19. Persiapan Zona Perang

5K 539 112
                                    

Hari terakhir Darren off dari pekerjaan, dia ada rencana untuk menengok anak pertama dari sahabat dekat. Kacamata hitam yang sejak awal dikenakan Darren, dilepas dengan gerakan super keren membuat beberapa perawat yang berpapasan melirik terpesona. Dia tahu ketampanannya sudah paripurna, tidak pernah tertandingi meski dengan Aaron sekali pun, kecuali Ayahnya saat masih muda.

Beberapa perawat penjaga front office dibuat terkejut melihat sosok tiruan dewa berdiri di depan mereka.

"Kamar inap Kanya Swastika?" tanya Darren, pandangannya biasa saat menatap tiga perawat cantik di depannya.

Butuh beberapa detik untuk tiga perawat itu kembali fokus setelah melihat Darren. Mereka saling lirik dan menahan senyum, tak menyangka bisa melihat secara langsung sosok Darren Aramazd yang sering dikabarkan media sebagai Lady Killer paling terkenal di Indonesia. Tidak melebihkan, tapi memang Darren lebih terkenal dengan label tersebut dibandingkan Indonesian most handsome lecturer.

Setelah mengecek komputer beberapa saat, salah satu perawat berdiri, menunjukkan jalan ke mana Darren harus pergi. "Plot Ansen VVIP, nomor kamar sembilan ada di lorong sebelah pintu selatan."

Darren ikut melihat lorong yang dimaksud si perawat, sebelum dia tersenyum berterima kasih dan meninggalkan tiga perawat cantik tadi. Jika dulu, sebelum Darren menaruh perasaan pada Keesha, dia masih akan mempertahankan label Lady Killer di depan tiga perawat tadi. Membawa salah satu di antara mereka ke ranjang apartemennya, atau mungkin tiga sekaligus dalam waktu berbeda. Tetapi untuk sekarang, Darren sudah mampu menjaga diri dari segala macam godaan dari makhluk Tuhan pemilik vagina.

Plot Ansen VVIP terkesan lebih tenang daripada plot lain. Darren menghampiri pintu nomor sembilan yang menjadi kamar inap sahabatnya. Perlahan dia membuka pintu tersebut. Kepalanya yang sedikit menunduk terlihat mengintip dari celah pintu, Darren memperhatikan dua kepala yang juga memperhatikannya. Senyum lebar terulas begitu dia masuk dan mendengar namanya dipanggil keras oleh Kanya. Pintu ditutup, Darren menghampiri ranjang Kanya yang sudah berhasil menjadi seorang ibu.

"Selamat." Darren mengecup pipi squishy favoritnya. Di momen tersebut, dia beruntung karna Kanya tidak protes.

"Thank you, bestie! Lo bawa apa?" Mata Kanya berbinar melihat buah tangan Darren.

"Bunga. Maaf, aku buru-buru kemari jadi lupa membeli buah."

Kanya menggeleng, direbutnya bunga tersebut dari genggaman Darren kemudian menciumnya. Kanya suka dengan bunga yang dibawa sahabatnya.

"Carnation, huh?"

Darren menoleh, dia menjabat lelaki yang katanya punya hobi melempari sendal menantunya. Mereka berdua sama-sama tersenyum saat berdiri di samping ranjang Kanya.

"Ini Hari Ibu untuk Kanya, jadi kubelikan Carnation."

"Thank you."

"Di mana jagoan kecilnya? Kukira dia di sini?" Darren menoleh ke beberapa arah.

"Ibra baru dimandikan beberapa perawat dan Edo."

"Namanya Ibra?"

Sandro mengangguk sambil melipat kedua tangan di depan dada. Ia tersenyum melihat anak keduanya senang bukan main mendapat bunga kesukaan dari sahabat baik. Membayangkan dulu ia sedih menanti saat ini tiba. Sandro tahu, Kanya pasti bisa merasakan menjadi Ibu seutuhnya setelah bertahun lamanya ia menanti.

"Dia akan tumbuh jadi penguasa yang baik," gumam Sandro sedikit menoleh melihat sang isteri baru keluar dari kamar mandi.

"Just like you? Sandro?"

• That Somebody's Me! •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang