Calandra [4]

499 50 42
                                    

Calandra, hatinya lembut dan pembawaannya selalu seanggun itu. Diam-diam Abrisam memperhatikan dari jauh, mencari-cari perbedaan dari setiap sudut ia menatap wajah Calandra. Ia menemukannya, dibanding Calantha, Calandra lebih mudah terbaca, seperti saat ini ketika mata mereka bertemu dan gadis itu memalingkan wajah. Gadis itu tersipu malu, sikapnya kentara.

Setiap kejadian adalah hukum sebab akibat, mungkin salah satunya sekarang. Ketika Abrisam merasa sikap Calandra kali ini adalah akumulasi perbuatannya pada gadis itu, seperti penolakan tempo hari dan pembicaraan mereka dikantin setelahnya. Kalau dipikir-pikir gadis itu hanya menyatakan perasaannya, bahkan sebelum permainan gemini flame yang menjadikannya target tercetus. Abrisam jadi merasa bersalah lagi.

Kali ini, ketika ketidaksengajaan mempertemukan mereka disebuah toko alat musik, tidak benar-benar disengaja sebenarnya, karena Abrisam masuk ke dalam toko itu setelah melihat Calandra didalamnya. Abrisam tergugah untuk menyapa gadis yang sedari tadi sedang memegang-megang gitar.

"Hai," Sapa Abrisam.

Seorang gemini flame secantik Calandra berhasil dibuat kikuk oleh Abrisam. "Eh, hai."

"Lo bisa maen gitar?"

Calandra menyelipkan rambutnya ke belakang telinganya. "Belum sih, tapi pengen belajar." Jawabnya.

Calandra sempat menggigit bibir, merasa perlu bertanya tentang alasan keberadaan lelaki itu ditoko music, meski awalnya ragu, ia mulai bertanya. "Lo juga mau beli sesuatu disini?"

"Nggak sih, cuman tadi gue liat lo. Makanya gue samperin."

Klik. Baru kali ini, jantungnya berdebar. "Oh." Aneh sekali, lidahnya kelu bila membalasi Abrisam.

Abrisam terkekeh, reaksi Calandra benar-benar membuktikan kalau gadis player itu salah tingkah didepannya. Entah, Abrisam mulai bisa melihat ketulusan dari tingkah spontan Calandra, berbeda sekali dari cara manipulatif anggota gemini flame lainnya untuk mendekatinya. Ia tertarik.

Abrisam menggaruk tengkuknya yang tak gatal, entah ide dari mana, ia tak tahu. "Mau kalau gue yang ngajarin maen gitarnya?"

Calandra terdiam sebentar, takut hanya harapan palsu ia memastikan kembali. "Mau sih, tapi serius nih nawarinnya?"

"Tergantung."

"Hmm?" Calandra tak mengerti.

"Kaya yang gue bilang, gue gak mau jadi bahan taruhan lo sama geng lo. Jadi tawaran gue cuman berlaku kalau lo emang gak ikut permainan itu."

Calandra memainkan kakinya dilantai. "Gue emang gak pernah niat jadiin lo taruhan, gue nembak lo jauh sebelum lo jadi target. Inget?"

Abrisam mengelum senyum, hatinya terketuk. "Nanti gue bilang deh,"

"Hmm?"

"Lo nyuruh gue bilang kalau gue udah tertarik sama lo, kan? Saat ini baru 50 persen, nanti gue bilang lagi kalo udah 100 persen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lo nyuruh gue bilang kalau gue udah tertarik sama lo, kan? Saat ini baru 50 persen, nanti gue bilang lagi kalo udah 100 persen." Jawabnya.

Sialan. Senyuman Abrisam barusan tercetak jelas dibenak Calandra, hatinya berdebar.

Gemini FlameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang