Part 17||Harusnya Kamu Tau

10 1 0
                                    

_____________________________________

Diam bukan berarti tak ada apa-apa, karena biasanya dengan tetap diamlah semua akan baik-baik saja.

~Doni Prameswara
_______________________________

Meskipun sudah sore, matahari tetap saja nafsu membakar kulit. Hot-nya benar-benar membuat mata menyipit saat berniat untuk melihatnya.

Gerbang SMA Darmawangsa sudah ramai dengan siswa-siswi yang menunggu jemputan. Seusai acara ulang tahun sekolah, semua diperbolehkan pulang kecuali anggota OSIS dan guru.

Meri berdiri dekat pintu gerbang seperti menunggu seseorang. Matanya terus menilik parkiran yang masih ada beberapa motor. Tak lama Andre menghampiri Meri dengan motor sport hitamnya. Senyum terbaik Meri tunjukkan untuk sang pujaan hati yang sudah lama ia nanti.

Andre membuka helm sebelum Meri naik ke jok belakang motornya.

"Meri, maaf, ya aku enggak bisa antar kamu pulang. Mamah barusan whatsapp minta diantar ke apotek. Jadi, aku harus cepat sampai rumah."

Jangan tanya seberapa kesalnya Meri saat ini. Sudah menunggu lama di gerbang, berdiri dengan kedua kakinya, tanpa payung tanpa topi. Dan sekarang apa?

"Oh gitu, ya. Yaudah enggak pa-pa. Aku bisa naik angkot." Kesal sih, tapi mana mungkin Meri memaksa Andre untuk mengantarnya. Ia juga tahu surga ada di bawah telapak kaki ibu. Mana mungkin ia memaksa Andre untuk durhaka.

"Enggak usah naik angkot. Kamu pulang bareng Doni aja, ya. Tadi aku udah ngomong sama dia." Meri mengangguk. Andre memakai helmnya kembali dan menyalakan motornya.

Doni datang dan menghentikan motornya di samping Andre. Kemudian ia memberikan helm kepada Meri.

"Don, hati-hati bawa motornya, ya. Jangan diapa-apain my honey sweety, " ucap Andre kemudia menjalankan motornya.

Setelah Andre meninggalkan Meri dan Doni, Meri pun segera menaiki motor Doni.
Doni melajukan motornya pelan. Ia tahu sedang membawa anak orang, maka dari itu ia tak berani untuk melajukan motornya dengan kecepatan tinggi.

Di atas motor keduanya hanya diam. Mungkin saja mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing. Setengah perjalanan keduanya masih terdiam. Tidak ada yang berniat untuk memulai pembicaraan. Akhirnya, karena merasa akward dengan situasi, Meri pun mencoba mencari topik obrolan.

"Doni." Meri menepuk bahu Doni untuk memberinya isyarat.

"Hem," balas Doni singkat. Ia tetap fokus menatap jalanan.

Meri mendekatkan kepalanya ke helm Doni agar ia tidak perlu berteriak saat berbicara dengan Doni. Langit sudah terlihat mendung, tetapi Doni tetap mengendarai motornya dengan pelan. Ia benar-benar mendengar pesan Andre untuk mengantarkan Meri sampai ke rumah dengan selamat.

"Don, lo enggak pernah suka sama perempuan, ya?" tanya Meri spontan. Wajar saja ia bertanya seperti itu karena Meri sama sekali tidak pernah melihat Doni berkencan dengan perempuan. Diantara Bagas dan Andre, Doni lah yang paling pendiam.

"Suka seseorang enggak harus diumbar, Mer. Kadang, diam adalah cara terbaik mengekspresikan rasa suka," jawab Doni. Meri mengangguk mendengar jawaban itu. Benar juga apa yang Doni katakan. Kadang, diam adalah cara terbaik untuk mengekspresikan rasa suka disaat mulut tidak bisa untuk berucap.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 01, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ANTARTIKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang