Katanya matahari pagi itu baik untuk kesehatan. Katanya matahari pagi itu baik untuk kulit. Tapi apakah jam 9 pagi matahari masih baik untuk kesehatan? apalagi mendengar ultimatum dari guru baru yang sedikit menyebalkan.
Tetapi pesona Guru baru itu mampu mengurangi tingkat kesebalan siswa kelas XII ipa-2, kecuali Lala.
"Peraturan pertama, dilarang telat" ucap Alvino.
Sulit, memang. Ini Indonesia, dimana budaya jam ngaret sudah melekat dalam setiap individu.
"Kedua, dilarang menggerai rambut. Karena saya risih melihat perempuan dengan rambut tergerai saat berolahraga."
What the hell? kalau tidak ingin melihat ya tutup mata saja. Peraturan macam apa ini?
Lala dan teman-temannya saling lempar pandangan. Mengikat rambut? oh tidak, bahkan mereka terlihat cantik saat rambut mereka digerai.
"Ketiga, tidak boleh memakan permen karet." Alvino menatap Lala dengan mata elangnya.
Lala yang sadar telah ditatap oleh guru barunya itu langsung menelan ludahnya. Ia juga langsung mengeluarkan permen karet yang ada dalam mulutnya.
Sial. Umpat Lala dalam hati.
"Dasar guru baru songong" ucap Lala pelan nyaris tak terdengar.
"Ada yang ingin kamu sampaikan?" tanya Alvino kepada Lala sambil menunjuk menggunakan dagunya.
Sekakmat. Terlalu tajam pendengaran guru baru Lala itu. Lala menggaruk tengkuknya, gugup. Ia berusaha mencari alasan.
"Eh, anu enggak, Pak. Aduh perut saya sakit." Lala memegang perutnya yang mendadak sakit. Ah, iya itu hanya alasan.
Alvino tersenyum miring. Ia tidak memperdulikan Lala yang mengadu kesakitan.
Ia melanjutkan penyampaian peraturannya. "Keempat, tidak boleh berpura-pura sakit. Karena saya sudah menyiapkan sanksinya."
Lala membulatkan matanya. Tangan yang tadi memegang perutnya langsung ia lepas. Amazing! apakah Alvino mempunyai ilmu hitam sampai ia tahu kalau Lala hanya berpura-pura? atau dia hanya menyindir?
"Ada pertanyaan?" tanya Alvino kepada siswa dihadapannya.
Bagas mengangkat tangannya. Alvino langsung mempersilahkan Bagas untuk bertanya.
"Untuk peraturan yang pertama, kalau telat apa ada dispensasi, Pak?"
"Ada. Hanya lima menit. Tidak lebih" jawab Alvino tegas.
Bagas mengangguk paham. Tetapi raut wajahnya menunjukkan ketidak puasan. Sedangkan Lala menganga. Hanya lima menit? ganti pakaian dari seragam ke pakaian olahraga saja kurang lebih tiga menit, merapikan penampilan setelah berganti pakaian satu menit, berjalan dari kelas kelapangan juga butuh waktu. Apalagi kelasnya cukup jauh dari lapangan. Dia bilang hanya lima menit? lima menit?! Oh ghost!
Sepertinya guru baru ini benar-benar ingin melihat kemampuan Lala dalam mendepak orang.
"Pak." Lala mengangkat tangannya, berniat untuk mengajukan pertanyaan. Alvino mengangguk tetap dengan wajah datarnya. Menyebalkan!
"Untuk poin nomor tiga," Lala menjeda kalimatnya. "Menurut saya itu konyol, Pak."
Lagi dan lagi Alvino tersenyum. Meskipun aura yang terpancar dari wajahnya cukup menyeramkan tetapi ia terlihat manis saat tersenyum. Tapi tunggu, itu bukan senyum sungguhan.
"Apa perkataan saya kurang jelas? biar saya ulangi. Ketiga, tidak boleh memakan permen karet. Saya rasa itu cukup jelas."
Oh shit. Sekuat apapun, sebenar apapun sebuah pernyataan siswa, siswa tetaplah siswa. Tugasnya cukup mendengarkan apa kata guru. Jangan melawan apalagi membangkang. Salah tindakan, siap-siap saja melihat nilai semester yang akan merusak mata. Siap-siap saja mendengar ceramah gratis dari orangtua.
Dari alam mana dia berasal? Hambamu ini tidak pernah melihat makhluk menyeramkan seperti dia. Lala membatin.
"Siapa nama kamu?" tanya Alvino menunjuk Lala.
Lala tersentak. "La-la, Pak"
Alvino bergerak satu langkah kedepan dan berkata, "saya punya ilmu hitam. Jangan megatai saya dalam hati. Itu tidak baik."
Oh God, rasanya Lala ingin menyeret guru baru itu dan melemparnya ke padang savana. Atau melemparnya ke kebun binatang agar ia bertemu kembarannya disana. Bisa jadi aura menyeramkan Alvino itu karena ia terpisah dengan saudara kembarnya, bekantan.
Lala meremas celananya. Ia berusaha menetralisir ketegangan akibat saudara kembar bekantan itu. Benar dugaannya, Alvino memiliki ilmu hitam.
"Dasar bekantan liar" umpat Lala dengan suara pelan. Sangat pelan sampai hanya mulutnya saja yang tampak bergerak.
Ternyata selain memiliki ilmu hitam, sepertinya alvino juga cenayang. Pendengarannya sangat tajam seperti hewan yang tidur di siang hari dan mencari makan di malam hari alias ke-le-la-war, dan wajahnya menyebalkan seperti bekantan. Sungguh perpaduan yang sangat sempurna.
Tubuh manusia, wajah bekantan, pendengaran kelelawar.
Meri sebagai sahabat Lala yang baik pun merasa iba. Lala ini selalu saja menempatkan dirinya sendiri dalam masalah. Tidak bisakah Lala membuat kesan yang baik pada pertemuan pertama? apalagi Alvino adalah gurunya.
Meri hanya menggeleng melihat sahabatnya itu. Setelah ini siap-siap saja telinga Lala akan memanjang karena Meri akan memberinya siraman rohani, agar otak sahabatnya itu lebih berfungsi dan tidak disalah gunakan. Padahal Lala ini termasuk siswa berprestasi. Rankingnya tidak pernah keluar dari tiga besar, hanya saja terkadang mulutnya asal bicara seperti kendaraan tanpa rem.
"Untuk hari ini sengaja saya belum masuk ke materi pelajaran. Karena Pak Beni berpesan kepada saya bahwa hari ini hanya sesi perkenalan dulu." Alvino mengucapkannya dengan santai.
Seperti pepatah mengatakan 'tak kenal maka tak sayang'. Jadi berkenalan agar bisa saling menyayangi. Tapi menurut Lala pepatah itu seharusnya diganti menjadi 'tak kenal maka tak apa, tak 'kan rugi juga'.
"Pak, saya mau tanya." Meri mengangkat tangan kanannya. Alvino mengangguk mengiyakan. "Usia bapak berapa?"
Pertanyaan siswa yang tidak pernah terlewat. Usia. Pertanyaan seperti itu pasti selalu muncul dikepala siswa perempuan. Karena perempuan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi apalagi ingin tahu tentang pria tampan.
Alvino berdehem. "Saya lahir tahun 1997. Dan sekarang tahun 2020, kamu anak ipa kan? silahkan dihitung."
Meri mengangguk dan tersenyum. Sedangkan Lala mengernyitkan dahinya. Apa Alvino berniat menguji kemampuan berhitung sahabatnya? Meri bertanya umur, bukan tahun lahir. Apa mungkin Alvino juga sebenarnya tidak tahu berapa usianya?
Fix, Alvino benar-benar ingin Lala melemparnya ke kebun binatang agar bertemu bekantan kembarannya.
❄❄❄
Hello guys, gimana sama part ini?
Jangan lupa vote & comment.
Enggak susah kok, cuma tinggal mencet aja. Enggak sampe satu menit.Oke see you.
Share cerita ini ke temen-temen kalian ya guys:)
Wattpad@ai_yuna
Instagram@ai_yunaa

KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARTIKA
Novela JuvenilDia itu seperti antartika, dingin. Hanya orang tertentu yang bisa menyentuhnya. Guru, tapi kok cuek? Bagaimana nasib siswanya? *cerita ini hanya fiksi atau hasil imajinasi penulis. 🔴Pertama ditulis pada 23 Februari 2020