6. Polisi

82 36 3
                                    

Disebuah kafe yang terletak di pusat kota terlihat seorang pria muda memasuki halaman parkir dengan wajah berserinya.

Pria itu berkaca di spoin motornya sambil merapikan rambutnya yang terlihat acak-acakan setelah mengendara cukup lama.

"Ck. Mau gimanapun, gue tetap aja tampan." lirihnya kagum.

Setelah merasa cukup rapi. Pria itu kemudian turun dan berjalan memasuki kafe dengan membawa tas sandang hitamnya.

"Woi Malvin! Sini!" teriak Diego kencang sambil menggerakkan sebelah tanggannya.

Pria yang tadi dipanggil oleh Diego itu adalah, Malvin. Malvin-lah pria yang mengenakan tas sandang itu. Ia kemudian berjalan ke arah teman-temannya.

"Gila ya, Vin. Telat lo bukan 10 atau 15 menit. Tapi satu jam lebih." ucap Akbar menggelengkan kepala.

"Maaf, Bar. Tadi gue ada urusan dikit." jawab Marvin terkekeh.

"Urusan apaan selama itu?" tanya Diego.

Malvin mengambil tas miliknya lalu membuku tas itu dan mengeluarkan sesuatu yang sangat berharga baginya. Ia menunjukkan barang itu kepada ketiga temannya dengan tersenyum senang.

"Ya elah, cat semprot doang selama itu." kata Diego lagi-lagi mengelengkan kepalanya.

"Baru beli lagi ya lo, Vin?" tanya Defran sambil menyeruput minumnya.

"Iya nih, gue gak sengaja nemu pas kesini tadi. Liat nih, warna catnya bagus banget. Gue juga beli 7 warna."

"Heran gue. Udah selemari loh di apart lo. Ngapain beli lagi coba?" ucap Diego lagi.

"Biarin, biar gue koleksi sekalian. Bagus gini juga. Gue haus ni, lo pada udah pesan, kan?" kata Malvin.

"Yaudah-lah. Ya kalik satu jam nunggu lo kita gak mesan."

"Haha, gue mesan dulu deh kalo gitu."

Malvin berdiri dan berjalan ke tempat pemesanan. Selesai memesan ia pun kembali ke tempat duduknya tadi.

"Eh ngomong-ngomong, gue gak bisa lama. Gue mau coba ni cat nanti." tutur Malvin.

Diego yang mendengar itu menggeram kesal. "Please deh, Vin. Nanti lo-kan harus balapan sama Zidan."

"Besok aja lo coba catnya. Malam ini kita harus datang kesana dulu." kata Akbar.

"Gue dateng kok, lagian sekarang juga masih jam 8."

"Ya tetap aja, Vin."

"Udah, lo pada jangan khawatir. Gue pasti dateng."

"Seterah lo deh, tapi lo harus ingat balapan di mulai jam 12. Jangan telat."

"Iya-iya ingat."

Tak lama setelah itu pesanan pun datang. Malvin mengangguk dan mengucapkan terimakasih pada pelayan tersebut.

"Naik apa lo kesini? Motor baru apa yang lama?" tanya Defran kepo.

Malvin menyeruput minumnya dan berkata. "Pake motor yang lama. Motor yang baru ntar gue pake pas balapan."

"Kenapa lo masih tetap beli sama Arsen sih, Vin?" Defran menatap Malvin dengan pasti.

"Emang kenapa? Gue juga udah tanya langsung sama dia, kalo semua barang dia itu gak ilegal."

"Bisa aja dia bohong."

"Enggak ah gak mungkin."

"Gue kan ... "

"Udah dulu ya, gue harus pergi."

Malvin sengaja memotong pembicaraan Defran padanya lalu beranjak pergi setelah pamit kepada teman-temannya. Defran pernah bilang kepadanya bahwa Arsen menjual barang-barang curian atau biasa yang di bilang ilegal. Ia menjelaskan bahwa Arsen adalah seorang penadah. Namun, Malvin tak percaya. Malvin juga sudah tanya langsung kepada orangnya dan tak mungkin baginya Arsen bakal berbicara bohong padanya. Mereka sudah berteman lama.

My Girlfriend Is IntrovertTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang