1. Buku Hilang

153 37 44
                                    

"Ada yang liat buku fisika gue nggak sih?"
"Perasaan tadi gue taruh meja."

Aeera. Perempuan yang duduk di kelas Ipa 2 masih gelisah sedari tadi karena buku fisika nya tak kunjung ketemu. Seingatnya sebelum dirinya ke kamar mandi ia menaruh di meja miliknya beserta pulpennya. Tapi waktu dia kembali dari kamar mandi hanya tersisa satu buah pulpen dan buku fisika milik Caca, teman sebangkunya sekaligus sahabatnya.

Ia sudah membuka semua loker milik temannya tapi tetap saja tidak ada buku fisika miliknya, sekarang buku itu harus dikumpulkan dan kalau buku itu ketemu di tangan orang lain. Aeera pastikan akan mencekik orang itu. Rasanya ia ingin menangis saja mengingat semalam dirinya hanya tidur tiga jam. Sampai-sampai tidak sempat sarapan karena kesiangan. Itu hanya karena mengerjakan tugas fisika yang diberi oleh Bu Jubaedah dengan dadakan di grup kelasnya.

"Gimana, Ca?"

Gelengan lemah dari kepala Caca menunjukkan kalau buku itu benar-benar tidak ketemu. Caca juga dari tadi ikut membantu, ia juga bingung kemana hilangnya buku Aeera. Karena saat Aeera ke toilet, Caca ke perpustakaan mengembalikan buku yang dipinjamnya minggu lalu. Caca menggebrak mejanya dan membuat teman sekelasnya kaget tak terkecuali Aeera tapi mereka kembali melakukan aktifitas sebelumnya. Ia terlalu kesal dengan temannya yang tidak memperdulikan sahabatnya.

"Salin ulang aja Ra dari buku gue."

"Lo kaya nggak tau Bu Jubaedah aja. Bahkan dia tau tinta pulpen yang baru ditulis dari beberapa jam."
"Kalo dia tau gue baru ngerjain di sekolah bisa abis gue."

"Lo bisa lebih abis kalo gak ngerjain, Ra."

Aeera mengeluh dan mendengus. Benar juga perkataan Caca. Ia memang akan dimarahi kalau mengerjakan di sekolah, tapi ia akan lebih dimarahi bahkan di nasehati kalau tidak mengerjakan tugasnya. Setelah izin ke Caca untuk ke toilet, tapi dirinya tidak pergi ke toilet malah ia memutar balik untuk ke kantin. Lebih baik cabut pelajaran kali ini saja lagian dia juga jarang cabut pelajaran.

Melihat kantin yang penjualnya masih beberes dengan makanan yang akan dijualnya nanti saat jam istirahat. Ia memilih untuk duduk di pojok sambil menopang pipi kirinya menggunakan tangan kirinya. Selang beberapa menit Aeera mendengar ada yang mendekati dirinya, tapi dirinya terlalu malas untuk menoleh. Merasa pundaknya di sentuh ia segera menoleh dan melihat laki-laki di sampingnya yang sedang berdiri tegak dan tangan kirinya ia kebelakangi.

Aeera menaikkan sebelah alisnya.
"Ngapain?"

Tangan kiri laki-laki itu menjulur ke depan Aeera dan Aeera melihat ada buku yang laki-laki itu pegang. Dari sampulnya saja Aeera sudah bisa menebak kalau itu buku dirinya.

"Leo?!"

"Apa? gue depan lo nggak usah teriak-teriak."

Melihat jawaban santai dari laki-laki di depannya itu yang bernama Leo. Ia langsung kesal dan merebut buku nya yang ada di tangan Leo. Sepertinya masih ada waktu untuk masuk ke kelas. Tapi saat dirinya mau kembali ke kelas, tangannya malah ditahan oleh laki-laki yang membuat dirinya jengkel.

"Bu Jubaedah udah masuk dari dua puluh menit yang lalu."

Spontan Aeera melihat jam tangan yang melingkar di tangan kirinya. Ternyata selama itu ia duduk dan melamun di kantin. Ia agak mendongak untuk melihat wajah laki-laki itu.

"Kenapa lo ambil buku gue?"

Leo menggaruk kepalanya merasa santai tapi sedikit takut.
"Kenapa ya?"

Tangan Aeera bergerak seolah menyuruh Leo lebih mendekati dirinya. Leo hanya bingung dan menaik-naikkan kedua alisnya.

"Hah?"

"Sini." Masih dengan tangan yang bergerak seolah menyuruh Leo lebih mendekat.

Saat Leo sudah mendekat. Aeera langsung membenturkan kepala Leo dan kepala dirinya. Sedikit sakit tapi kesalnya sudah mendominasi saat ini. Leo meringis mengelus puncak kepala nya yang habis dibenturkan oleh kepala Aeera. Tapi di dalam hatinya ia merasa ingin tertawa melihat wajah kesal Aeera.

"Nanti gue laporin atas tindakan kekerasan loh Ra."

"Siapa takut?"
"Gue juga bakal laporin atas tindakan pencurian buku fisika gue."

Leo ingin mengelus puncak kepala Aeera tapi langsung ditepis oleh perempuan itu. Ia menarik tangan Aeera untuk duduk.

"Ah apaan sih."

"Duduk dulu."

"Gak."

"Ya udah... besok gue umpetin lagi bukunya terus gue buang di kuburan."

See? orangnya nggak jelas dan nyebelin parah!

"Kok lo ngancem sih?"

"Ya udah duduk dulu Aeera cantik."

Karena ancaman dari Leo, Aeera duduk tapi dengan muka kusut dan sinis. Otaknya berfikir kenapa ia harus dipertemukan oleh manusia yang seperti ini.

"Masih sakit kepala nya?"

"Nggak usah nanya-nanya!"

"Iya-iya maaf."

Saat Aeera lengah Leo kembali mengambil buku Aeera yang berada di tangannya. Pemiliknya membulatkan mata berdiri tidak terima.

"Tunggu dulu kalo mau buku lo balik. Gue mau pesen bakso dulu."

Aeera menghela nafas merasa jengah atas kelakuan Leo mencoba untuk sedikit lebih sabar demi buku miliknya kembali. Leo benar-benar membuat dirinya darah tinggi.

Tak lama Leo kembali membawa dua mangkuk bakso sedangkan buku miliknya berada di keteknya. Setelah menaruh kedua mangkuk bakso Leo kembali lagi ke penjual minuman ia membeli dua es jeruk dan duduk di hadapan Aeera.

Dirinya masih diam memandang Leo yang sedang makan bakso sambil menggenggam buku di tangan kirinya. Ia juga masih memperhatikan Leo yang sedang minum es jeruk yang sudah sisa setengah.

Kenapa harus ada manusia seperti ini ya tuhan.

"Eh di makan baksonya kan gue beliin buat lo."

"Gue kan nggak minta."

"Mau bukunya balik ngga?"

Merasa lapar tapi ia malah mengambil es jeruk dan meminumnya sampai sisa setengah. Males banget kalau dirinya harus makan bareng Leo.

Leo berdeham.
"Nggak mau nanya alesan gue ambil buku lo?"

"Tadi gue udah nanya."

"Oh? masa?"
"Emm.. yang pertama alesannya itu gue lupa bawa tugas fisika dan gue liat lo bawa."

Aeera mengernyit tak mengerti

"Apa hubungannya coba?"

"Hubungan kita?"
"Sebatas temen doang kan? tapi kalo mau lebih...boleh kok."

"Udah ah cape gue ngomong sama lo."

"Eh eh jangan marah dulu. Alesan lainnya tuh gue pengen berduaan sama lo, kaya gini nih kaya sekarang."

Aeera melirik sinis ke arah Leo yang sedang tersenyum manis padanya. Alasan yang tidak logis, apalagi alasannya membuat dirinya rugi. Rugi karna tidak mengumpulkan tugas fisika yang nantinya ia tidak akan mendapat nilai. Apalagi ditambah harus mendengar nasihat dari Bu Jubaedah.

Setelah bel istirahat berdering Aeera berdiri dan menggebrak meja kantin yang membuat Leo tersentak dan penjual-penjual disana juga ikut kaget karena bunyi meja yang sangat keras.

"Lo kalo mau ngejailin jangan pilih gue,"
"gue nggak suka dijailin."

Buku yang menggeletak di meja langsung Aeera ambil dan pergi ke kelas dengan meninggalkan Leo yang melongo. Selang beberapa detik senyuman terbit di wajah Leo, bukannya kesal ia malah makin gencar menjaili Aeera sekaligus mendekati wanita itu.





AeeraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang