______________________________________
Cara mencintai setiap orang berbeda-beda. Dan mungkin salah satu cara terbaiknya adalah dengan tetap diam.
~Doni Prameswara
____________________________Hari ini diberi tugas, hari esok tugas dikumpulkan. Hati siswa menjerit merasakan itu. Apalagi tugas itu berhubungan dengan deretan angka dan rumus yang siap meledakkan isi kepala. Ditambah jam mengerjakan yang tidak sesuai, seperti mengerjakan soal fisika di jam sore misalnya.
Tetapi itu tidak berlaku untuk Lala. Ia sangat menyukai pelajaran fisika. Jadi, mau kapan pun jamnya Lala pasti selalu siap.
Setelah pulang sekolah tadi, Lala, Meri, Bagas, Andre, Doni, dan Wati pergi ke rumah Meri untuk mengerjakan tugas fisika yang diberikan Bu Tias. Mereka sudah menyelesaikan tugas itu hanya dalam waktu satu jam saja.
"Huaaaa, akhirnya selesai juga." Lala meregangkan tangannya untuk meluruskan otot-otot tangannya yang terasa kaku.
Mereka semua membereskan bukunya dan memasukkannya ke dalam tas masing-masing. Sekarang pukul 15.00 masih ada waktu untuk mereka beristirahat setelah menyelesaikan tugas fisika itu. Untungnya hari ini jam pulang sekolah dipercepat karena guru akan rapat. Jadi, mereka bisa mengerjakan tugasnya tidak terlalu sore.
"Main dulu yuk, guys," ucap Meri.
"Boleh. Ayuk mau main apa?" sahut Andre antusias.
Meri mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya di dahi. Seperti orang yang sedang berpikir keras.
"Ahaaa, main truth or der aja!" celetuk Lala antusias. Suaranya yang kuat membuat Meri tersentak.
"Buset, itu mulut atau toa sih?" Meri mengelus telinganya. Takut siapa tahu telinganya hilang karena mendengar suara Lala. Sedangkan Lala hanya nyengir tanpa rasa bersalah.
Mereka semua setuju saat Lala menyarankan untuk bermain truth or der. Meri pun beranjak ke dapur untuk mengambil botol sebagai alat dalam permainan. Setelah kembali, Meri langsung bergabung kembali dengan teman-temannya dan duduk membentuk lingkaran.
Permainan dimulai dari Lala. Lala memutar botol itu dengan senyum mengembang. "Siap-siap guys!"
Tujuh detik botol itu berputar akhirnya berhenti menghadap ke arah Wati. Mereka bertepuk tangan sambil tertawa. Sepertinya permainan akan menjadi lebih seru nantinya.
"Nah, Wati kena," seru Andre.
Wati hanya tersenyum. Ya, seperti biasa sangat pendiam.
"Oke, truth or der?" tanya Lala. Yang lain menyimak.
"Truth aja." Jawab Wati seperti kebingungan. Tetapi sebenarnya dia bukan bingung, hanya saja dia sedikit canggung.
"Widihh, mau jujur dia," ucap Bagas. Dia ingin neramaikan suasana permainan agar lebih seru.
Lala tampak berpikir. Menimbang-nimbang pertanyaan yang sekiranya cocok untuk Wati.
"Aha!" Lala menjentikkan jarinya setelah mendapat pertanyaan untuk Wati. "Siapa cowo yang lo sukai?"
Wati melongo. Ia tidak tahu harus menjawab apa. Sedangkan Lala dan yang lain tidak sabar menunggu jawaban Wati. Pasalnya, kapan lagi mereka akan bertanya tentang hal ini kepada orang yang sangat pendiam itu.
"Ayo, jawab dong, Wat," seru Bagas. Yang lain mengangguk setuju dengan perintah Bagas.
"Gak ada," jawab Wati singkat.
"Ahh, masa iya sih?" tanya Bagas penasaran. Dengan Bagas bertanya seperti itu yang lain pun ikut penasaran.
Lala, Andre, dan Meri pun terus mendesak Wati agar menjawab siapa yang ia sukai. Tetapi Wati tidak memberitahu mereka. Mungkin memang tidak ada yang ia sukai. Mungkin.
Sekarang giliran Wati memutar botol. Botol berhenti tepat menghadap ke arah Doni. Mereka pun bertepuk tangan dengan diiringi tawa. Suasana pun semakin ramai.
Setelah Wati memberikan penawaran kepada Doni untuk memilih truth or der, Doni memilih truth atau jujur."Siapa cewe yang lo suka sekarang?" Pertanyaan Wati berhasil membuat mereka tertawa lagi, kecuali Doni.
"Kok pertanyaannya itu lagi?" Doni berniat untuk mengelak dari pertanyaan itu. Dia memang seperti itu tidak mau memberitahu siapa pun tentang perempuan yang disukainya. Bahkan kepada sahabatnya sendiri ia tidak pernah cerita.
"Enggak papa kali, Don," kilah Andre. Andre sangat ingin tahu sebenarnya siapa perempuan yang saat ini disukai sahabatnya itu.
Lala bertepuk tangan sambil terus mengatakan 'jawab, jawab, jawab' agar Doni segera menjawab pertanyaan itu. Meri pun mengikuti apa yang Lala lakukan sampai akhirnya Doni menghentikan aksi mereka.
"Iya, oke gue jawab." Doni membenarkan posisi duduknya lalu melanjutkan ucapannya, "gue suka sama mamah gue."
Semua terdiam seperti menelaah apa yang Doni katakan. Sedetik kemudian Andre menoyor kepala Doni.
"Kalo itu sih udah jelas, Don. Selain mamah lo maksudnya." Sepertinya Andre sudah mulai geram. Bgaimana tidak, ia sudah menunggu jawaban Doni, tetapi Doni malah menjawab seperti itu.
"Cara mencintai setiap orang berbeda-beda. Dan mungkin salah satu cara terbaiknya adalah dengan tetap diam. Itu cara gue. Sorry, gue gak bisa jawab." Sekuat apa pun mereka memaksa Doni, tetap saja dia tidak akan mengatakan siapa perempuan yang disukainya.
Mereka tampak kecewa dengan jawaban yang Doni berikan. Tetapi tetap melanjutkan permainan itu. Sekarang giliran Doni memutar botol. Setelah Doni memutar botol, botol itu berhenti menghadap ke arah Lala. Lala pun langsung memilih der atau tantangan.
Doni tak kunjung memberikan tantangan kepada Lala. Sepertinya ia bingung harus memberikan tantangan apa, atau sebenarnya sejak tadi ia tidak tertarik dengan permainan ini?
"Doni lama ih!" Meri kesal karena Doni tak kunjung bersuara. Alhasil Meri yang memberikan tantangan, "Gue aja deh yang kasih tantangan."
"Oke, terserah," kata Lala. Aura wajahnya memancarkan kilat keberanian. Sama sekali tidak takut jika tantangan yang Meri berikan akan mabuatnya kikuk.
"Follow instagram Pak Al sekarang!" ucap Meri dengan lantang.
Lala melongo. Apa-apaan ini?
"Ehh, enggak mau!" tolak Lala.
"Kok gitu? Tadi lo bilang terserah, masa cuma follow doang enggak berani." Meri semakin ngotot dengan perintahnya. Lala juga semakin kuat menolaknya. Mereka pun saling adu mulut tidak ada yang mau mengalah.
Jengkel karena mendengar perdebatan dua orang ini, Andre pun menghentikan mereka. "Stop! Kalian kenapa sih? Berisik tahu!"
"Diam!" Bentak Lala dan Meri bersamaan.
Andre langsung diam. Diserang dua orang sekaligus mana mungkin ia akan melawan apa lagi itu Lala dan Meri.
Lala mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya. Ia harus sportif kan? Jadi, ia akan menerima tantangan dari Meri. Ia membuka layar kunci ponselnya dan menekan aplikasi instagramnya. Setelah masuk ke akunnya ia menekan menu pencarian. Saat sedang mengetik nama Alvino, ponselnya mati.
"Yah, hp gue lowbat." Lala tersenyum penuh kemenangan. Dengan begitu ia tak perlu memenuhi tantangan dari Meri.
❄❄❄
Jangan lupa vote & comment ya:)
Jangan lupa share cerita ini ke teman-teman kalian juga:)
Wattpad @ai_yuna
Instagram @ai_yunaa

KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARTIKA
Ficção AdolescenteDia itu seperti antartika, dingin. Hanya orang tertentu yang bisa menyentuhnya. Guru, tapi kok cuek? Bagaimana nasib siswanya? *cerita ini hanya fiksi atau hasil imajinasi penulis. 🔴Pertama ditulis pada 23 Februari 2020