5. Di Balik Rak Keju

4.8K 402 96
                                    

Jeans panjang dan sweater putih tidak membuat Keesha merasa nyaman. Ia masih seperti telanjang di depan Darren. Tubuhnya panas-dingin. Setiap ia menatap ke lelaki yang duduk secara terpaksa di samping Jonathan, Keesha gelisah.

"Kalian mau ke mana pagi ini?" Dana tersenyum. Masakan pagi ini laris manis berkat Darren yang punya napsu makan banyak.

"Belanja."

"Di rumah."

Giliran Jonathan menatap bingung pada dua manusia yang duduk berhadapan. Ia menoleh, melayangkan tatapan tajam ke Darren yang spontan melirik ke arahnya.

"Mau ke mana?" tanya Jonathan ikut memastikan. Sendok dan garpu yang dipegangnya perlahan turun ke piring.

Sial, batin Darren tak berani menatap Rottweiler di sampingnya. Dia memilih menyuapkan nasi ke mulut, meminta pengertian pada Keesha supaya wanita itu berinisiatif untuk menjawab pertanyaan Jonathan.

"Darren?" panggil Jonathan sedikit diliputi rasa kesal.

Double sial!

Tatapan itu polos seperti wajahnya. Darren menoleh, berpura-pura seakan dia barusaja mendengar ucapan Jonathan. "Ya, Om? Tanya apa barusan?"

"Kamu, sama anak saya yang masih perawan ini mau ke mana, huh?!" tajam Jonathan membuat nyali Darren sedikit ciut. Apalagi Jonathan harus menggunakan kata perawan yang terdengar sangat menggiurkan di telinga Darren.

"Belanja, Om."

"Belanja apa? Keesha sendiri yang bilang dia mau di rumah."

Sesaat Darren melirik pada wanita yang duduk di depannya. Tak peduli dengan kondisi sekitar dan memilih sibuk makan. Wow, kalau bukan keesha, mungkin Darren tidak akan menemukan wanita seunik itu, berpura-pura dalam kondisi baik sedangkan yang lain bersitegang.

"Keesha lupa soal rencana kita."

"Kamu dateng pakai kaos olahraga, kenapa mau pergi belanja, Ren?" Dana mulai mencium bau-bau kejanggalan, tetapi sifatnya yang sering kali melindungi kaum lemah yang akan digilas oleh Jonathan, sepertinya sedang tidak peka.

Mulut Darren terbuka, ingin sekali menjawab pertanyaan Dana tetapi suara berat Jonathan sudah lebih dulu memecah belah konsentrasi, membuat Darren memilih menjilat bibirnya sambil menatap paha ayam bakar.

Wait for minute ... paha ayam bakar margarin itu terlihat mulus dan mengilap seperti paha Keesha. Bedanya hanya pada warna kecokelatannya.

"Darren Aramis Goutama—"

"Aramazd, Om, sorry," potong Darren tak terima namanya diganti seenak jidat.

"Hm, Aramazd. Jawab pertanyaan isteriku."

Otomatis tatapan Darren terlempar ke Dana. Wanita yang kini sudah selesai sarapan masih saja memamerkan senyum manis kepada Darren. Dana menunggu jawaban dari lelaki yang terlihat begitu meresahkan suaminya.

"Salah kostum, Tante. Darren kira nggak akan turun hujan, sebelumnya kita punya rencana untuk jogging."

"Oh, Tante baru tahu Keesha mau diajakin jogging, biasanya dia paling males sama yang namanya lari kecil. Iya, 'kan?" Tatapan Dana berpindah ke wanita berkucir kuda yang masih makan dengan tenang.

"Hm."

Damn you, Kee! Kedua tangan Darren menggenggam erat sendok-garpu. Rahangnya mengetat, sementara tatapan tajam dia lempar pada satu-satunya wanita yang pernah telanjang di hadapannya, tetapi hanya dalam kurun waktu kurang dari limabelas detik. Shit.

• That Somebody's Me! •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang