3rd, February

81 10 1
                                    

Keseharianku yang membosankan, waktuku terkuras habis karena berbagai dokumen kantor yang harus kuselesaikan. Detikan jam begitu cepat, membuatku harus berpacu dengan waktu.

Jika salah satu berkas selesai, aku harus segera perpindah ke berkas yang lain. Melelahkan dan begitu membosankan. Suara jam dinding semakin memekakan, kondisi ruangan kerjaku yang sunyi membuat semua suara dapar terdengar begitu jelas.

Beberapa saat lalu, seorang pegawai masuk kedalam ruanganku dan menawarkan diri untuk membantu. Bukannya aku tidak mau tetapi aka terasa menyebalkan jika ia terlalu banyak bicara.

Sesekali kupanggil pelayan untuk mengantarkan kopi ke ruang kerjaku, untuk menghilangkan kantuk kopilah yang sangat berperan penting. Aku juga tak tau pasti, sudah berapa banyak kopi yang kuminum, kembali pelayan itu terlalu banyak bicara. Sama seperti pegawai sebelumnya, ia mulai mengoceh tentang banyaknya kopi yang telah masuk kedalam kerongkonganku.

Aku sangat muak dengan suaranya yang terus menggangguku, dengan begitu ia terpaksa membuatku harus menghentikan pekerjaanku sejenak. Kini tersita lagi waktuku karenanya, sangat menyebalkan memang.

'Kim Taehyung' Nama yang tertulis pada kramik di atas meja, kugeser benda itu untuk meletakkan beberapa dokumen yang lain.

"Aish, sangat menyebalkan. Sekarang aku harus berganti pakaian." Ku lihat kemeja putihku yang kotor karena noda disana. Dengan langkah ringan aku meuju runag kecil di belakang ruang kerjaku. Tempat biasa aku beristirahat saat tugas kantor yang padat.

Malam semakin larut, beberapa kali pula ponselku berdering. Nama yang sama tertera di layar ponselku yang menyala 'Kim Yumi'  istri cantikku yang mungkin sangat mencemaskanku.

Deringan ponsel begitu bising, hingga kuputuskan untuk mematikannya, tak ada niat untuk menjawab panggilan itu. Dokumen ini tak akan selesai dengan diriku mengangkat telephon.

Waktu menunjukkan pukul 2 malam, seorang pria masuk kedalam ruanganku. Dengan sopannya ia bertanya padaku mengapa aku belum pulang.

Awalnya hanya itu yang ia tanyakan tetapi semaikin lama, pertanyaanya semakin menjengkelkan dan membunag waktuku.

"Sekretaris Han, sebaiknya kau keluar dan jangan menggangguku." Dengan nada rendah, aku berusaha bicara sebaik mungkin. Sebisa mungkin kutahan emosiku padanya.

"Presdir, apakah anda perlu bantuan saya?" Kembali ia membuka suara dan mengajukan pertanyaan, kutarik senyum dan mulai bangkit dari kursiku.

"Tuan Han, lebih baik anda keluar. Aku akan menyelesaikan tugasku dan anda bisa membawakan secangkir kopi kemari." Kali ini ia hanya mengangguk singkat dan segera pergi.

Aku cukup puas dengan ini, sekarang kembali kulanjutkan pekerjaanku. Masih terdapat beberapa dokumen lagi, dan kurasa tak lama lagi akan segera selesai.

Cahaya layar komputer mulai membuatku mengantuk, namun Tuan Han belum kembali. Kuhela napas berat dan terus berusaha untuk menggerakkan jariku di atas keyboard. Deretan kata mulai terbentuk dan emal juga sudah terkirim.

"Permisi presdir." Akhirnya ia datang, kuarahkan tanganku memberi isyarat untuk meletakkan kopi itu di atas meja.

"Presdir, telalu banyak meminum kopi tak baik untuk tubuh anda. Sebaiknya anda beristirahat sekarang, saya akan memesankan taxi untuk anda pulang." Ocehan, dan omong kosong lagi. Mengapa semua orang sangat banyak bicara malam ini.

"Anda sangat berisik." Ujarku pelan dengan tatapan yang masih tertuju pada layar komputer. Tuan Han tak kunjung menyahut, ia hanya diam sembari menatapku dari jarak jauh.

"Ne?" Lirihnya seakan kebingunan dengan apa yang kumaksudkan, kembali kuisyaratkan padanya untuk mendekat. Dengan langkah pelan ia mulai mendekati mejaku.

"Maaf jika saya mengganggu anda presdir." Ujarnya kembali seraya memungkukkan badannya, aku tak tertarik lagi dengan ucapan perminta maaf itu. Andai ia mengatakan maaf lebih cepat dan berhenti mengoceh mungkin saja ia akan kubiarkan petgi.

Tetapi, aku tak akan melepaskannya kali ini. Suaranya sangat menggangu.

Waktu menunjukkan pukul 3 dini hari, kembali seseorang mengetuk pintu ruang kerjaku. Seorang wanita berdiri disana dengan membawa tas kecil di tangan kanannya.

Itu Yumi, istri tercintaku. Ia mulai berjalan mendekat, dan mulai duduk di depan meja kerjaku. Pada awalnya ia hanya memperhatikan diruku yang sibuk dengan berbagai dokumen, namun lama-kelamaa ia mulai berbicara dan membuatku kesal karenanya.

"Tae, ini sudah terlalu malam, sebentar lagi akan pagi. Sebaiknya kita pulang, kau butuh istirahat." Kuhela napas panjang dan menatap matanya.

"Ini akan selesai sebentar lagi, sebaiknya kau jangan menggangguku dulu."

"Tapi lihatlah, kau pasti sangat lelah. Banyak cangkir kopi di sini, tak baik untuk kekesehat." Kembali kudengar ocehan menyebalkan.

Apakah mereka tak bisa diam dan membiarkanku tenang?

"Tae, kau mendengarku bukan? Ayo kita pulang sekarang." Wanita itu mulai menarik berkas di tanganku, cukup kesabaranku ia uji.

Dengan sentakan aku bangkut dari kursi dan menatap tajam ke arahnya.

"Kim Yumi, jangan melewati batasanmu."

"Tae...aku...."

"Kau terlalu berisik sayang, bukankah aku sudah memintamu untuk diam."

"Tae....."

Kurasa langkahnya sudah habis, ia mulai terpojok dengan mata yang menatap takut ke arahku.

Kitarik senyum kecil sebelum menarik tangan putihnya.
.
.
.
.

"Permisi presdir." Kubuka mata dengan terpaksa saat mendenar seseorang mengetuk pintu ruang kerjaku.

"Masuklah." Jawabku sembari bangkit dari kursi dan menarik jas yang tergantung di kursi kerjaku.

Sejenak ku tatap pria paruh baya yang baru saja masuk, ia menatap bingung kedalam ruang kerjaku yang berantakan. Sepertinya ia sedikit terkejut dengan apa yang terjadi.

"Ah.... saya akan merapikannya." Pria itu mulai memungut kertas dan juga perkakas yang berserakan. Sementara diriku menatapnya dari samping meja kerja.

"Baiklah, bersihkan semuanya. Dan kau buang juga 4 kantong sampak di kamar mandi." Aku beranjak meninggalkan ruangan. Tetapi sejenak aku teringat sesuatu, dan kembali masuk kedalam ruangan.

"Bereskan semua seperti biasa, kau mengerti."

"Ne...."

"Dan carikan sekretaris yang lain untukku, kali ini pastikan agar ia tak banyak bicara. Atau aku yang akan membuatnya tak lagi dapat bersuara."

Ah..... aku sangat lelah, aku akan segera tidur setelah ini. Sayangnya Yumi tak lagi dapat menyiapkan teh untukku, padahal aku sangat menyukainya.





The End

MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang