15. Berubah.

4.4K 431 112
                                    

Tas punggung warna hitam menjadi satu-satunya barang bawaan Darren saat dia pergi ke sebuah showroom. Dia berkeliling, meneliti tiap-tiap objek yang disuka, mencoba, sampai dengan membandingkan harga satu dengan lainnya.

Darren berdiri di antara dua motor keren yang akan menjadi tabungan berikutnya. Dia melirik, Ducati Scramble jenis Cafe Racer punya body iconic yang Darren suka. Layaknya motor balap pada tahun 60an. Mesinnya L-twin berpendingin udara dengan kapasitas 803cc. Darren suka, bahkan jatuh cinta. Tapi ada beberapa hal yang perlu dia pertimbangkan saat lirikannya berpindah ke haluan lain, Scramble yang lebih terlihat klasik dibandingkan Cafe Racer, yaitu Scramble Full Throttle. Design-nya tak kalah keren dengan perpaduan warna hitam dan grafis kuning yang minimalis. Jantung pacunya sama seperti Cafe Racer, menggunakan L-twin 830cc yang lulus standar emisi Euro empat.

Rasa bimbang menguasai. Wajah Darren kelihatan lebih serius dari sebelumnya, saat dia harus memilih dua setelah menyeleksi duapuluh motor Ducati lain. Hanya dua saja, tapi Darren masih bimbang harus membeli yang mana.

"Full Throttle mengadopsi desain Flat Track yang dirancang oleh Dorio Lopez Studio. Piringan cakramnya 330 milimeter dengan kaliper Brembo empat." Pekerja showroom yang setia menemani Darren itu mendekat, mengajak Darren lebih memperhatikan si Ducati Scramble Full Throttle lebih dulu. "Pembakarannya electronic fuel injection, dan kalau dipakai boncengan, udah asik!"

"How about Cafe Racer? Dia juga cantik." Pandangan Darren berpindah sebelum petugas showroom selesai menjelaskan motor satunya.

"Hm, dia juga cantik. Body belakang model sarang tawon atau hornet, bisa dilepas kalau ingin boncengan. Knalpotnya juga buatan Termogini dan chasis tralis, dia ganteng banget."

Senyum mengulas di bibir Darren, sementara si penjaga showroom bernama Danil itu melirik dengan penuh harap pada si calon pembeli. Tiga bulan hampir tidak ada poin yang masuk untuknya, Danil sangat berharap Darren menyelamatkan posisinya yang hampir ditendang dari showroom.

"Gimama, Mas? Yang ganteng, atau yang klasik?" tanya Danil tak sabar. Harapannya sendiri Darren memilih motor yang mahal, Scramble Full Throttle.

Bukannya menjawab, Darren justru melepas tas punggungnya. Dia sudah pegal karna membawa tas tersebut yang beruntungnya tidak menaruh kecurigaan banyak orang.

"Berapa harga si kuning?"

Kening Danil mengernyit, ia melirik ke Ducati Scramble Full Throttle yang lebih ia sukai.

"439 juta—"

"No discount?" Sebelah alis Darren naik.

"Eum ... no. Tapi, harga Cafe Racer lebih murah, jauh malah. Lebih oke juga untuk anda."

"Dua ratus juta?"

Ekspresi Danil shock bukan main. Ia menghela napas tak kuasa. "Hoho, di sini nggak jual Avanza, Mas, maaf ...."

Senyum miring dilempar Darren saat mendengar candaan Danil. Mereka berjalan ke meja administrasi. Banyak orang termasuk Danil masih belum tahu apa yang dibawa Darren di dalam tasnya. Lelaki itu tampak kelelahan saat membawa-bawa tas besar yang mirip untuk mendaki gunung.

• That Somebody's Me! •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang