Gemini Flame

Mama Yasmin [12]

Hari Calantha adalah pengulangan, tak ada yang menarik dari menghabiskan waktu dirumah besarnya yang sepi karena sebuah perpisahan. Keadaan memaksanya dewasa tanpa pilihan. Ia terbiasa melalukan semuanya sendiri, menyimpan perasaannya diam-diam agar tak diketahui.

Tapi, hari itu berbeda.

Semilir angin seolah memberinya kabar tentang sebuah awal, dari balkon kamarnya, ia melihat rumah yang baru saja selesai dibangun, ditempati. Sebuah keluarga kecil yang bahagia berkemas masuk.

Dua bola mata Calantha tak bisa lepas dari seorang anak lelaki sebaya dengannya, tinggi, putih, dengan mata yang sipit, kedua telinganya ditempeli earphone. Ketika anak itu mendongak, ia memergoki mata Calanta yang tak berkedip memandangnya, seolah tak ada yang terjadi anak itu berjalan masuk kedalam rumahnya, Calantha memegangi jantungnya yang terasa hampir copot.

Setelah sekian lama jantungnya tak berasa, kini fungsi debarannya terasa nyata kembali. Aneh, tapi Calantha candu untuk merasakannya.

***

Pagi sekali, dikompleks yang dihuni orang-orang penting dan sibuk, seorang wanita keibuan keluar dari rumahnya, Calantha yang sudah siap didepan mobil Papa-nya ikut melirik, tak disangka wanita itu bersusah payah memberi sendiri sayuran dari gerobak dorong, sejenak Calantha teringat ibunya, hanya kenangan tapi sukses membuat lengkungan dibibirnya.

Sambil menunggu Papa-nya yang tak kunjung turun untuk mengantarnya sekolah, mata Calantha berbelanja, melihat anak lelaki sebaya dengannya memakai seragam yang sama. Berdebar lagi jantung Calantha dibuatnya. Entah, tapi kali ini rasanya ia perlu mewarnai kanvas hidupnya, dengan sedikit membubuhkan perkenalan.

"Belanja, bu." Sapa Calantha, berbasa-basi. Ia ingat istilah, untuk mendapatkan hati anaknya, ia perlu dekat dulu dengan ibunya.

Berhasil, Calantha mendapatkan senyuman balasan. "Iya, dek. Eh, kayanya anak saya bakal satu sekolah sama kamu, deh. Seragam kalian sama."Ujar wanita itu.