Lisannya memang mengatakan akan mencintaiku,namun nyatanya usaha itu sama sekali tidak berpersen,tetap nol besar.Waktu semingggu setelah berbaikan kita membuat kesepakatan,bahwa memang seharusnya suami-istri tidur dalam satu kamar.Aku menuruti permintaannya aku pindah dari kamar tamu ke kamarnya.
Tepat saat ini aku berdiri di dalam kamarnya,apa dia sengaja mengingatkanku bahwa dia tidak akan pernah mencintaiku,tepat di dinding depan ranjang terpajang sebuah bingkai berfoto pernikahan Dokter Dustin dan Teh Nisyah, dicetak sangat besar.
Aku tahu,aku memang sangat menyayangi Teh Nisyah sebagaimana kakaku sendiri, namun jika aku harus seperti ini apa aku akan kuat,istri mana yang mau dalam kamarnya masih terpasang foto suaminya bersama wanita lain,meskipun itu mantan istrinya,istri pertamanya.Tapi mana ada seorang istri yang sanggup,sekalipun aku amat menyayangi Teh Nisyah,namun jika seperti ini hatiku tetap teriris.
"Ayy."Panggil Dokter Dustin,saat itu aku tepat sedang berdiri di hadapan bingkai berukuran tak tanggung-tanggungnya,foto pernikahannya.
" Ya Dok?."Tanyaku padanya.
Dia berjalan dan duduk di belakangku, tepat pada ranjang,dia menepuk sisi kosong di sebelahnya mengisyaratkan agar aku ikut duduk di sebelahnya.
"Tidak apa kan,foto saya dan Syah tetap terpajang di sini?."
GILA!!!.Apa Dokter satu ini tidak punya hati,aku ini istrinya sekarang,aku sadar aku tidak dicintainya namun tidakah dia bisa menghargaiku sebagai istrinya,sedikit saja.
Kupaksakan senyumku,kuharap ini terlihat tulus.
"Silahkan Dok."Ujarku.Dia tersenyum lebar,mengangguk antusias.
" Mulai sekarang panggil saja saya Mas,dengan begitu saya bisa mengenang Syah lewat kamu yang memanggilku seperti itu. "Ujarnya.Gila!,gila!,gila!.Aku ini manusia,aku punya hati Dustin!,namun tak kuasa aku berteriak tak sopan seperti itu pada suami tercinta yang tidak mencintaiku.
" Maaf Dok saya tidak nyaman,waktu pertama saya menanggil Dok dengan sebutan Mas saja,saya sudah sangat tidak nyaman."Ucapku,mana mungkin aku mau dibegitukan,aku masih punya hati.
"Apa karna waktu itu saya bentak kamu,sewaktu kamu panggil saya Mas?,saya sungguh minta maaf Ayy."Ucapnya.
Bagaimana aku harus menjelaskannya,terlalu rumit kehidupan yang kuemban sekarang.Aku memang punya suami tetapi dia sama sekali tidak mencintaiku,itulah yang membuat semuanya rumit,namun aku tidak menuntut dia harus mencintaiku,masalah hati biarlah dia urus sendiri,tugasku hanyalah menjadi istri yang baik.
Aku menggeleng.
"Tidak ada sangkut pautnya Dok,saya memang merasa benar-benar tidak nyaman saja,mungkin karna saya orang sunda kali."Dia terdiam,tak lama kemudian mengangguk." Kalau Dok tidak mau saya panggil seperti ini,bagaimana kalau saya panggil Dok Aa saja?,seperti orang Sunda pada umumnya,saya lebih nyaman seperti itu. "Aku berkilah,terpaksa!.
Dia nampak berpikir,dan tak lama kemudian kepalanya menoleh ke arahku dan mengangguk.
" Silahkan jika kamu nyamannya seperti itu. "Ucapnya,aku mengiyakan saja dengan deheman halus." Aa tidak buruk."Lanjutnya.Ya bagus!,karna aku tidak mau dijadikan alat pengingatnya,biarlah dia menyimpannya dalam hati tanpa pengingat.Lagian istri mana yang rela jika di begitukan.
Tepat saat jam menunjukan pukul 7 malam dia izin pergi ke rumah sakit tempatnya bekerja,dengan begitu saja aku merasa bersyukur,karna kupikir aku merasa dianggap,yah setidaknya dengan meminta izin.
Mungkin setelah lima menit kepergiannya,aku beranjak masuk ke dalam kamarnya dan kamar Teh Nisyah,ya! Itu kamar mereka berdua,bukan kamarku dengannya,lihat saja pada bingkai yang tercetak raksasa.Aku memang berusaha tidak keberatan,namun tetap saja hatiku selalu ngilu di buatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandung Hati Ayyina(END)
Teen Fiction"Mencintaimu adalah luka,namun mencintaimu juga adalah cinta yang indah".-Ayyina. *** "Saya sadar bahwa saya mencintai kamu,sewaktu kamu tidak ada saya kehilangan kamu,saya kehilangan separuh bagian diri saya,terasa hampa.Maaf telat menyadarinya hin...