Kadang lebih mudah memecahkan dinding tebal beton dari pada memecahkan dinding tipis tak kasat mata
.
.
.
.
.
.Sudah masuk Minggu ke Tiga aku berada dirumah dan selama itu juga aku selalu berulang ke rumah sakit untuk melanjutkan terapiku.
Kondisiku sudah sangat banyak perubahannya aku sudah bisa berjalan sedikit demi sedikit dengan bantuan tongkat tapi itu sudah membuat ku bersyukur karena tidak terlalu bergantung pada orang lain lagi tapi walaupun begitu aku masih belum bisa terlalu lama berjalan namun itu sudah cukup bagiku.
Saat ini aku sedang bersiap - siap untuk kembali kerumah sakit karena hari ini adalah jadwal terapiku, sudah hampir lima menit aku diruang tamu menunggu Mas Ken siap-siap dikamarnya.
"Bel"
Kulihat Mas Ken berjalan kearahku dan duduk di sampingku sambil mengusap kepalaku Mas Ken kembali bersuara.
" Maaf sepertinya untuk hari ini kamu pergi sama Leon ya, orang kantor tiba-tiba telfon kalau klien Mas yang dari Malaysia mendadak ngadain meeting pagi ini, jujur Mas kesal, tapi ini memang ngak bisa diundur Mas minta maaf ya Bel" Dengan wajah menyesal Mas Ken menyampaikan alasan yang membuat dia tidak bisa mengantarkanku ke rumah sakit, tapi yang membuat aku tidak habis pikir kenapa harus Leon?
"Marcel atau Mas Erza ngak bisa nemenin aku ya mas? " aku langsung mengutarakan pertanyaan yang ada dikepalaku, karena mungkin saat ini aku memang lebih nyaman sama sepupuku atau sahabatku itu untuk mengantarkanku kerumah sakit.
"Awalnya Mas memang mau nyuruh salah satu diantara mereka buat nemenin kamu, tapi saat ini Erza lagi di Padang ada urusan bisnis disana dan Marcel lagi diare" dengan santai Mas Ken menjelaskan perihal kenapa tidak mereka yang mengantarkanku.
"Apa? Marcel diare.. kok bisa Mas?" Tentu saja Aku cemas dengan Marcel kenapa bisa anak itu kena diare setahu ku diantara kami dialah yang paling menjaga apa yang harus dimakan, secara dialah yang paling gila soal masalah kesehatan.
"Dia salah makan Bel, coba deh kamu Tanya aja sama tu kunyuk satu, jadi kamu mau yaa.. sama Leon ?" kali ini Mas Ken memasang tampang memohonnya.
Tepat sebelum aku melanjutkan ucapan ku tiba-tiba ada yang masuk dan berjalan kearah kami
"Assalamualikum,.. Mas, Bel gimana udah siap?" seseorang dengan senyum segar berdimplenya masuk dari pintu depan rumahku, ya. Siapa lagi kalau bukan Leon, tanpa persetujuanku-pun Mas Ken tetap akan menyuruhku pergi dengan Leon melihat pertanyaan Leon yang seakan-akan aku memang setuju, sebenarnya dengan siapapun aku pergi kerumah sakit itu tidak masalah hanya saja kali ini tidak dengan Leon karena aku benar-benar tidak nyaman dengannya aku tidak tau apa yang harus aku bicarakan dengannya nanti selama perjalan ke rumah sakit. iya,. aku hanya kurang nyaman saja.
"Oke Leon udah datang yok"
Setelah aku digendong Mas Ken masuk ke mobil Leon dan setelah memasukan kursi rodaku ke bagasi Mas Ken dengan senyum yang tak lepas diwajahnya mengatakan
"Selamat terapi Adikku sayang dan Leon jaga adik kesayangan Mas dan jangan lupa habis terapi bawa Abel jalan - jalan kasihan dia dirumah terus"
Oke kali ini Mas Ken dengan idenya membuatku terdiam tidak tau mau balas bagaimana, jalan-jalan? yang benar saja, bahkan perjalanan ku kerumah sakit ini saja aku tidak tau mau berbicara apa dengan Leon apalagi jalan-jalan lebih baik aku tidur saja, aku tau maksud jalan-jalan disini adalah bukan jalan pakai kaki tapi keliling - keliling kota untuk refreshing otak, mending aku diajak jalan kepuncak aja sekalian tapi aku maunya sama Mas Ken aja bukan sama Leon. Tapi ya sudahlah.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIA
RomanceTernyata terbaring koma di rumah sakit selama dua tahun tidak menghilangkan perasaanku padanya. Aku sudah bangun tapi ada satu hal yang membuatku marah. Marah karena tanpa sepengetahuan ku, aku sudah sah menjadi seorang istri dari seseorang yang tid...