12. Hero On the Road

4.5K 492 59
                                    

Mata memejam. Lantunan lagu dengan lirik mengena hati dari Andmesh begitu membuat tubuh Keesha gemetar. Ia pura-pura tidur. Selama Innova yang dikemudikan Ares terus melaju cepat di jalan tol, Keesha tak terlalu mengikuti arah obrolan teman-temannya.

... Ku ingin saat ini, engkau ... ada di sini
Tertawa bersamaku, seperti ... dulu lagi ...

Kening Keesha mengernyit. Why should he always show up in my memory? Perlahan ia membuka mata, menatap pada jendela mobil yang ternodai rintik hujan. Galaunya Keesha tidak sepenuhnya untuk Ares. Ya, Keesha sadar itu. Tapi ... sifat seorang yang biasanya ceria tanpa ampun, jahil tanpa ampun kepadanya, entah kenapa hilang seperti saat ia pergi ke kamar itu.

"Miss. Keesha sakit?"

Sebuah tangan hinggap di kening dan pipi Keesha. Arun mengecek kondisi teman kerjanya yang tampak diam sejak awal perjalanan mereka kembali ke Bandung.

Dengan gelengan kepala, Keesha menjawab pertanyaan Arun yang sayangnya menyita perhatian Ares secara cepat. Keesha sakit? Beberapa kali Ares mengintip wajah Keesha melalui kaca spion tengah. Memang, sejak awal perjalanan mereka, wanita berkacamata itu tampak lesu, bahkan lebih pendiam. Ares tidak yakin alasan apa yang membuat Keesha seperti itu, tapi sedikit banyak ia menebak, Keesha berubah sejak percakapan mereka tentang love ruins everything.

"Miss. Keesha lagi nggak bisa diganggu, deh. Nge-galau soal cowok cakep itu mungkin, jadi dia pasang headset buat dengerin lagu-lagu sendu."

Komentar Falsa benar-benar membuat Ares semakin kepikiran. Lelaki itu menatap jalanan depan dengan banyak pertanyaan melintas di kepala.

"Galauin apa sih, Miss? Beneran soal Darren itu, ya?"

Headset di telinga kanan Keesha dilepas. "Kenapa sama Darren?"

"Kita nanya, Miss. Keesha malah balik tanya."

Seulas senyum terbit di bibir Keesha. "He is not a crrangle worthy to think about. Kayaknya capek berat bisa jadi alasanku?"

"Really?" Ares mengecek ekspresi Keesha yang langsung berubah melalui kaca spion tengah. Ini pasti masalah antara ia dan Keesha, pikir Ares mulai kalut.

Keesha hanya melempar senyum tipis setelahnya, kemudian pamit untuk melanjutkan tidur pura-pura sambil mendengarkan lagu Andmesh berjudul Hanya Rindu hingga diulang puluhan kali. Ya, mungkin Keesha hanya rindu kepada sosok yang biasa usil kepadanya, tapi kemarin sempat memberi sikap tak tersentuh yang entah kenapa membuat Keesha pusing sendiri.

How about him? Keesha melirik sekilas pundak lelaki yang berusaha fokus ke kemudi. All is good, is it? Keesha memang masih belum percaya soal isi percakapan Ares dengan sosok Dearest Love yang ia percayai sebagai Sinta, Keesha hanya ingin berada di posisi netral. Love ruins everything, jadi ia akan berjalan pada perasaannya yang sedikit demi sedikit harus hilang pada Ares, sampai waktu tak terbatas, sampai tiba saatnya Keesha membuktikan bahwa Ares memang bukan milik siapa-siapa lagi.

Tapi ... kapan? Seandainya lelaki itu bahkan memang masih dimiliki, Keesha harus apa?

Kedua mata Keesha memejam. Ia hanya perlu mengistirahatkan hatinya, jauh lebih lama lagi. Maybe, that someone isn't me. Just maybe.

***

Jauh dari jalanan tol yang panas dan panjang, seorang lelaki tampak memetik senar gitar sambil mengisap rokok di sebuah balkon. Bukan lagi sedang memikirkan tentang pujaan hatinya yang bahkan belum ada kabar.

Darren mendengkus, pikiran tentang pujaan hati sepertinya terlalu jauh.

Sebuah kaos dilempar oleh lelaki lain membuat Darren meletakkan rokoknya di atas asbak. "Bar ilegal Ayahmu masih jalan, Dean?"

• That Somebody's Me! •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang