Bab VII ( Damai )

23 4 2
                                    


Tak selamanya peperangan itu berlanjut, karena ada masanya perang itu berakhir.

.
.
.
.

Sudah hampir enam bulan aku dirumah sakit ini setelah aku sadar tentunya, kalau dihitung dari awal masuk Rumah Sakit aku sudah berada disini selama dua tahun lima bulan apa ada yang sepertiku? Menjadi pasien selama itu? Hahahahahah... entahlah.

Menurut informasi yang aku dapat, besok aku sudah boleh pulang kerumah

Alhamdulillah akhirnya aku bisa pulang, selama ini aku tidak pernah merindukan rumah separah ini, kemaren Mommy dan Daddy juga sudah sampai di Indonesia.

Aku tidak pernah sebahagia dan sebersyukur ini karena sudah diberikan kesempatan hidup sekali lagi sama ALLAH SWT.

Dengan masih memasang wajah senyum kulihat Mas Ken masuk ke kamarku bersama Leon. ya lagi-lagi Leon.

Bukannya aku tidak suka tapi aku hanya heran bukankah dia seorang penyanyi yang mempunyai jadwal segunung tapi selama aku sadar dari koma dia hampir tiap hari datang kerumah sakit ini bahkan dia juga pernah membantuku.

Apa akhir-akhir ini dia tidak punya jadwal manggung ? Entahlah, terserah dia saja yang jelas saat ini aku sangat bahagia karena sebentar lagi pulang kerumah.

"Senyum-senyum nih ye, seneng ya besok mau pulang?" Mas Ken menggodaku sambil menjawil kecil hidung ku.

"iya dong Mas" balasku dengan senyum yang mengembang, kulihat Leon juga ikut tersenyum dan menampakan lesung pipi diwajahnya, oh iya aku lupa bercerita kalau Leon punya lesung pipi diwajahnya dan itu akan terlihat kalau dia tersenyum.

Sedang asik tersenyum membayangkan akan kembali pulang tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamar inapku

"iya... siapa?" jawab Mas Ken

Dan setelah itu pintu itu terbuka menampilkan laki-laki dengan stelan baju kaus putih dan celana jeans biru gelap dan rasanya senyumku lenyap seketika.

Dia Pulang

"Adrian...?" dengan wajah yang setengah terkejut Mas Ken menyebutkan nama orang yang mengetuk pintu tadi.

Ya, dia Adrian alasanku berlari seperti orang yang tidak sadar diri dimalam kecelakaanku.

"Mas Ken, Leon "

dia membalas sapaan mas Ken dan aku melihat mereka saling berpelukan satu sama lain mungkin melepas rindu antara sahabat dan setelah itu dia bergantian memeluk Leon karena setahuku mereka juga berteman dekat.

Tak lama setelah itu dia menatapku dan memberikan satu buket bunga ke Mas Ken mungkin tanda menjenguk orang sakit, seperti yang dilakukan orang lain kalau menjenguk orang sakit karena aku sering mendapatkannya dari orang yang menjengukku selama disini.

Lalu sapaan terlontar dari mulutnya
" Hai Bel, apa kabar? Maaf baru kesini" Dia mulai menghampiri ranjangku.

Kenapa semua orang yang baru menjengukku minta maaf sih, apa salah mereka?

"Hai juga Adrian, aku baik " jawabku dengan memaksakan sedikit senyum, takut dibilang tidak sopan karena saat ini aku sudah tidak berminat lagi untuk tersenyum dan berbasa-basi sama orang lain.

"Abellia sudah mulai membaik, mungkin besok dia sudah boleh pulang" sambung Mas Ken.

Untung ada Mas Ken karena aku sudah tidak sanggup menjawabnya.

"Oh ya? Syukurlah, maaf Mas aku baru kesini, karena perusahaan disana benar-benar kacau jadi aku harus menyelesaikannya Papa begitu tega menyuruhku mengelola pekerjaan itu" jawabnya

DIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang