5. Hujan, dan meneduh bersama

51 25 3
                                    

Perempuan itu sedang melihat jam di atas papan tulis kelas sedari tadi ia tidak memperhatikan guru yang sedang menjelaskan karena perutnya sedari tadi keroncongan. Ia ingin cepat pulang dan juga menghabiskan film yang sedang ia tonton saat ini sembari makan mie instan.

Dua menit setelahnya bel pulang berdering nyaring, Aeera tersenyum bahagia dan memasukkan barang-barangnya yang ada di meja. Saat Aeera keluar kelas ada Leo yang berdiri bersandar pada tembok sambil memasangkan sebelah earphone di telinga kirinya. Leo menoleh, orang yang ditunggunya sejak tadi akhirnya keluar kelas juga. Hari ini ia bolos kelas lagi.

Aeera bisa merasakan Leo mengikutinya di belakang, ia menoleh ke belakang melihat Leo yang sedang menaikkan satu alisnya.

"Lo ngikutin gue?"

"Iya."

Aeera mengerutkan kening.
"Gue mau pulang!"

"Ya siapa yang bilang lo mau tiduran disini?"

Aeera mengembangkan senyum saat melihat Zee melambaikan tangan kepadanya. Leo melirik itu dengan tatapan tidak suka.

"Aeera lo pulang sama siapa?"

"Gu—"

"Sama gue lah. Nggak liat ada gue disini!"
"Tadi kan lo bilang mau bareng gue katanya!" Leo merangkul Aeera, Aeera berusaha untuk melepaskan rangkulan itu dan mencoba untuk tersenyum manis pada Zee.

KAPAN WOI?

"Eh—iya gue pulang sama Leo, Zee."

Zee mengangguk beberapa kali.
"Yaudah gue duluan ya."

Setelah Zee jalan ke arah luar sekolah Aeera berjalan meninggalkan Leo. Aeera menggerutu dalam hati, kapan dirinya minta pulang bareng ke Leo?

Ia memakai helm pemberian Leo yang sepertinya masih... baru?

"Bagus nggak helmnya?"

Aeera agak mendekatkan supaya lebih kedengaran jelas.
"Apa?"

"Gue beliin buat lo."

"Buat gue?"

Yang ditanya hanya mengangguk, Aeera tidak mau memperpanjang ia mendongak melihat langit yang mungkin sedikit lagi akan turun hujan. Belum lama Aeera memandang langit, hujan langsung turun deras dan mengguyur keduanya.

Leo meminggirkan motornya untuk meneduh dihalte yang saat itu penuh oleh orang yang juga ikut meneduh menghindari hujan deras bersamaan dengan petir. Ia menarik tangan Aeera untuk tetap disampingnya, takutnya tubuh Aeera terdorong-dorong dan jatuh.

Leo yang tahu gerak-gerik Aeera yang sedang panik takut buku didalam tas nya kebasahan. Ia membuka tas nya  mengambil satu kantong kresek hitam.

"Siniin tas nya."

Aeera memberikan tas nya yang sedari tadi ia peluk. Ia melihat Leo yang memasukkan buku nya satu persatu dengan hati-hati takut jatuh dan kebasahan. Tanpa Leo sadari Aeera tersenyum dan menerima kembali tas nya.

Kalo lo selalu bersikap manis kaya gini. mungkin dari dulu gue udah suka sama lo.

"Thanks."
"Kenapa plastiknya nggak buat buku lo aja?"

"Gue nggak bawa buku." Leo terbahak Aeera hanya tersenyum miring. Sudah ia duga.

Aeera berdoa dalam hati semoga hujan cepat berhenti atau setidaknya reda. Ia tidak mau berlama-lama disini dan tubuhnya mulai kedinginan.

"Padahal saat hujan datang doa apapun akan terkabulkan. Tapi manusia justru berdoa agar hujan cepat berhenti."

Aeera menoleh cepat mendengar Leo bicara seperti itu.
"Lo lagi nyindir gue?"

"Lo abis berdoa?"

"Iya."

"Gue mau berdoa juga deh supaya hujannya lama. Jadi lo berduaan sama gue nya juga lama."


^^^

Lima belas menit Aeera selesai mandi setelah mengeringkan rambut nya menggunakan handuk. Sebelum ia ke kamarnya ia mampir dulu ke kamar adik laki-laki nya yang saat ini sedang tidur nyenyak. Aeera mencium dan menutup kembali pintu kamar adiknya.

Beberapa kali mengecek ponselnya Aeera tidak mendapatkan notifikasi apapun dari ponselnya. Memangnya ia sedang menunggu siapa yang akan memberinya pesan?


Leo? loh kok jadi Leo.

Zee? tidak mungkin memang dia siapanya.

Aeera malah jadi ingat saat meneduh tadi bersama Leo.

"Jangan lupa langsung mandi terus keramas!" Kata Leo waktu di depan rumahnya.

Ponselnya menyala. Ia langsung bangun duduk di kursi kamarnya dan mengangkat saat nama Leo tertera di ponselnya, Leo menelfonnya!

Di sebrang sana Leo tersenyum bangga saat Aeera mengangkat telfonnya dengan cepat.

"Halo yang disana."

"Apa?"

"Udah mandi belum? "

"Udah."

"Keramas?"

"Iyaaaaa!"

Leo tersenyum lagi Aeera benar-benar melakukan apa yang diperintahnya. Ia berjalan menuju balkon bingung apa lagi yang akan dibahas dengan Aeera.

Leo menggantikan posisi ponselnya yang tadi disebelah kanan ia pindahkan ke telinga sebelah kiri sambil menatap bintang-bintang saat ini.

"Ra. Masih di situ?"

"Iya."

"Zee kayanya suka sama lo."

"Jangan asal nebak perasaan orang, perasaan diri sendiri aja kadang kita nggak tau."

Ia merasa tertampar karena ucapan Aeera tapi ia tetap terbahak dan menyenderkan tubuhnya ke balkon, tidak lagi menghadap langit.

Bunyi kaca pecah menyadarkan Leo yang sedang melamun, ia terkejut dan panik saat ini. Dengan tergesa-gesa ia menuruni anak tangga.

Di sebrang sana ada Aeera yang turun kebawah untuk mencari cemilan didalam kulkasnya lalu mengecek ponselnya, ternyata belum putus sambungannya. Saat sedang memakan chitato miliknya, ia mendengar suara seperti beling jatuh? atau apapun itu yang pasti seperti barang jatuh.

"Leo?" Suara Aeera yang pelan.

Sambungan terputus sepihak, Aeera mengerutkan kening.

Setelah sambungan terputus Aeera kembali masuk ke kamarnya dan terus memikirkan kenapa tiba-tiba Leo memutuskan telfonnya tanpa bicara apapun. Atau karena Leo mendengar ada suara barang jatuh?

Bukannya hanya kaca yang jatuh, kaca gelas mungkin?

Ia ingin menanyakan pada Leo tapi ia urungkan kembali takut disangka terlalu ikut campur. Ia berjalan untuk mematikan lampu dan bersiap untuk tidur. Berdoa supaya besok tidak ada ulangan mendadak dan berdoa juga semoga tidak ada yang terjadi pada Leo atau siapapun.

AeeraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang