2. Si Introvert

7.1K 578 84
                                    

Parfum beraroma kuat yang orisinal dan manis itu memenuhi lorong sebuah kampus. Para mahasiswi sudah hapal dengan siapa si pemilik aroma tersebut, terutama mereka yang rela mengenakan pakaian seksi agar bisa dilirik.

Pintu terbuka. Tiap-tiap langkah si pemilik parfum menciptakan debaran tersendiri pada hampir limapuluh mahasiswi yang ada, sementara sisanya, hanyalah mahasiswa yang merasakan kebosanan melihat pesona dosen mereka tak pernah redup.

"Morning class," sapa Darren singkat begitu menaruh lima buku yang dia bawa ke atas meja.

"Morning."

Lirikan sekilas dilayangkan Darren sebelum mengambil boardmarker. Tanpa banyak bicara pun dia langsung menulis beberapa rumus di whiteboard. Cepat dan rapi, membuat beberapa mahasiswa di belakang menghela napas berat.

Darren kembali ke meja di sudut ruangan. Masih dengan menggenggam boardmarker, dia setengah duduk di pinggiran meja sambil menatap tajam enampuluh dua kepala di depannya.

"Siap belajar kalkulus?" tanya Darren santai, tapi sukses menjadikan momok terbesar untuk seisi kelas, kecuali mereka yang memang benar-benar ingin belajar.

Helaan napas ramai-ramai terdengar. Sebagian mahasiswi yang berpakaian seksi menggoda memang tak masuk hitungan, karna mereka hanya ingin bertukar kedipan mata dengan Darren.

"We're not." Salah satu mahasiswa berani angkat suara, membuat semua kepala mengarah kepadanya.

Darren tersenyum tipis. Masih dengan kesantaian yang paripurna, dia menaruh boardmarker ke atas meja. Kedua tangannya dilipat di depan dada. Wajahnya yang bersih tidak mampu menutupi ketegasan di garis pipinya yang membuat Darren terlihat lebih tajam.

"Why? Learning Math is not like watching a talk show or like reading a novel. You will need to actively participate, get your pencil moving and do what the best you can. Atau ... pintu itu masih bisa dibuka kalau memang kamu ingin keluar sekarang." Darren menunjuk ke satu-satunya pintu di kelas tersebut.

Semuanya diam. Si mahasiswa yang berani bersuara kini tertunduk malu. Ia yang kesal karna Darren tak pernah berhenti menebar pesona, justru harus jatuh ke lubang yang ia gali. Gagal membuat Darren kesal hingga jatuh martabat, para mahasiswi yang memang sejak awal sudah menggandrungi dosen di jurusan teknik kimia mereka, malahan semakin dibuat jatuh hati.

Sebuah tepukan keras bentuk dongkrakan semangat terdengar, arti dari sebuah perintah kepada para mahasiswa untuk membuka buku catatan dan paket. Darren mulai bersuara, membagi ilmu yang pernah dia serap dan pelajari dari buku maupun kehidupan nyata. Pembawaannya begitu santai, tetapi bagi para mahasiswa yang iri dengan pesona lelaki berumur duapuluh tujuh tahun, yang beruntungnya menjadi dosen tersebut, melihat Darren adalah satu-satunya dosen killer di jurusan teknik kimia.

Detik berlalu ke menit kemudian menyingkir ke jam. Sampai mulut berbuih dan kesabaran sudah berlipat ganda, Darren tetap menikmati posisinya yang berdiri di depan kelas. Sambil terus menerangkan materi kalkulus yang dia bawa, Darren tak memungkiri kalau matanya juga ikut mem-filter tiga sampai lima mahasiswi yang menurutnya menantang.

Kulit putih nan mulus, kaki jenjang yang indah, wajah menarik hingga senyuman yang menggoda. Darren sudah kenyang. Dia tetap menjaga martabatnya sebagai dosen killer di depan anak didik yang kadang juga menggodanya seperti jalang.

"Lima menit lagi, ada pertanyaan?"

Lebih dari sepuluh mahasiswi mengangkat tangan tinggi-tinggi.

Darren yang berpura-pura mengembalikan boardmarker ke tempatnya, melirik duabelas wanita cantik yang berlomba mendapat perhatian.

Gotcha!

• That Somebody's Me! •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang