13. Menjauh.

4.5K 517 123
                                    

Ada ibarat kata, hanya dengan melihat untuk pertama kali, seseorang bisa jatuh hati hingga ribuan purnama. Mata sejuk, tatanan ramput rapi, wajah yang fresh, senyum manis, hingga pakaiannya yang selalu dipinatu sangat baik. Very good looking. Mungkin itu awal di mana Keesha menambatkan hati pada sosok Ares. Lelaki yang lembut dan selalu membuat hari-hari Keesha lebih hidup daripada sebelumnya.

Pohon di sepanjang jalan berlalu pelan seakan mereka mengiringi kepulangan Keesha. Kini ia hanya bisa menyandar. Meski hatinya mengingat seperti apa saat rasanya jatuh cinta dengan Ares, Keesha juga harus diingatkan seperti apa rasa sakit hatinya saat lelaki itu berkumpul bersama mantan isterinya lagi. Bukan hanya berkumpul, tetapi tampak tak ada perubahan pada rumah tangga mereka yang utuh. Jelas berbeda pada faktanya.

Mungkin itu bukan masalah besar, tapi ... siapa yang tahu jalan Tuhan memang terlalu baik untuk mereka berdua?

Bunyi klakson terdengar keras. Menggugah Keesha bersamaan dengan sumpah serapah dari mulut si pengemudi. Keesha menoleh pada lelaki di sampingnya. Ia sudah lelah, tapi bahkan lelaki itu tidak peduli betapa Keesha sedang tidak ingin diganggu.

"Minggir!!" Klakson kembali dibunyikan dua kali. "Piss off!!"

"Darren, turun. Kamu bisa ambil kitten-nya, pinggirin atau bawa masuk," ucap Keesha setelah tahu hal apa yang membuat lelaki itu membunyikan klakson seperti orang gila.

"Kenapa bukan kamu? Aku menyetir dan menjemput wanita patah hati, yang bisanya hanya melamun sepanjang perjalanan. Really? Can you get out of the car and get that damn cat for me?!"

Untuk sesaat, Keesha terperangah mendengar kalimat tajam Darren sebelum kembali membunyikan klakson. Bahkan ia harus mengedipkan mata beberapa kali, saking tak bisa mempercayai apa yang Darren ucapkan secara gamblang dan penuh rasa kesal.

"Did you mad at me?" gumam Keesha pelan, setengah heran melihat Darren marah.

Sebelum ada medan pertempuran kata lainnya, Keesha memilih turun dari mobil untuk mengambil kitten di depan jalan. Makhluk mungil yang tak bisa berhenti mengaum itu berpindah dari jalanan ke pelukan Keesha. Ia merasakan dejavu. Hal tersebut pernah ia alami saat mengambil kitten lain yang sekarang terpaksa dirawat Darren di apartemennya.

Masih ada pertimbangan saat ingin masuk ke mobil Darren. Kitten dalam pelukannya bahkan tak mau berhenti mengaum. Ia tahu, Darren sedang marah dengan alasan yang mungkin tidak diketahui Keesha. Dan mendengar auman kitten tanpa dosa ini pasti akan membuat kemarahan Darren melejit berlipat ganda.

Tidak ada pilihan, pikir Keesha asal masuk ke mobil. Diambilnya sepuluh lembar tissue di dashboard untuk ia gunakan sebagai alas memegangi kitten.

Mobil kembali melaju dengan kecepatan sedang. Diiringi auman si kitten warna oranye, Keesha meneliti gerak-gerik Darren yang sekuat tenaga menahan marah.

Sebuah ide kemudian hadir membuat Keesha menyalakan radio mobil, dan mencari tune lagu-lagu. Daripada harus bosan, untuk apa juga menanggapi Darren yang marah-marah. Tapi ... sekali lagi Keesha melirik, ia merasa aneh Darren tak tersulut emosi karna kondisi mobilnya ramai, sementara lelaki itu sendiri sedang kesal.

"Kenapa kamu marah-marah?"

"Apa pedulimu?" tanya Darren balik, lebih cepat dari dugaan Keesha.

"Aku capek, Darren. Jangan buat masalah sepele jadi besar. Aku nggak tahu kamu marah soal apa, tap—"

"Woman, I should have realized, that fighting for you who is fighting for another man is the biggest mistake."

Mulut Keesha terbuka tipis. Ia dibuat tak percaya oleh kata-kata Darren untuk kedua kalinya. Keesha menoleh cepat, rahang yang menegang menjadi spot pertama saat ia menatap Darren.

• That Somebody's Me! •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang