PNEUMA X: Sac of Spell

363 43 13
                                    

Jinyoung jadi ingat kata-kata Bambam, apa mungkin arwah itu arwah yang sama.

Itu artinya dia memang sedang menungguku.

'Menunggumu?'

"Kau tahu di mana dia sekarang?"

Suga menggelengkan kepalanya, 'dia hanya muncul saat menjelang tengah malam. Sebaiknya kau singkirkan dulu jimat itu, kurasa dia akan menemuimu.'

Jinyoung menyetujui ucapan Suga.

.
.
.

A Marjin Fanfiction
By Ree '456'
.
Boyslove
.

Mark Tuan
.
Park Jinyoung
.

Maafkan Typo

.


FYI

'Italic' = Arwah yg bicara

Italic = inner voice

Bold italic = bukan arwah ataupun manusia

Nama yang dicetak miring = arwah (tapi di dalam percakapan tidak akan di italic)

.

Setelah bicara dengan Suga,  Jinyoung segera pergi ke kamar Jaebum untuk memastikan kecurigaannya. Benar saja, saat Jinyoung membuka kamar Jaebum, aura negatif sangat terasa. Bahkan sekarang dia merasa pusing.

Jinyoung semakin yakin ada sesuatu di kamar Jaebum tapi bukan sebuah jimat. Auranya terlalu kuat dan penuh dengan energi negatif.

"Bagaimana bisa hyung tidur di tempat seperti ini?" keluhnya. Tentu saja Jaebum bisa karena dia tidak memiliki kemampuan seperti Jinyoung.

Perlahan Jinyoung berjalan masuk dan mulai memeriksa sekeliling. Sebenarnya Jinyoung juga merasa ragu, tapi kemungkinan Jaebum sedang terlibat masalah, cukup masuk akal baginya.

Jinyoung tahu Jaebum tidak percaya dengan hal-hal gaib, bahkan dengan terang-terangan menunjukkan ketidaksukaannya. Dulu Jinyoung tidak sengaja melihat Jaebum terlibat pertengkaran dengan seorang yeoja. Dari yang Jinyoung dengar, Jaebum mengata-ngatai yeoja itu perihal dia yang bisa melihat arwah dan sejenisnya. Karena itulah Jinyoung tidak ingin Jaebum tahu tentang dirinya yang sebenarnya. Dia tahu akan berakhir seperti apa nantinya.

Di tengah kesibukannya mencari, sesekali matanya melirik jam. Takut kalau Jaebum tiba-tiba pulang.

"Aduh... makin lama kepalaku makin pusing. Kenapa Bamie belum pulang juga? Eh, tapi kalau Bamie pulang, Jaebum hyung juga pulang dong," Jinyoung mengerucutkan bibirnya.

"Jinyoungie, cepat turun! Makan siang dulu, berhenti main-main! Eomma ke kantor appa dulu," teriak Luhan.

"Aku tidak main-main, eomma," balas Jinyoung tidak kalah kencang.

"Terserah, yang penting makan dulu, setelah itu baru lanjutkan. Eomma pergi dulu, sebentar lagi Jaebum pulang," beberapa saat kemudian terdengar suara mobil.

Jinyoung menghela napas, dia tidak bisa seperti ini. Mungkin dia memang harus menunggu Bambam. Lagipula dia ingin kakinya cepat sembuh.

Jinyoung keluar dari kamar Jaebum, akhirnya dia bisa bernapas lega. Selain aura negatif yang membuat Jinyoung pusing, debu dan teman-temannya lah yang menambah kadar kepusingan Jinyoung.

PNEUMA (ARWAH)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang