapi, ia sengaja, agar Febby jera mengajaknya berkencan. Sambil menyelam, minum air. Sambil mencari informasi, ia sengaja memberi pelajaran untuk si gadis high class itu.

"Ayo." Ajak Abrisam datar.

Febby menggelengkan kepala, ia malah menunjuk garasi rumahnya yang luas, yang dipenuhi berbagai mobil prestise. "Lo pilih aja, kita mau naik yang mana." Ujarnya.

"Kita berangkat pake motor gue, kecuali kalo dinnernya batal." Timpal Abrisam ketus.

Febby memberengut. "Yaudah, ayo."

Lucunya, Febby sibuk dengan dress mahal, sepatu high heels, dan tatanan rambutnya yang ia takutkan rusak ditengah jalan. Abrisam mengulum senyum, memang sesekali mengerjai orang kaya gengsian itu perlu.

***

Febby bisa bernafas lega saat sampai di restoran dalam keadaan utuh, angin malam itu tak begitu membuat banyak perbedaan pada tampilannya. Hanya saja, ia merasa semua debu sudah melekat dikulitnya.

Melihat Abrisam yang santai, Febby jadi makin kesal. Terlebih, saat lelaki itu menyelonong sendirian saat ia mengulurkan tangan ingin digandeng. "Ish, dasar kulkas!" Gerutunya.

Karena sudah reservasi sebelumnya, tempat dudukpun sudah diatur sesuai kemauan Febby, begitu juga menu yang tidak lama tersaji semenjak kedatang mereka. Begitu cara kerja uang dan kekayaan, pelayanan bisa dibeli dan dinomor satukan.

Dengan melihat saja, Abrisam tahu, semua yang tersaji dimeja adalah makanan mahal, ia melirik pada Febby yang tampak lebih ceria setelah melihat karya chef yang akan segera disantapnya. Benar memang, makanan bisa memperbaiki mood perempuan.

Tanpa bermaksud tidak sopan, Abrisam membuka pembicaraan sambil memperhatikan Febby menyantap makanan. "Jadi dinner kita kali ini itu misi Gemini flame juga, kan?" Tanyanya terang-terangan.

Febby tersedak, ia meminum air putih untuk meredakannya. "Em, lo udah tau dari Calandra, ya?" Ia bertanya balik, meski ia tahu jawabannya.

Abrisam mengangguk.

Gemini FlameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang