Malam sudah larut, tapi Abrisam dan Calantha yang berada diruangan bos masih menjadi perhatian. Banyak pekerja Abrisam yang mencuri lihat dari jendela tembus pandang besar yang menjadi sekat ruangan itu. Abrisam jengah, sementara Calantha tetap tak mau pulang.
Kejadian diluar tadi, bisa menggiring opini lebih berbahaya. Berada dalam satu ruangan dengan gadis yang baru saja menciumnya tentu bisa dinilai melanggar norma.
Lain halnya dengan Abrisam, Calantha justu tak ambil pusing. Ia dipinjami kemeja putih, serta celana hitam panjang milik Abrisam yang kebesaran ditubuhnya, dan itu membuat Calantha merasa sedikit hangat. Ia duduk disofa sambil diperhatikan mata tajam Abrisam yang memelototinya.
"Ayo ke kantor polisi." Abrisam masih memasang wajah galak. "Gue mau laporin lo atas tindakan pelecehan seksual."Diberi ultimatum begitu, Calantha justru terkekeh. Benar, perbuatannya tadi memang bisa saja membuatnya berurusan dengan hokum, tapi ia tahu betul Abrisam tak benar-benar serius dengan kata-katanya. Bukankah, di cium gadis cantik sepertinya itu rezeki?
"Daripada ke kantor polisi, lo ajak gue ke kua aja sekalian, biar halal." Celetuk Calantha.
Benar, berdebat dengan Calantha itu menguras banyak energi. Abrisam melihat keluar, para pekerjanya masih saja mengintip, ia jengah sampai harus menutup tirai.
"Lo musti pulang, malem-malem kaya gini ditempat cowok itu gak baik. Apalagi orang-orang liat tindakan lo tadi." Abrisam mendengus frustasi.
Calantha menunduk, hatinya masih ngilu. Rumah yang harusnya menjadi pelindung dari dahsyatnya badai, justru memporakporandakannya dari dalam.
"Gue telpon Aksel, biar dia jemput lo." Kata-kata itu terdengar jauh lebih menakutkan untuk Calantha, setidaknya untuk sekarang, ia tidak bisa menatap wajah Aksel yang baru disakiti sedimikian rupa.
"Jangan. Gue pergi sendiri aja." Pinta Calantha, ia berdiri, akhirnya menyerah kalau harus terusir dari bengkel Abrisam.
Calantha itu tak pintar bercerita untuk mengungkapkan perasaannya, Calantha itu gadis keras kepala yang gengsi untuk membagi lukanya, tapi Abrisam menangkap sesuatu dari tingkahnya kali ini dan air matanya yang jatuh diluar tadi, Calantha sedang tak baik-baik saja.
"Lo kenapa gak mau pulang?" Tanya Abrisam, tanggannya menahan Calantha yang sudah berada didepan pintu ruangannya.
Ditanya begitupun, gadis itu masih menggelengkan kepalanya menyembunyikan masalah yang dialaminya.
"Terus lo mau kemana?"
Calantha tersenyum miris. "Gue gak tau."
Kali inipun begitu, Abrisam merasa sedih melihat mata sendu milik Calantha. Membiarkan gadis itu tak tahu arah di malam gelap, ia tak tega.
"Malem ini aja gue bolehin lo nginep dirumah gue, disana ada kakak gue sama nyokap, jadi gak bakal kena fitnah. Tunggu disini bentar."
Abrisam keluar dari ruangan, tampaknya lelaki itu memberi petunjuk pada para montirnya untuk menutup bengkel setelah ia pergi. Dan ketika kembali, Calantha menurut mengikuti Abrisam, tepat mengekor dibelakangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gemini Flame
Teen FictionDating a gemini? it's full of challenge Perubahan sikap adalah kunci memenangkan hati mereka. Para Gemini Flame akan menggunakan kemampuan berkomunikasi mereka untuk merayu orang yang mereka sukai. Mereka cenderung menjauh dari orang yang tidak mena...