Terlihat seorang ibu dengan setelan rapi sedang menunggu anaknya di ruang makan. Pagi ini ia sangat disibukkan oleh kegiatan di toko miliknya, menjadi seorang desainer tak lah membuatnya lupa akan tugasnya sebagai seorang ibu walau sesibuk apapun dirinya.
"Selamat pagi sayang." sapa Ranti.
"Pagi Ma." jawab putrinya.
"Gimana, udah siap buat sekolah lagi?" tanya Ranti sebelum memulai serapannya.
Putrinya menghela nafas sejenak lalu menjawab. "Siap gak siap aku tetap harus sekolah, Ma. Aku gak bakalan nyerah buat mendapatkan apa yang sudah aku raih selama ini."
Ranti tersenyum mendengarkannya. Mika memanglah anak yang pantang menyerah sama seperti ayahnya yang telah meninggal, Bram.
Ranti beralih mengambil tangan Mika lalu mengenggamnya erat. "Mama juga yakin kamu bisa"
"Makasih Ma"
"Yaudah, ayo serapan."
Mika hanya mengangguk sebagai jawaban.
Serapan pun berlalu dengan hening, terkecuali suara dentingan sendok yang terus berbunyi hingga serapan mereka pun selesai.
"Di antar pak Sandi, kan?" tanya Ranti.
"Iya. Pak Sandi udah di depan belum, Ma?" ucap Mika sambil menyandang tas sandangnya.
"Udah kok, kamu kedepan aja."
"Iyadeh Ma, aku kedepan ya."
Setelah bersalaman Mika berlari kecil keluar rumah lalu menemui pak Sandi yang sedang menghangatkan mesin mobil.
"Pagi pak." sapa Mika.
"Eh, Non Mika. Pagi juga non Mika,"
"Udah siap, Non?" tanya pak Sandi.
"Udah pak, ayo berangkat."
"Siap Non."
~ ~ ~
Kini Mika tengah duduk dikursi lamanya. Beberapa minggu setelah penerimaan lapor semester ganjil membuatnya rindu dengan kursi lamanya.
Jam menunjukkan pukul 06.40 itu berarti Mika harus menunggu 20 menit lagi tanda bel akan berbunyi.
Selagi menunggu bel berbunyi. Mika mengalihkan pandangannya keluar jendela menatap sebagian siswa/siswi yang kini tengah asik bercengkrama atau melepas rindu. Menjadi sesosok yang biasa disebut introvert tak akan membuatnya iri. Menyendiri adalah hal yang teramat ia sukai. Menurutnya, menyendiri itu asik.
"Boleh gue duduk?" tanya seseorang.
Mika mengalihkan pandangannya dan sedikit terkejut tentang seorang yang kini berdiri tegak di hadapannya.
"Hm, silahkan." ucap Mika sesantai mungkin.
"Sepertinya lo lupa sama gue, apa perlu gue perkenalin diri gue lagi?" kata seseorang tersebut sambil bertopang dagu.
"Lo yang ketua osis, itukan." ucap Mika.
Seseorang itu mengangguk lalu berkata. "Lo inget jabatan gue, apa lo inget juga nama gue siapa?"
"Hmm, lo De ... " ucap Mika sembari mengingat.
"Defran. Nama gue Defran," kata cowok yang bernama Defran itu sambil tersenyum.
"Dan lo Mikahilla Okta. Gue bener, kan?" tanya Defran.
"Iya."
Teng ...
Teng ...
Teng ...Bel masuk berbunyi pertanda agar seluruh murid memasuki kelas. Defran yang masih duduk di kursi itu tersenyum simpul dan mengelus surai rambut Mika sejenak.
"Gue izin balik ya, waktu gak biarin kita berdekatan dengan lama." kata Defran lalu berlalu pergi.
Sedangkan Mika seperti seorang yang tengah bingung. Ia baru saja mengelus kepalanya sendiri dan menatap kosong kepergian Defran.
Bersambung~
Tunggu kelanjutannya ya :)
Ini cerita pertama saya dan saya berharap kalian(para pembaca) pada suka dengan cerita ini. Terimakasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Girlfriend Is Introvert
Teen FictionCewek introvert yang sangat tertutup. Menyukai kesunyian, kesendirian, dan ketenangan. Murid segudang prestasi dan sangat mengharumkan nama sekolah. Tidak ingin memiliki teman dan jauh dari lingkungan sosial. ~Mika Oktavia~ Cowo...