Wanna try it?

5.4K 474 185
                                    

Hola!
Kabar baik nih

Sebelumnya aku udah kepikiran buat unpub ff ini
But, semalam ada obrolan yang mengasyikkan antara aku dengan salah satu readers

Melahirkan ide cemerlang dari hasil kehaluanku

Yizhan akan tetap berlayar, dan aku masih bisa membawa serpihan kapalku yang lain sembari mendayung bersama bjyx di sini

Untuk beberapa alasan, dimohon yang anti bl maupun yang masih di bawah umur untuk tidak terlalu masuk ke area di bawah ini

Sebab, ada beberapa kata dan gambar yang sedikit vulgar dan tidak layak dikonsumsi khalayak umum

Mohon pengertiannya

Terimakasih

Selamat membaca!

.
.
.

Jika aku bukan seorang fundan, berada dalam satu kamar dengan penggoda-yang mulutnya penuh rayuan dan senyum legit yang bisa membuat siapapun ingin mengigitnya, pasti adalah hal yang biasa. Sayangnya sedari remaja aku sudah sadar diriku yang sebenarnya, yang hanya tertarik pada kaum adam saja.

Berada di kamar Sean membuat otakku buyar, aku mulai berpikir tentang hal yang aneh.

Canggung, rasanya aku ingin pergi saja, tapi bagian tubuhku yang lain memintaku untuk tetap tinggal, dan membiarkan sesuatu yang disebut kekhilafan terjadi setelahnya.

.

Author pov

Sean mengambil map biru yang berada di atas meja, sementara pria manis itu sibuk membolak balik kertas dan membacanya. Yibo menikmati minuman dari gelas yang berada di atas nampan.

"Tidak ada apapun dalam minuman ini bukan?" Yibo baru sadar saat minuman di gelasnya tinggal separuh.

Sean tertawa renyah,
"Kau pikir apa yang akan kucampur dalam minumanmu?"

"Entahlah, alkohol mungkin,"

Sean kembali tertawa, meletakkan map di tangannya, lalu mengganti itu dengan dua tangan Yibo yang terasa dingin.

"Membaca laporan kesehatanku, aku memutuskan untuk berhenti meminum alkohol, tapi sepertinya sulit," Sean menggeleng pada dirinya sendiri, dengan tangan masih menggenggam erat jemari Yibo.

"Aku akan membantumu," Yibo menampakkan sedikit senyum di antara wajah bekunya. Sean begitu takjub melihatnya, baru kali ini ia bisa melihat dokter muda itu tersenyum di depan orang lain. Tanpa sadar Sean bergerak untuk memeluknya sebagai ucapan terimakasih. Tapi Yibo memilih menjauh dari tubuh Sean.

"Maaf, aku tidak terbiasa melakukan kontak fisik dengan orang lain."

Sean tersenyum kaku sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Baiklah, karena ini sudah malam, aku harus pulang, kita akan bertemu besok di sekolah."

Sean mengangguk, setelah menghabiskan minuman di gelasnya. Yibo beranjak dari duduknya dan pulang, tak lupa membawa map itu kembali bersamanya.

.
.
.

Jam 10 malam.

Yibo melihat pamannya tengah tertidur di kamarnya, masih dengan ponsel menyala di tangan. Yibo hendak pergi dan menutup pintu, namun suara-suara dari ponsel itu menghentikan langkahnya.

Rescue My Heart (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang