9. Kehilangan

62 16 0
                                    

"Dari cctv yang kita liat disini. Benar, Mika sudah pulang, Bu." jelas Ahmad, selaku Kepala Sekolah.

"Hiks! Lalu Mika dimana, pak?" tanya Ranti cecegukan menahan tangisnya.

"Saya harus apa? Hiks!"

Diruangan serba putih yang biasanya ditempati Kepala Sekolah Dwi Marta penuh dengan suara tangisan Ranti yang sejak pagi telah tiba menanyai kabar anaknya yang tidak pulang semalaman. Rasa khawatir sekaligus rasa keibuan sangat kentara di rasakannya.

Buk Della, selaku wali kelas Mika berjalan mendekati Ranti. Ia menatap iba pada Ranti saat melihat kondisinya. Ia juga seorang ibu, ia dapat merasakan apa yang sedang Ranti rasakan.

Buk Della mengusap pelan bahu Ranti, berharap Ranti bisa bersabar dan lebih tenang.

"Saya tau apa yang Ibu rasakan. Tetapi, cobalah bersabar sebentar, kita pasti menemukannya." kata buk Della.

Ranti menghapus jejak airmatanya. Ia mendongak menatap Della yang berada di atasnya dengan sorot tak suka. "Mika menghilang! Bagaimana bisa ibuk menyuruh saya bersabar."

"Anak saya hilang, hal yang harus saya lakukan adalah mencarinya bukan bersabar." Ranti berdiri dan menggandeng tas hitamnya lalu berjalan pergi.

"Tunggu buk!" sahut buk Della.

"Kita bisa menanyakan ini kepada teman Mika." sambungnya.

Ranti menoleh dan mengernyit heran. Anaknya memiliki teman? Benarkan?

"Di dalam rekaman cctv Mika berjalan bersama seseorang ketika pulang. Mungkin, kita bisa bertanya padanya." jelas buk Della.

Ranti mendekat lalu berjalan mendekati tampilan layar cctv. "Ulang pak." pintanya.

"Benar, Buk Ranti. Disini Mika bersama murid lain." kata pak Ahmad membenarkan.

"Itu siapa? Bukannya Mika tak pernah memiliki teman." tanya Ranti heran.

Buk Della menatap tampilan cctv itu kembali, lalu berkata. "Dia Anya Calista, murid baru pindahan dari Bandung. Saya juga tidak tau bagaimana mereka bisa berteman."

Ditempatnya berdiri Ranti terus di hantui oleh banyaknya pertanyaan. Ranti tau bagaimana sikap Mika di luar maupun di dalam sekolah. Mika adalah anak yang akan merasa tenang dan nyaman saat ia sendiri. Bahkan banyak orang yang jelas-jelas ingin berteman dengannya, namun ia tolak dengan sikap dan perkataan halusnya karna merasa tak nyaman.

Mendengar perkataan buk Della membuatnya mengernyit heran. Bagaimana bisa?

"Kita bisa berbicara dengannya kalo ibuk mau, bagaimana?" tanya buk Della.

"Benar buk, cobalah berbicara dengannya. Mungkin, dia bisa memberikan kabar tentang Mika." sahut pak Ahmad.

Ranti mengangguk, "Baiklah, ayo antarkan saya."

Seutas senyuman terbit di bibir buk Della saat melihat sikap Ranti yang kembali melunak.

Buk Della menggangguk dan memimpin jalan menuju kelas Anya berada. Di sepanjang jalan koridor sekolah ia mencoba menenangkan pikiran buruk Ranti tentang Mika dengan berkata semua akan baik-baik saja.

Tak butuh waktu lama, tibalah buk Della dan Ranti di depan kelas Anya. Kelas itu terlihat sepi, namun masih ada beberapa siswi lainnya yang masih berada di kursi masing-masing, seperti Anya Calista.

Anya terlihat sibuk dengan catatannya. Dari luar kelas buk Della memang tak melihat begitu jelas apa yang sedang Anya catat, tetapi ia yakin Anya sedang menulis sesuatu di bukunya.

Dengan beberapa kali ketokan dari buk Della membuat murid yang berada dikelas pun menoleh termasuk Anya sendiri.

"Anya, bisa kamu kesini sebentar?" kata buk Della.

Anya yang merasa di panggil pun berdiri meninggalkan catatannya dan berjalan keluar menghampiri gurunya dengan seorang wanita yang tak ia kenal namanya itu.

Anya membungkuk sebagai tanda hormatnya dan berkata. "Ngh, ada apa ya, buk Della?" tanya Anya.

"Saya ingin bertanya dengan kamu. Apa benar kamu berteman dengan Mika?" tanya buk Della, tanpa basa-basi.

Anya mengangguk dan tersenyum lebar. "Benar, buk. Saya dan Mika berteman." lalu Anya menatap wanita yang berada di samping gurunya ini dengan canggung.

"Mari saya kenalkan. Ini adalah mama-nya Mika, namanya Ranti." jelas buk Della yang membuat Anya lagi-lagi mengangguk.

"Hey, tante. Saya Anya, temannya anak tante." ucap Anya dengan ramah dan tak lupa dengan senyum yang semakin lebar saat mengetahui wanita di depannya ini adalah mama dari sahabatnya, Mika.

Ranti menghela nafas dan mencoba bersikap tenang. "Saya Ranti, mama Mika."

Melihat sikap Anya secara langsung membuat semua pikiran buruk tentang teman dari anaknya ini berubah. Ia pikir Mika salah memilih teman, namun ia tau Mika tak akan sembarangan memilih teman. Ia juga dapat menilai jika Anya adalah anak yang baik.

"Silahkan buk Ranti bertanya padanya." pinta buk Della, mengingat apa tujuan mereka disini.

Ranti menatap buk Della lalu kembali menatap Anya serius. "Apa kamu tau Mika dimana?" tanya Ranti.

"Saya gak tau tante. Tadi, saya ke kelas Mika cari Mika, tapi Mika gak ada." jawab Anya.

"Kata teman sekelasnya, Mika gak datang. Emang tante gak tau?" sambungnya.

Mendengar jawabannya, Ranti cukup tahu bahwa teman anaknya ini benar-benar tidak tahu.

"Mika dari semalam gak pulang kerumah. Ini semua salah tante, kalau semalam itu tante menjemputnya lebih awal, mungkin Mika tidak bakal hilang begini."

"Ma-maksud tante hilang? Mika hilang tante?" kata Anya terkejut saat mengetahui kebenarannya.

Ranti mengangguk dengan sorotan sedihnya.

"Malam itu, waktu Anya dan Mika pulang bimbel. Anya langsung dijemput, tapi Mika belum. Anya temanin Mika sampai setengah jam lebih, tapi saat itu juga Mika nyuruh Anya pulang. Anya udah bilang kalo Anya bakal tungguin dia sampai dijemput, tapi Mika keras kepala tante. Ma-maafin Anya tante, ini salah Anya." jelas Anya yang merasa bersalah.

"Hiks... Ini salah Anya tante, maafin Anya tante." tangis Anya.

Ranti mengulurkan tangannya. Menepuk bahu Anya dan berkata. "Ini salah tante, akhir-akhir ini tante sibuk sama pekerjaan tante. Ini bukan salah kamu."

"Anya." panggil Ranti saat Anya yang masih terisak dalam tangisnya.

Anya mendongak dan menjawab. "I-iya tante."

"Bantu tante ya, cari Mika."

"Iya tante, Anya bakal bantu cari Mika. Walaupun Anya baru temenan sama Mika dan Mika orangnya tertutup banget. Tapi, Anya bakal usaha buat cari Mika."

Ranti tersenyum. "Terimakasih."

Bersambung...

Follow & Vote
Ntar diback, suer dah✌

My Girlfriend Is IntrovertTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang