8. We Have Our Own Plans

5K 462 46
                                    

You can do anything you want when it's still your birthday. Kalimat itu begitu menggelitik di kepala Darren. Betapa bahagianya dia saat mendapatkan Keesha memberinya sebuah peraturan unik tersebut.

Tangan kanan Darren masih berada di tempat paling kritis yang sebisa mungkin dia kontrol, melingkari pinggang Keesha. Sementara tangan kirinya membawa dua paper bag hasil belanjaan dan sebuah kopi susu favoritnya. Melenggang di tengah-tengah lantai pusat perbelanjaan, Darren terlihat menikmati suasana di mana dia terlihat seperti kekasih betulan. Fantastik, pikir Darren, tetapi tidak untuk Keesha.

Bibir Darren yang belum bisa menghapus senyum, mendekat ke telinga kiri Keesha dengan perlahan. "Aku bosan belanja."

"And then??" Tatapan Keesha datar, menatap ke ubin pusat perbelanjaan dengan tekanan batin luar biasa.

"Kita pulang. Aku mau menikmati me time sama kamu sebagai seorang kekasih."

Langkah mereka tiba-tiba berhenti. Tidak, sebenarnya Keesha yang lebih dulu berhenti karna terkejut dengan pikiran Darren. Me time sama kamu? Dan apa lagi itu, sebagai seorang kekasih? Keesha mendengkus tak percaya. Ia menatap Darren dengan tatapan jijik sekaligus marah. Masalah semalam saja belum ada ujungnya, tetapi Darren sudah membuat ulah lagi dan lagi.

Lingkaran di pinggang Keesha dilepas secara paksa. Wanita itu kini berdiri berhadapan dengan Darren. Dengan mata menyorot tajam, dan sebuah telunjuk mengacung tegas ke wajah Darren, Keesha tetap tak jadi sesuatu yang menakutkan untuk lelaki yang sedang berulang tahun hari ini.

"Aku cuma menyampaikan keinginan." Darren terkekeh, sebelum Keesha bersuara, dia menghalau telunjuk Keesha dari depan wajahnya. "Enggak sopan, Kee."

"Tua aku dibandingkan kamu!"

"That's!" Wajah Darren maju. "Yang tua-tua memang lebih menggoda."

Kedua tangan Keesha mengepal erat. Ia kesal memiliki teman seperti Darren yang tak punya malu skaligus kurang ajar. Ia menarik napas perlahan. Keesha tidak mau di antara ia dan Darren, Keesha lah yang justru terlihat lebih bodoh.

"Selesai belanjanya?" tanya Keesha mengalihkan. Ia melirik ke dua paper bag di tangan kiri Darren.

Merasa diperhatikan, Darren mengangkat paper bag tersebut. "Yup, dua pasang baju cukup untuk hari ini. You wanna buy something?"

Keesha mengangguk polos.

"Apa? Mau beli apa sekarang?" Tatapan Darren memutar, menatapi semua outlet yang bisa dia jangkau.

"Rasa malu," jawab Keesha tegas, membuat Darren menatapnya dengan sebelah alis terangkat usil. See, shame on you, Darren. Lelaki itu benar-benar membuat darah Keesha mendidih.

"Supaya kamu punya malu setiap godain aku yang jelas-jelas berstatus sahabat di kehidupan surammu ini. Kita pulang." Keesha melangkah lebih dulu. Lift di ujung sana adalah tujuannya. Terserah jika Darren ingin mengikutinya atau tidak, yang jelas Keesha sudah tidak punya mood untuk berlama-lama di tempat itu.

***

Jarum jam berlalu lumayan cepat. Ini bahkan masih belum tergolong malam, tetapi hanya satu jam saja, bidadari berkacamata yang kelihatannya tengah memasak mi instan di dapur, sudah dikejar rasa panik karna harus pulang terlambat.

Berbeda dengan bidadari berkacamata, Darren berusaha memanfaatkan waktu limabelas menitnya untuk mandi cepat, memberesi keseluruhan apartemen dari buku-buku tebal dan baju berserakan. Hanya limabelas menit itu dia habiskan sementara sisanya, dia gunakan untuk bermanja-manja melihat Keesha memasak di dapur.

• That Somebody's Me! •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang