Kereta api itu melaju cepat di rel. Meninggalkan ibu kota dengan hiruk pikuknya menuju wilayah bandung yang Dulu dikenal dengan lagu Bandung lautan api, yang Jaehyun ajarkan ke Jeno berulang ulang kali saat kecil dulu.
Jaehyun jadi penasaran Jeno sudah setinggi apa ya. Terakhir pulang memang 4 bulan yang lalu. Tapi bagi Jaehyun melihat pertumbuhan Jeno itu penting sekali. Dulu Jeno masih kecil sekarang mungkin sudah setinggi Telinganya.
—
"Oh Luda" Jihyo yang meyadari Luda teman se angkatannya datang masuk kedalam ruangan Koass stase Interna pun bertanya perihal ada apa teteh teteh Bandung itu kemari.
"Eh, Jihyo. Jaehyun nya ada?"
"Balik ke Bandung da, pagi tadi barusan" Jihyo menunjuk jam dinding di ruangan itu.
"Loh kok balik kenapa? Ada masalah apa teh?"
"Bukan, lagi Liburan stase. Dia udah ujian kemaren" Jihyo menggeleng atas pertanyaan Luda mengenai alasan Jaehyun tidak terlihat di ruang koas stase interna.
"Yasudah kalau begitu, makasih Jihyo" Luda akhirnya pamit undur diri.
Berjalan melewati bagian stase interna sambil Membawa beberapa tumpuk map buat dokter Kim dari dokter pembimbing dari stase Yang sedang Luda jalani. Sebenarnya tadi Luda hendak menyerahkan berkas itu untuk Jaehyun, biar Jaehyun saja yang sampaikan ke dokter Kim, karena Luda tidak enak pasal kejadian kemarin. Sepertinya Luda memang harus yang menjelaskannya.
Luda mengetok pintu putih itu. Terdengar jawaban dari dalam untuk menyuruh Luda masuk.
Sebenarnya dokter Kim atau nama panjangnya Namjoo Kim ini sangat Baik sehari hari tapi sangat tegas di meja Operasi. Jadi Luda agak segan. Dan juga perihal kemaren..
"Dokter ini ada berkas dari Dokter Cho kata beliau saya disuruh menyerahkan ke dokter"
Namjoo menerima berkas itu dan mengecek nya dengan sesakma.
Tapi Mulut Luda gatal untuk berbicara lagi.
"Dokter maaf saya lancang.."
Namjoo yang disegani di stase bedah itu pun menatap Luda yang didepannya seperti sedang ingin menjelaskan sesuatu.
"Iya, ada yang bisa dibantu"
"Itu dokter.. ituu"
"Iya kenapa?"
"Itu sebenarnya kemarin Jaehyun nemanin saya yang lagi patah hati di tinggal pacar saya bukan saya dekati Jaehyun dokter sungguh. Tanya saja pada wonwoo" Luda berbicara secepat kilat seperti Rapper ternama.
"Maaf saya lancang dokter, soalnya saat saya buka mata pas mau bilang makasih ke Jaehyun karena udah nungguin saya, saya lihat dokter dari Jauh. T-tapi setelah itu saya sama wonwoo dokter Jaehyun segera pulang saat itu" Luda memejamkan matanya lucu.
Takut kena dampart oleh Namjoo. Mungkin Luda akan dilaporkan sebagai Koass yang tidak sopan dan mengulang pada Stase anak ini tidak seperit Eunwoo yang lancar Jaya.
3 Detik kemudian Luda membuka mata. Melihat Namjoo tersenyum kearahnya.
—
"Aa' tu kalau makan pelan pelan, nanti keselek tau!" Bunda menasehati Jaehyun yang makan terburu buru di meja makan.
"Hehehe, enak bun soalnya jarang makan masakan bunda yang enak" Jaehyun nyengir sambil terus melanjutkan Kunyahannya.
"Iya bun, soalnya pasti di sana makan mie telor terus ya" Jeno ikut berkomentar sambil mengunyah kerupuk mengomentari kebiasaan buruk aa' nya yang suka gak ingat ingat kalau makan mie instan.
"Sok tau" Jaehyun menjulurkan lidah dengan mulut yang masih penuh nasi.
"A' kunyah dulu, gak baik kalau makan sambil bicara" Kali ini Bunda akhirnya sudah Jengah dan melerai kedua kakak adik tersebut.
Setelah selesai makan malam keluarga yang langka semenjak Jaehyun masuk FK(fakultas kedokteran) usai. Jaehyun dan Jeno pun duduk diruang tamu sambil nonton televisi dan ongkang ongkang kaki. Sedangkan Bunda sudah geleng geleng kepala, memperhatikan keduanya yang tak jauh beda sifat dan kelakuannya.
"Kemarin habis dari Makassar gak ada oleh oleh nih" Jaehyun memulai pembicaraan walau masih asik mengunyah potato chips rasa barbeque.
"Gak ada, gak menang. Juara dua" Jeno menggeleng. Mengingat kekalahan yang ia dapatkan saat mengikuti lomba debat Nasional mengenai Salah satu mata kuliah Manajemen Keuangan. Jeno dikirim sebagai salah satu perwakilan untuk mewakili Perguruan tingginya bersama 2 temannya yang lain dalam mengikuti ajang bergengsi tersebut. Melawan mahasiwa mahasiswa lain dari berbagai Universitas di penjuru Indonesia.
"Ya kan tetap aja juara dua"
"Gak satu a', gak asik ah. Jadi gak dapat game konsole" Jeno berdecih sebal, perjanjiannya dengan Jaehyun kalau Jeno menang juara satu lomba itu bakalan Jaehyun belikan Game konsole keluaran terbaru yang belum ada di bandung masih fresh dari jakarta. Kalau perlu Jaehyun titip Bang Johnny yang bolak balik Singapura.
"Bukan rejeki kali ah" Jaehyun mengacak gemas Rambut jeno yang hitam lebat.
"Bun, aa' gak cuci tangan habis makan tapi di lap di rambut adek" Kebiasaan Jeno yang paling di hapal Jaehyun mengadu ke Bunda.
"Jae jangan ganggu adek kamu" Bunda berteriak dari Meja mesin Jahitnya.
Jaehyun jadi semakin gemas sama Jeno. Jadi sebelum kebelakang cuci tangan. Jaehyun malah tambah menguyel nguyel pipi jeno dengan telapak tangannya. Yang akhirnya dihadiahi teriakan aduan Jeno ke Bunda.
Jam Setengah dua belas malam Jaehyun belum tidur. Padahal sudah satu jam yang lalu pamitan sama Bunda mau tidur. Tapi yang terjadi ketika bertemu kasur dikamar yang penuh nuansa abu abu itu, Jaehyun benar benar tidak mengantuk.
Lampu kamar yang biasa dimatikan kala mau tidur pun belum mau Jaehyun matikan.
Jaehyun masih sibuk Menunggu notif yang masuk. Sibuk memandangi layar ponsel yang dari tadi tak juga kunjung menampakkan Notif yang sedang benar benar ditunggu Jaehyun.
Semenjak kemarin Sore setelah kata "sibuk" dari Namjoo. Jaehyun tidak berani mengirim pesan. Karena Jaehyun tau etika. Takut menganggu dan terkesan annoying. Tapi kalau begini Jaehyun rasanya gregetan sendiri, pingin segera mengirim pesan singkat mengatakan pada Namjoo kalau sekarang Jaehyun diBandung.