30th, Agust

119 13 10
                                    

Entah sejak kapan aku menjadi senang menunggu, bagi kebanyakan orang menunggu adalah hal yang membosankan.

Tapi tidak denganku, menunggu terasa sangat menyenangkan.
"Permisi Tuan ini sudah pukul 10 malam, presdir tidak akan datang. Beliau mengatakan masih banyak tugas yang harus diselesaikan." Seorang wanita mendekat dan berusaha menjelaskan padaku.

Tapi aku lebih dulu mengerti, Seokjin hyung tak akan datang lagi hari ini. Kuberikan senyum ramah dan bangkit dari kursi tunggu.

"Baiklah kalau begitu, tolong katakan pada Seokjin hyung aku akan menemuinya besok pukul 1 siang." Ujarku pada wanita itu sebelum beranjak.

Jalanan malam kota Seoul begitu indah dengan kerlip lampu, kuputuskan untuk menghentikan laju mobilku di sebuak kafe untuk menikmati kue kenari favoritku.

Sejenak kulirik arloji dipergelangan tanganku, arloji yang sudah cukup usang. Aku ingat betul Seokjin hyung memberikan arloji ini di ulang tahunku yang ke 11. Saat itu arloji ini begitu besar dan selalu terlepas ketika ku kenakan.

Puas menyantap makananku, kini tubuhku mulai beranjak dan kembali melajukan mobilku. Pesan singkat masuk pada ponselku, nyala layarnya menunjukkan nama si pengirim.

Kutarik senyum simpul dan tetap melajukan mobil. Butuh 10 menit untuk tiba di tujuannku, segera kulangkahkan kaki menuju bangunan itu. Menuju sebuah ruangan dan membuka pintunya perlahan.

"Taehyung-ah..... Aigo........" Seorang wanita paruh baya yang ku panggil eomma, mendatangiku dengan wajah cemasnya.

"Aku baik-baik saja eomma tak perlu berlebihan." Tak mengindahkan ucapanku eomma tetap saja menarik lenganku dan mendudukkan tubuhku di atas sofa.

"Tunggu di sini." Ku tatap kepergian eomma dari ruangan, setelah pintu tertutup sempurna. Kulepaskan jaket yang membalut tubuhku hingga menyisakan sweater hangat.

Berjalan perlahan menuju brankar dan membaringkan tubuhku disana sembari memainkan ponsel.

Tak lama pintu terbuka dengan eomma disana bersama Paman Kim, kakak dari eomma.

"Kau kabur lagi hari ini, kau tau adikku sangat khawatir." Paman mengusap rambutku dan mulai mengambil stetoskopnya.

"Kau sedikit demam, aku akan memasukkan obat bersama cairan infus." Kutatap paman yang sibuk dengan jarumnya. Memasang selang dengan lihainya, menatap sekilas diriku sebelum menusukkan jarum pada lengan bagian dalamku.

Keningku sedikit mengernyit kala jarum itu mulai masuk menembus kulitku. Padahal sudah berulang kali aku merasakannya namun sensasi nyeri kadang masih terasa.

"Beristirahatlah aku akan kemari setelah makan malam." Paman dan eomma membantuku untuk berbaring, paman beranjak dari ruangan sementara eomma masih setia mengusap pelan punggung tanganku seraya memberikan kecupan lembut disana.

"Tidurlah, eomma akan disini. Tapi ingat kau harus bangun besok untuk sarapan bersama." Kutarik senyum tipis dan mulai mencari posisi nyaman. Sejenak kutatap wajah sayu eomma, ia sangat cantik namun ia tak bisa merawat tubuhnya karena diriku.

"Eomma juga harus istirahat, bukankah eomma harus memiliki banyak tenaga untuk memanggil dokter?" Aku terkikik pelan tetapi tidak dengan eomma, ia memukul bahuku dengan mata berkaca-kaca.

Aku terkejut ketika melihat hal itu, sungguh aku hanya bercanda.

"Jangan katakan hal seperti itu, kau akan membuat eomma kehilangan nyawa Taehyung-ah." Wanita yang kucintai mulai terisak pelan menenggelamkan wajahnya di lenganku.

"Eomma juga jangan bicara seperti itu, eomma akan hidup dalam waktu yang lama." Eomma mulai mengangkat wajahnya menatapku lama sebelum ia memberikan kecupan di keningku.

MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang