"Hidup ternyata Tak perlu terlalu dipikirkan, karena hal - hal yang tak terduga yang datang di hidupmu esok hari tak kan pernah terpikir oleh mu saat ini"
-
-
-
-Seperti yang sudah direncanakan, hari ini aku akan berangkat ke Puncak Bogor untuk menghadiri acara ulang tahun sahabat gila ku si Marcel.
Saat ini aku sedang duduk di depan meja riasku memasukan keperluan yang akan aku gunakan selama menginap di sana, tidak lama hanya satu malam dan hanya malam ini saja karena besok aku sudah kembali lagi ke Jakarta.
"Bel,. "
Kulihat kearah pintu kamarku Leon masuk sambil membawa satu nampan yang diatasnya sudah ada piring berisi roti gandum dan gelas air putih yang aku tebak itu pasti sarapanku untuk pagi ini, dan dia langsung meletakkan itu di meja yang biasanya aku gunakan untuk makan yang terletak di sudut dekat jendela kamarku.
"Kamu sarapan dulu ya, setelah itu kita baru berangkat"
Setelah mengatakan itu kulihat sebuah senyum masih tercetak jelas dari bibirnya, Aku hanya memandang dengan tatapan datarku dan setelah itu dia berjalan kearahku dan mulai membantuku berdiri untuk berjalan ke arah meja tersebut.
Setelah aku duduk dengan sempurna aku menatap piring makanku, dan mulai memakan sarapanku. Kulihat Leon sedang mengambil obat serta vitamin yang biasa aku minum di dalam laci tempat aku menyimpan obat serta vitaminku.
Aku hanya diam melihat itu semua sudah beberapa hari ini dia melakukan aktivitas itu untukku, aku hanya diam dan tetap memakan sarapanku walaupun perasaanku tidak nyaman aku tau Leon sudah melibatkan kesungguhannya kepadaku tapi dasar akunya yang masih belum merasa terbiada dengan ini semua.
***
Setelah aktivitas sarapan serta persiapan sebelum berangkat ke puncak selesai, Aku menunggu Leon mengambil tasnya di dalam kamar, lebih tepatnya kamar tamu yang selama ini ditepati Leon.
Aku juga baru tau kalau Leon selama ini sudah pindah ke rumahku dan aku mengetahui itu sejak pertama kali Mas Ken menceritakan perihal Leon yang sudah menikahiku, dan sekarang dia tidur di kamar tamu.
Responku ? Tentu hanya diam saja setelah Mas Ken menceritakan itu, lagian aku juga tidak tau harus merespon bagaimana apa aku harus menyuruhnya tidur di kamarku?.
Ah.. tidak.. tidak.. itu bisa membuatku mati dengan ketidaknyamanan, lagian aku belum memutuskan mau dibawa kemana pernikahan ini.
Bahkan setelah pengakuan itu tidak ada yang menyuruhku untuk sekamar dengannya dan Leon sepertinya juga tidak mau membahas perihal itu dilihat dari caranya yang tidak pernah membahas ini lagi, aku tau mungkin dia juga masih ragu dengan penerimaan ku atas pernikahan ini makanya tidak mau menyinggung soal "kamar" dan aku menghargai sikap Leon yang begini.
"Kok ngelamun Bel ada yang sakit?" Kulihat Leon menghampiri ku dengan Tas yang sudah berada di punggungnya, sepertinya dia sudah selesai mengambil barang-barangnya, dan kulihat dia mulai meraba keningku
"Kamu baik-baik aja kan? Atau kita tunda saja berangkatnya, Marcel pasti ngerti kok"
Ya ampun.. Leon aku hanya melamun dan tidak sakit sama sekali kondisi ku baik-baik saja walaupun berjalan masih susah tapi aku baik-baik saja dan tanpa sengaja aku mengembungkan pipiku karena sedikit kesal dengan kekhawatiran berlebihan dari Leon.
"gue baik-baik aja, lo udah siap kan? ayo berangkat"
Kulihat Leon tersenyum
"Kok senyum sih? " tanpa sadar Aku menyuarakan pikiranku
"Aku udah siap kok, aku senang kamu udah mau bicara lagi sama aku"
Aku hanya melongo dengan jawaban Leon barusan, dan setelah itu dia menolongku berdiri dan membantuku berjalan sampai ke Mobil, kondisiku masih belum bisa berjalan tanpa bantuan intinya aku masih susah untuk berjalan sendiri dan masih memerlukan pegangan. Semoga secepatnya aku bisa berjalan normal kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIA
RomanceTernyata terbaring koma di rumah sakit selama dua tahun tidak menghilangkan perasaanku padanya. Aku sudah bangun tapi ada satu hal yang membuatku marah. Marah karena tanpa sepengetahuan ku, aku sudah sah menjadi seorang istri dari seseorang yang tid...