"One of the hardest decisions you'll ever face in life is,
choosing whether to walk away or try harder."
- unknown
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Suara dobrakan pintu tentu saja mengagetkan Yohan. Apalagi dengan kekuatan yang entah mengapa sepertinya keluar begitu besar. Bayangkan, sekali saja Seungwoo membenturkan sisi tubuhnya untuk mendobrak pintu, daun pintu berwarna cat kusam itu langsung terbuka.
"Daebak," desahnya kagum.
"Kau tidak apa-apa?" tanya Wooseok yang masih memegangi kedua lengannya dari belakang. Pemuda bergigi kelinci itu menoleh ke belakang, ada wajah Wooseok yang begitu dekat di depannya.
"A-ah! Tidak apa-apa! Tidak apa-apa!!!" Yohan sontak melepaskan diri.
Wooseok tertawa pelan dibuatnya.
"Ano, itu Seungwoo—" Yohan menunjuk bagian dalam apartemen Seungyoun. Seungwoo sudah masuk ke dalam dan menghilang dari ruang pandangnya sedari tadi.
"Sok pamer dan sok keren, biarkan saja." Wooseok melirik bagian dalam apartemen. Namun meski ucapannya tak menyenangkan, nyatanya di mata Yohan, Wooseok terlihat seperti sedang tersenyum teduh. "Ayo masuk."
Baru beberapa langkah masuk, Seungwoo muncul, keluar dari dalam ruangan gelap. Yohan mengenali ruangan itu sebagai kamar Seungyoun. Pemuda jangkung itu menggenggam sesuatu dan menyodorkannya pada Yohan.
"Eh?"
Seungwoo mendesah keras. "Ponselnya ada di kamar dalam keadaan mati. Menancap pada kabel charger."
Yohan mendesis pelan sembari menerima ponsel dari tangan Seungwoo. "Dia ... kadang memang ceroboh." Yohan langsung mengantonginya dan menoleh pada Wooseok.
"Menurutmu dia ke mana?" tanya Wooseok. Pemuda itu berdiri di samping lemari kotak sepatu. Jemari kurusnya meraba permukaan kayu lalu menjentikkannya. "Sedikit berdebu. Mungkin dia memang sudah tidak di sini selama dua atau tiga harian." Wooseok mendongak, memandangi celah ventilasi di atas pintu apartemen yang bisa dengan mudah mengantarkan debu dari luar.
"Coba pikirkan."
Yohan menoleh pada Seungwoo. Meski terkesan ucapannya datar, namun nada penekanan dari bicara lelaki itu, tidak, lebih tepatnya ekspresi wajahnya ... menyiratkan kecemasan. Yohan hampir membuka mulutnya, namun suara yang keluar dari Yohan malah berasal dari perutnya. "Aku ... tidak bisa berpikir apa-apa sekarang." Wajah Yohan merah padam. Dalam situasi begini, perutnya malah keroncongan.
"Sepertinya besok-besok jangan hanya sarapan apel," gumam Wooseok.
Yohan menunduk dalam-dalam, menenggelamkan ekspresi malunya dengan juntaian poninya.
"Mau cari makan dulu?" tawar Wooseok.
Yohan sontak mendongak. "Oh! Aku cari di sini saja. M-mungkin Seungyoun punya ... persediaan ramen cup." Yohan bergerak mundur, bersiap ke dapur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alpha's Addiction
FantasyMakhluk mortal bernama manusia hanyalah makanan. Sebanyak apapun Wooseok mengingatkan Seungwoo, Hangyul, dan klan-nya, mereka akan selalu melihat orang-orang di dunia sini sebagai pemenuhan kebutuhan mereka semata, tidak lebih. 'Jatuh cinta tidak s...