3rd, May

158 4 0
                                    

Tak ada yang dapat ku lakukan, selain duduk di sini seperti orang gila. Tatapan tak suka dan umpatan yang kuterima dari pemilik toko ataupun para pejalan kaki. Pikiran kosong dengan suara yang begitu nyaring terdengar, masih terasa lembut di sana.

Baju berantakan dan alas kaki yang hilang entah kemana saat aku menuju tempat ini dengan raungan. Aku benci semua ini!

Diriku seakan kembali ke masa lalu, lebih tepatnya hari kemarin yang menjadi moment paling indah nan menyakitkan untukku.

Pagi itu demam menyerang tubuhku, karena hujan di sore sebelumnya mengur tubuhku di kala kaki ini berjalan pulang. Tak ada yang dapat melindungi tubuhku selain seragam yang kugunakan selama 2 tahun ini.

Demam belum hilang sepenuhnya meninggalkan tubuhku, namun sekolah yang sudah menjadi rutinitas tak dapat ku sepelekan begitu saja.

Meja kayu dan kursi kosong menjadi tujuanku, aku bukanlah tipe murid teladan hanya saja jangan pernah menganggapku sebagai tukang bolos.

Meringkuk di meja dengan kepala yang penuh dengan imajinasi mengenai film horor yang ku lihat semalam. Hingga suara seorang guru membuat semua itu berantakan.

Kuberikan tatapan tak suka ke arah depan, guru itu nampak datang bersama seorang gadis dengan senyum menawan.

Seorang murid baru dengan keunikan sendiri, mungkin ini keberuntungan bagiku karena memilih untuk tetap pergi ke sekolah.

Mata cantiknya bertemu pandang denganku, salah tingkah dengan hal itu segera ku tegapkan tubuh guna memberi kesan baik dihadapannya.

"Duduklah di samping Hoseok." Ucapan guru pembimbing membuatku semakin gugup, kutarik senyum yang mungkin akan terlihat aneh.

Aku sangat jarang tersenyum ataupun menyapa seseorang. Dan hal itu yang membuatku selelu duduk seorang diri selama 2 tahun ini.

"Hai!"

Astaga, mengapa suara itu sangat indah di telingaku. Rasa apa ini, mengapa rasanya aku seperti akan tenggelam, oh... tidak aku sulit untuk bernapas.

Semua tak berjalan lancar, tak ada keberanian di dalam diriku untuk menyapanya. Bagaimanapun aku terkenal dengan sikap tak acuh, tak mungkin sifat itu akan hilang begitu saja.

Waktu pergantian pembelajaran tiba, ada jeda waktu sekitar tiga puluh menit sebelum kelas berikutnya. Semua siswa mulai gaduh dan sialnya mereka menuju mejaku.

Dengan suara bagai badai, pertanyaan beruntun keluar menyerang siswi baru itu. Sebenarnya ada hal yang ingin ku tanyakan padanya juga, apakah akan terdengar salah jika aku menanyakan namanya? Aku sungguh lupa akan hal penting itu.

Kian lama makin banyak siswa mendekat, dengan langkah tak tentu aku berusaha menghindar hingga benturan keras membuatku terdungkur kelantai.

Kepala kian pening kala keningku beradu dengan sudut meja, seharusnya ini bukan masalah besar, namun para siswa mulai menatap dan menertawakan nasib sialku.

Hanya beberapa yang peduli dan membantuku pergi ke ruang kesehatan. Brankar kosong yang kini terisi oleh tubuhku, rasa malu membuatku kian merasa pening. Tolong siapapun tenggelamkan diriku, dihadapan gadis cantik itu aku terjatuh dengan ke tidak elit.

Seorang guru yang menjadi penanggung jawab ruang kesehatan berjalan mendekat dan mulai memperhatikan keningku yang membiru.

"Istirahatlah dulu disini, kau juga sedikit demam." Setelah mengoleskan saleb guru itu beranjak meninggalkanku seorang diri, pintu tertutup pelan dan meninggalkan suara benturan.

Baru saja ingin ku baringkan tubuhku, pintu kembali terbuka dan memperlihatkan siswi baru itu menatapku cemas. Wajahnya sangat lucu ketika keningnya nampak berkerut.

"Kau baik-baik saja? Jika tak kunjung membaik aku akan membantu membawakan barangmu kemari."

"Ah... tak perlu, ini akan segera membaik." Sebenarnya akupun tak yakin dengan hal ini disaat kepalaku berdenyut tak karuan.

Setelah melempar senyum siswi itu beranjak meninggalkan ruangan, ada keinginan untuk bisa mengenalnya lebih dekat dan aku akan mewujutkannya.

Hari beranjak siang saat aku terbangun, pening mulai berkurang dan kuputuskan untuk kembali ke kelas. Di sepanjang lorong berbagai kata berusaha ku rangkai untuk bisa bicara pada siswi pindahan itu.

Entah mengapa sangat sulit untuk dapat memilih kata yang tepat, rangkaian kata yang makin hancur saat berusaha ku pikirkan. Seharusnya aku tak tidur saat pelajaran sastra agar banyak kosa kata yang dapat ku kuasai.

Sebuah kaleng menarik perhatianku, kaki berdosa ini menendang kalenh kosong itu hingga menghantam pintu toilet.

"Apakah ada orang?!"

Suara familiar disertai gedoran pintu yang memekakan telingaku. Ada seseorang di dalam yang butuh bantuan, mungkinkah itu siswi pindahan.

"Apakah kau perlu bantuan!" Balasku dengan berteriak dari dekat pintu, berharap siswi itu mendengarnya.

"Bisakah kau membuka pintu ini? Aku terjebak di dalam." Kini ada cara bagiku untuk dapat lebih dekat, tak kusia-sia kan kesempatan ini begitu saja.

"Menjauhlah dari pintu, aku akan berusaha mendobraknya." Tak peduli jika denda akan menghampiriku karena merusak fasilitas sekolah. Salahkan saja mereka tak mengganti pintu tua ini.

Semua berjalan baik, siswi itu tersenyum kepadaku dan berulang kali mengucapkan terimakasih. Aku tersenyum hari ini, dan itu adalah hal yang sangat jarang terjadi pada diriku sebelumnya.

Kami pergi bersama, menghabiskan makan siang dan mengerjakan beberapa latihan soal yang menjadi musuh bebuyutanku sebelumnya.

"Eum.... bisakah kita bertemu besok di cafe?"

Nampaknya aku salah bicara, siswi itu menatap kearahku dalam diam. Tak ada sepatah katapun yang ia ucapkan selain anggukan pelan menerima tawaranku.

Ingin sekali aku berteriak, ia setuju untuk pergi denganku.

Tapi itu hanya kemarin, hari yang tak mungkin berubah menjadi hari ini ataupun lusa.

Janji hanya sebatas janji, hari ini tak kutemukan ia di cafe. Siswi itu tak menepati janjinya, senyum yang seharusnya kian lebar harus kembali dirampas dari diriku.

Siswi baru yang ingin ku ajak berkenalan, sekedar mengatakan namaku dan berkenalan dengan cara yang semestinya.

Aku masih tak mengetahui namanya, jika bukan karena nama indah yang terukir di atas batu marmer bertabur mawar.

Bisakah ku ulang waktu? Setidaknya biarkan aku mengucapkan.....

"Hei, namaku Jung Hoseok!"





Tamat

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 24, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang