Dokter Dustin nampak duduk di kursi riasku,tempatku berhias,tangannya mengusap pelan luka sobek di bibirnya,sedikit meringis ketika luka itu di sentuh.
"A,Ayi kompres ya lukanya,itu aga lebam loh,nih Ayi sudah bawa baskom kompresannya." Aku meletakan baskom kecil itu di meja rias.
Dokter Dustin berbalik ke arahku,senyum serta ringisannya bersatu padu terarah padaku.
"Boleh." Dia memajukan wajahnya sedikit pada wajahku,hingga wajah kami sejajar dengan jarak yang tipis.Rasa gugup tiba-tiba melandaku,benar-benar aku gugup di buatnya.Dengan tangan yang sedikit gemetar aku mulai mengompres luka di bibirnya.
"Bang Omar jago ya nonjoknya,haha.." Aku melontarkan canda di tengah kegiatanku mengompresnya.
Dia ikut terkekeh namun meringis.
"Iya jago,sampai bibir saya nyeri karna rada sobek,shhh.." Dia meringis lagi ketika kompresanku menekan sedikit lukannya."Kamu kenapa si mau nyerahin diri buat di hukum Bang Omar, untung Bang Omar orangnya baik,kalo engga kamu udah babak belur sama Abang kamu sendiri." Ucapku.
Tiba-tiba dia merengkuh pinggangku,hingga badaku dan badannya tidak berjarak.
"Kalau Abang emang benar-benar mau babak belurin saya,saya gak apa-apa kok,mungkin itu bisa gantikan dosa saya ke kamu." Ujarnya.Aku menggeleng pelan.
"Belum tentu sayang,yang menentukan tentang dosa hanya Allah." Kugapai surai coklat tuanya dan kuelus lembut.Matanya terpejam seperti fokus merasakan elusanku di surainya.
"Kamu..,saya suka kamu panggil sayang." Ucapnya tiba-tiba.Aku benar-benar tidak sadar memanggilnya seperti itu!. Malu sekali rasanya.
"Jangan di tutupi mukannya,kamu kebiasaan kalau malu suka begitu!." Ucapnya.
"Ayy." Panggilnya.
"Iya?." Aku menatapnya penuh tanya.
"Kamu mencintai saya?." Dia bertanya.
Kalau aku tidak mencintainya untuk apa aku mengorbankan segalanya untuknya,tentu itu karna cinta pada dirinya.
"Tentu,aku mencintai Aa.Mencintai suami Ayi!." Dia tersenyum padaku.Tidak lama kemudian kecupan mendarat di keningku,kening yang sedikit terhalang oleh helaian poni,karna saat itu aku sudah melepas jilbabku.
"Saya ingin mempunyai anak dari kamu,saya ingin mempunyai keluarga yang lengkap,bersama kamu Ayyina Al-Iman istri saya." Tentu aku langsung tersipu mendengarnya.
"Saya..ingin memiliki kamu seutuhnya." Dia berucap.Dadaku mendadak kembali berdebar cepat,pelan-pelan aku mengangguk.
"Silahkan ambil hak Aa,karna itu sudah semestinya."Dan malam itu kewajiban yang selama ini harus dijalani,terjalani.Dengan harapan besarnya,keluarga kecil yang utuh.
Keesokannya aku bangun kesiangan,mungkin sekitar jam 7 pagi,kulihat tempat di sisiku,sudah tidak ada Dokter Dustin di sana,mungkin dia sudah terbangun.
Segera aku bangun dari baringanku di tempat tidur,meraih jilbab instanku dan memakainya dan segera berjalan menuju dapur.Wangi irisan bawang,tepatnya wangi khas nasi goreng mengguar memenuhi ruangan.
Dengan lantunan muratal sural Al-Haqqah mengalun memenuhi seisi dapur,sepertinya itu menjadi pengiring kegiatan masak seseorang.Mungkin saja Bi Onoh,tetapi rasanya Bi Onoh memasak pengiringnya si bukan muratal melainkan lagu dangdut,biasalah emak-emak.Ketika sampai di dapur,yang pertama kali kulihat adalah punggung tegap Dokter Dustin, ingin rasanya aku menangis saat ini juga,rasa-rasanya aku ingin bersujud syukur,ya nanti akan kulaksanakan,rasanya aku sangat bersyukur menjadi istri Dokter Dustin, dia pria yang tampan,mapan,baik bahkan soleh.Lihatlah dimana seseorang mengawali paginya dengan lagu dangdut,rock,pop tetapi dia dengan kalam tuhan yang maha indah.Aku..sangat-sangat mencintai pria itu.
"Eh Ayy,sayang.Sini cobain deh,saya gak tahu kamu suka apa engga sama nasi gorengnya,jadi sebelum saya hidangkan di meja makan kamu cobain dulu deh." Ucapnya.
Aku menghampirinya, senyum lebar tak henti-hentinya terpatri di bibirku,aku sangat-sangat bersyukur menikah dengan pria ini.
"Enak!." Ucapku,sembari mengangkat tinggi-tinggi jempolku di depan mukannya.
Dia terkekeh dengan ujung bibirnya yang sedikit robek dan lebam,ringisannya tidak ada lagi,mungkin sudah sedikit pulih.
"Yasudah kamu bantuin saya hidangkan ya?." Aku mengangguk dan segera membantunya.
Di tengah sarapan tiba-tiba Dokter Dustin menghentikan makannya,membuatku juga ikut berhenti.
"Apa lebih baik kita bikin resepsi pernikahan ya Ayy,ehm pernikahan kita kan tidak.." Sebelum dia melanjutkan ucapanya segera kupotong.
"Tidak A,jangan.Aku maunya kayak gini aja,menurutku itu adalah pernikahan paling sakral,menikah karna kemanusiaan dan menikah di tempat gelaran amal lewat tempat bercat putih penanggung perantara tuhan untuk mempertahankan sisa hidup mereka.Ayi sudah bahagia seperti ini, jadi biarlah seperti ini." Ucapku.
Dia menatapku lekat sepersekian detik,kemudian senyumnya kembali terangkum di wajah tampannya.
"Saya ikuti saja mau kamu,asalkan kamu bahagia." Ujarnya.
"Aku akan selalu bahagia jika sepanjang hidupku dicintai oleh Aa." Aku menatapnya,dan dia juga balas menatapku, lagi-lagi dengan bibirnya yang terangkum dalam senyum.
"Insyallah,sayang!." Hatiku bergetar kembali ketika mendengarnya berkata.
Aku menjerit gembira tatkala dia mendorongku supaya ayunan di halaman depan mengayun maju,suara tawaku sedikit menggema beradu dengan tawa gembira Dokter Dustin yang tengah mendorong ayunan.
"Aa aga kenceng dorongnya,Ayi mau meluncur kayak pesawat." Dan inilah sisi kekanakanku yang sudah keluar.
Dokter Dustin tertawa.
"Iya,iya,nih saya dorong anak kecil." Kemudian dorongannya bertambah sedikit kecang membuatku berteriak gembira lagi.Tiba-tiba Dokter Dustin menghentikan ayunannya,membuatku mengeryit tidak suka.
"Kok berhenti si A?." Tanyaku bingung.
Dia terkekeh.
"Eh anak kecil mau lagi ayunan ya?." Setelahnya dia tertawa sampai terbahak melihat raut marahku."Ih Aa mah,malah mengatawain." Sikutku ku arahkan ke belakang sehingga terbentur dadanya yang bidang.
"Aduh yang kira-kira Ayy,sayang.Sakit nih." Dia meringis sambil mengelus dadanya.
"Abisnya Aa sih nyebelin." Ucapku.
"Yaudah nih,saya ayunkan lagi ya,tapi ayunnya memutar ya?." Mendengar kata ayunkan lagi,aku mengangguk antusias.
Dan mulailah dia memutarkan ayunan hingga melilit memutar,dan melepaskannya hingga aku terputar bebas,rasanya hal sekecil ini bisa membuatku senang bukan main,hingga aku kembali menjerit senang.
Ketika sedang berputar,tiba-tiba putaran itu bertambah kencang,hingga tanpa sadar aku terpelanting jatuh."Ayy!." Suara jeritan itu kudengar dari mulut Dokter Dustin,hingga dia tiba-tiba saja sudah pasang badan,membuatku tidak jatuh terjerembab ke tanah berkerikil,aku jatuh ke pangkuannya dan aman dari tajamnya batu kerikil.
"Shhh.." Suara ringisan sakit dapat kudengar.Kasihan sekali Dokter Dustin terjatuh karna menolongku,hingga pantatnya mungkin langsung terhempas pada kerikil tajam.
Segera saja aku berdiri dan membantunya untuk berdiri juga.
"Aa gapapa?." Dengan bodohnya aku bertanya,sudah tahu sakit masih bertanya.
"Sakit ini pantat saya." Ucapnya sembari meringis.
Aku benar-benar bahagia memilikinya,dia dengan sigapnya melindungiku supaya tidak terluka aku sangat-sangat mengaguminya.
*
*
Sekarang gak banyak ngomong deh wkwk,jangan lupa aja vote and comen nya okeeee...follow juga dahh...Asalammualaikum!.
Love Author.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandung Hati Ayyina(END)
Teen Fiction"Mencintaimu adalah luka,namun mencintaimu juga adalah cinta yang indah".-Ayyina. *** "Saya sadar bahwa saya mencintai kamu,sewaktu kamu tidak ada saya kehilangan kamu,saya kehilangan separuh bagian diri saya,terasa hampa.Maaf telat menyadarinya hin...