12th, January

85 14 0
                                    

Hari yang melelahkan untukku, beberapa hari yang lalu baru saja diriku ditendang keluar dari perusahaan.

Tunggu, bukan ditendang dalam perumpamaan. Tetapi ditendang dalam artian sesungguhnya, pemimpin perusahaan yang juga merupakan sahabat karibku memintaku untuk mengurus salah satu kantor cabang di pedesaan.

Ada proyek pembangunan di sana dan ia memintaku untuk mengawasinya, sungguh aku tak ingin pergi karena harus terpisah dengan adikku.

Tak ada yang menjaganya di kota, tetapi Jungkook memaksaku untuk pergi dan bahkan tanpa sepengetahuanku ia mengajukan surat pindah ke sekolahnya.

Sial memang, dan hari ini aku harus mengurus semuanya mulai dari sekolah Jungkook hingga dokumen yang harus ku bawa.

Tak begitu banyak warga tetapi di desa itu, tetapi mereka mempunyai perkebunan yang begitu luas.

Aku tak peduli tentang hal itu, dalam pikiranku sekarang aku ingin segera sampai di rumah dan tidur dengan tenang.

"Jimin hyung, lihatlah itu!" Baru saja mataku hampir terpejam, suara Jungkook membuatku kembali terjaga.

Dengan mata berbinar bocah itu menunjuk hamparan padang rumput yang dihiasi beberapa domba putih. Sungguh aku tak peduli.

"Biarkan aku tidur Jungkook-ah, dan bangunkan aku saat tiba nanti." Perjalanan kami cukup panjang, sehingga membuatku memilih untuk menyewa mobil dari pada harus menggunakan bis yang membuatku harus berpindah kendaraan saat tiba di desa kecil itu.

Perjalanan cukup bagus, Jungkook tak banyak bicara sekarang sehingga membuatku dapat terlelap dalam beberapa saat.

Sampai getaran ponsel kembali membangunkanku, tertera nama pemimpin tak tau diri itu di layar panggulan masuk.

"Wae, belum puas mengirimku ke desa itu?" Ujarku ketus, seakan akulah pemimpinya.

"Aish...... kau marah? Ayolah.... nikmati pekerjaanmu disana pemandangan desa juga cukup baik bukan?"

"Dasar.... alien gila!" Kuumpati alien itu sebelum ku tutup panggilan secara sepihak, Nampak Jungkook sudah terlelap. Pastilah bocah itu lelah saat ini.

Aku tak dapat lagi terlelap, perhatianku teralihkan ke luar jendela mobil. Hari mulai gelap dan sangat sedikit kendaraan yang lewat.

Kini ku tatap supir yang mengantar kami, dan mengajukan beberapa pertanyaan.

"Tuan kira-kira berapa lama lagi kita akan tiba?"

"Sekitar 1 jam lagu tuan, di depan jalan cukup sulit mungkin akan memakan waktu lebih lama."

Ku hela napas berat dan memilih untuk memainkan ponsel, memotret Jungkook dan mempostingnya di media sosial.

Dan akhirnya setelah perjalanan panjang, kami tiba di rumah yang sudah aku sewa sebelumnya. Rumah itu tak cukup besar namun memiliki dua lantai.

Jungkook dengan semangat mulai menurunkan semua barangnya dan berlari masuk.

Supir yang tadinya mengatakan akan membantu berbenah, tiba-tiba mengatakan jika ia harus segara kembali ke kota. Alhasil aku harus menata semua barang seorang diri.

Hari sudah mulai malam, tetapi Jungkook memilih untuk berkeliling di sekitar rumah dan entah apa yang ia lakukan sekarang.

Tubuhku yang sudah sangat letih tak lagi dapat di ajak kompromi. Kupilih untuk segera membersihkan diri dan melanjutkan berbenah esok hari.

Beberapa lampu di rumah ini mati, jadi cahaya yang adapun begitu sangat minim. Tetapi aku bersyukur setidaknya ada air yang dapat kugunakan untuk mandi.

Aroma airnya sedikit seperti besi berkarat, mungkin saja karena rumah ini lama tak ditinggali sehingga membuat saluran airnya bermasalah dan aku tak ambil pusing dengan itu.

Selesai membersihkan diri, kulihat Jungkook sudah kembali. Ia tengah duduk di ruang tengah dengan memainkan game di ponselnya.

Rambutnya nampak basah, ia pun juga mengganti pakaiannya. Ya.... pasti bocah itu sudah mandi.

Malam semakin larut, dan kami mulai merasa lapar. Tak ada kedai di sekitar dan kami hanya punya dua bungkus ramen.

Jungkook tak ambil pusing, ia nampak tenang menyantap makanannya.

"Hyung, mengapa tidak meminta immo untuk memasak makanan?" Pertannyaan Jungkook membuatku menatapnya.

"Jangan banyak protes, habiskan makananmu dan segera pergi tidur. Hyung sangat lelah."

Selesai dengan santap makan malam, aku beranjak kelantai atas menuju kamar tidur. Ada sebuah kamar di atas dan dua buah kamar di lantai bawah.

Tetapi satu kamar di lantai bawah terkunci, sehingga kami tak dapat menempatinya.

Malam begitu sunyi, sangat berbeda dengan Seoul. Entah hanya perasaanku atau memang udara sedikit panas.

Aku tak dapat tertidur, sehingga ku pilih untuk membuka ponsel dan memeriksa email dari para karyawan yang dikirimkan padaku pagi ini.

Waktu menunjukkan pukul 23.16 rasa kantuk mulai menyerangku.

Dengan mata mulai terpejam, ku dengar suara Jungkook memanggilku dari pintu.

"Hyung, bisa aku tidur di kamarmu?" Bocah itu berdiri sembari menyeret selimut tebalnya dengan corak ironman.

"Dasar manja, baiklah cepat kemari." Ku geser tubuhku dan membuat ruang untuk Jungkook berbaring.

Beberapa menit kemudian, kami berdua mulai terlelap hingga suara jendela terbuka cukup kencang membuatku terbangun.

Kaca balkon menabrak dinding dengan keras, membuat tirai terbuka dan angin malam masuk kedalam kamar.

Jungkook menggenggam tanganku erat, wajahnya berubah pucat.

"Itu hanya angin, hyung akan menutup jendelanya." Aku baru akan beranjak sampai tangan Jungkook menahanku.

"Hyung, aku takut. Rumah ini pasti berhantu."

"Dasar, tak ada hantu di jaman sekarang. Tidurlah hyung akan segera kembali." Entah dari mana Jungkook mendapat pemikiran seperti itu. Aku tak percaya jika ia bahkan mempercayainya.

Sampai disaat aku akan naik keatas ranjang, gelas di meja kerjaku terjatuh dan pecah menjadi berkeping-keping. Jendela pun kembali bergerak seakan ada yang mendorongnya dari luar.

Sungguh aku masih berusaha berpikir jernih, itu hanya angin.

"Hyung sungguh aku takut." Keluh Jungkook, dengan tubuh bergetar.

"Jungkook, hantu itu tidak ada."

Hingga suasana kembali normal, aku berusaha membuat Jungkook terlelap.

Tetapi sialnya telingaku mendengar suara lain, seperti suara wanita yang memanggilku lirih.

"Jungkook-ah?" Ku senggol bahu Jungkook pelan, memastikan apakah ia juga mendengar sura itu.

"Tenanglah hyung, itu pasti suara immo." Jawaban Jungkook tak memuaskanku.

"Immo?" Tanyaku meyakinkan lagi.

"Ya.. immo, ia yang memintaku pulang sebelum larut. Dia juga yang mengatakan padaku jika rumah ini berhantu." Jelas Jungkook yang membuat tubuhku lemas.

"Immo siapa maksudmu?"

"Hyung jangan bercanda, bukankah dia maid yang kau sewa untuk membersihkan rumah?"

Astaga, aku tak dapat berpikir jernih sekarang. Suara wanita itu semakin jelas, ia terus memanggilku dan juga Jungkook.

Disertai suara derit tangga, aku yakin ia tengah menuju kemari.

"Jungkook-ah kemasi barangmu, kita harus pergi dari rumah ini!" Ujarku panik seraya memasukkan semua barang kedalam koper.

"Hyung, apa ada masalah?"

Aku terdiam beberapa saat, dan menatap adikku lamat.

"Aku tak pernah menyewa pelayan di rumah ini!"

The End

MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang