Setelah hanya bisa duduk diam didalam pesawat, akhirnya aku dapat meregangkan ototku. Bandara yang cukup ramai membuatku kesusahan untuk mencari temanku, karena ini hari pertamaku bertugas di Jepang.
Sebenarnya aku memiliki teman disini, ah..... lebih tepatnya teman dari adikku. Pemuda itu mengatakan akan menjemputku di bandara, namun hingga saat ini belum kutemukan batang hidungnya.
"Namjoon hyung!" Teriakan melengking yang ku yakin pasti adalah bocah pendek itu.
"Jimin-ah, disini!" Ucapku sembari melambaikan tangan, Jimin segera berlari kecil menuju kearahku.
"Kau sangat lama asal kau tau saja." Sedikit sindiran kulontarkan, pemuda itu hanya tersenyum sembari terus berjalan membawa koperku.
Ia mulai memanggil taxi dan memintaku untuk segera naik, butuh 30 menit untuk sampai di perumahan tempat tinggal Jimin. Pada awalnya saat Jimin menawariku untuk tinggal dengannya di Jepang, aku sedikit ragu. Tetapi setelah ia mengatakan jika tinggal seorang diri kurasa aku tak keberatan.
Ini hari pertamaku bekerja di negara sakura, dan dunia anime. Tunggu aku tidak bekerja sebagai pemanen bunga sakura ataupun membuat anime. Aku adalah dokter spesialis bedah jantung dan tentu saja kalian pasti tau sebagai apa aku disini.
Rumah Jimin bisa dikatakan sangat rapi, mengingat ia hanya tinggal sendiri dan harus pergi kuliah.
"Hyung, aku tak sempat memasak. Kau bisa pesan makanan, nomor pengirim makanan kutempel di pintu lemari pendingin."
Kuanggukkan kepala beberapa kali sembari menghempaskan tubuhku di atas sofa.
"Aku mungkin pulang besok pagi, ada banyak tugas di universitas. Kau baik-baik saja bukan?"
"Aku bukan anak kecil, lagi pula aku juga akan ke rumah sakit siang ini."
Jimin yang mungkin tak terlalu mendengarkan ucapanku, bergegas menyambar ranselnya dan keluar meninggalkan rumah.
Baru saja aku berdiri untuk melihat nomor pengirim makanan, pintu utama yang tiba-tiba terbuka membuatku terlonjak.
"Pilih saja kamar yang hyung inginkan, tentusaja jangan kamarku. Ok..... sampai jumpa besok hyung!"
'Blam'
Pintu tertutup cukup keras, kuhela napas panjang sungguh perilaku Jimin dan Tahyung tak ada bedanya.
Setelah menikmati makananku, ku putuskan untuk segera pergi ke rumah sakit. Berjalan menyusuri jalan perumahan dan menghentikan langkahku di halte.
Ceroboh memang, aku belum menukarkan mata uang. Beruntung Jimin berbaik hati meminjamkan uang padaku, pemuda itu mengirim pesan dan mengatakan jika ada uang di laci meja belajarnya.
Kondisi rumah sakit tak cukup ramai, memudahkan diriku untuk beradaptasi. Aku lebih suka berbincang menggunakan bahasa Inggris walaupun bahasa Jepangku bisa dikatakan sangat lancar, bukan maksud untuk sombong.
Berkeliling rumah sakit memang tak ada habisnya, tak terasa hari mulai gelap. Kulirik arloji yang menunjukkan pukul 22.30, berpamitan pada staf sebelum beranjak dari rumah sakit.
Uang yang kubawa tak cukup banyak, tak enak hati jika aku menggunakan uang Jimin terlalu banyak. Bus yang kutumpangi berhenti cukup jauh dari lokasi perumahan, jadi aku masih harus berjalan.
Beberapa gang sempit harus aku lalui, hingga di sebuah gang aku bertemu beberapa remaja berpakaian tokoh anime. Mereka menyebutnya cosplay aku tak begitu mengerti budaya itu, mereka memenuhi gang dan memintaku untuk mencari jalan lain.
Sehingga aku harus melewati gang yang cukup sempit, gang hanya bisa di lewati satu orang. Jika terpaksa dua orang harus lewat maka harus saling memiringkan badan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mine
Short StoryAku tak tau bagaimana cara mengataknnya, namun aku tetap berusaha untuk merubahnya. Akankah itu semua akan bisa? Kumpulan cerpen........