٩22(Ext'Part)٩

1.1K 66 0
                                    

Semilir angin terasa berhembus kencang,hingga aku harus membeberkan letak jilbab pashmina berwarna biru dongker yang kukenakan,mataku terus menatap lekat jauh ke arah depan,ke arah gulungan ombak Pangandaran.

Hari ini keluarga kecil kami mengadakan piknik ke pantai Pangandaran,piknik ini terjadi karna si kecil Oba yang menginginkannya,dua minggu yang lalu sang Abi mengajarkan Oba menggambar,dan menggembar pantailah yang dia ajarkan pada Oba,berawal dari situ Oba sangat ingin melihat bagaimana indahnya pantai dan lautan lepas di sana.Tentu saja Abi nya langsung mengabulkan permintaan putra tersayangnya.

"Umi,Umi!." Jeritan riang itu terdengar nyaring,bersamaan dengan angin pantai yang berhembus kencang.

"Sini!." Aku merentangkan tanganku lebar-lebar pada putraku,bermaksud memeluknya.

Tidak lama kemudian dia memelukku dengan erat.

"Umi,Oba mau berbisik." Ucap anak berusia 4 tahun lebih itu,tentunya itu anakku,walaupun usianya masih 4 tahun lebih tetapi aksen bahasanya sudah tertata baik tanpa cadel.

"Iya boleh,anak Umi mau membisikan apa?." Tanyaku padanya,dengan jemari yang mengelus pelan surai coklat tuanya,diwarisi dari Abi nya.

"Umi kata Abi,Umi cantik.Abi sangat menyayangi dan mencintai Umi begitupun Oba,Oba di suruh berbisik sama Abi." Ucapnya dengan berbisik,tepat di telingaku yang terbungkus jilbab.

Senyumku terbit dan bersinar layaknya mentari di pagi hari,hingga aku menolehkan pandang pada tempat tadi aku menggelar tikar di sana.Di sana terlihat Dokter Dustin tengah selonjoran,penampilannya hari ini sangatlah tampan walaupun dengan tampilan pantai yang seadanya,dia hari ini memakai baju pantai berwarna biru dongker senada dengan gamisku,dengan bawahan dia memakai kolor berwarna hitam,seperti itu saja dia sudah tampan.Dan jangan lupakan kacamata hitam yang bertengger di hidung tingginya.

Tiba-tiba dia menolehkan pandang padaku,ketika tatapanku dan tatapan di balik kacamata hitamnya bertemu,debaran itu masih ada bahkan bertambah menggebu,debaran penuh cinta yang sama seperti saat aku pertama kali jatuh cinta padanya.Dan kusimpulkan bawha aku jatuh cinta setiap hari padanya.

"Ayo Oba kita ke Abi." Kepala Oba mengangguk dengan antusias, ketika kugenggam dia malah melepaskannya dan berlari dengan langkah kecilnya menghampiri Abinya.

Ketika sudah sampai,Oba langsung digendong oleh Abinya.Lalu diangkat tinggi-tinggi,dan Dokter Dustin memutarkan dirinya dengan Oba di rengkuhannya,sehingga mereka berdua berputar layaknya pesawat,aku..benar-benar sangat bersyukur atas ini semua,aku percaya Allah maha adil.Terbukti!,dari takdirku yang sakit di awal dan bahagia kemudian.

"Umiiii!!!." Jeritan mereka terdengar berbarengan. Hingga aku berlari mendekati dua pria yang kusayangi.

Dokter Dustin menghentikan ayunannya di badan Oba,lalu dia juga merengkuhku bahkan dia mengangkatku dan juga Oba sehingga kami terbang berputar dalam dekapan Dokter Dustin. Di tengah putaran itu Oba dan Dokter Dustin berteriak..

"Umiiii,Abi dan Oba menyayangi Umi." Setelah perkataan itu ayunan di tubuhku dan Oba terhenti.Sungguh kuat pria itu hingga dapat mengemban beban badanku dan Oba.

Rengkuhan lengan kekarnya kudapatkan di pinggangku,dengan lengan lainnya yang merengkuh Oba.Kali ini kami bertiga tengah berdiri, menghadap pada langit luas tak berujung juga lautan lepas yang juga nampak tidak berujung,seperti cintaku pada suamiku dan anakku,Oba putraku tersayang.

Senyumku terbit,sehingga membuat masing-masing sudut bibirku tertarik ke atas.

"Umi pun!!,menyayangi dan mencintai Abi dan Obaida anak Umi!." Aku balas menjeritkan rasa kasihku pada lautan lepas.

Karena kelelahan berteriak,kami bertigapun duduk,dengan Oba di pangkuanku dan mulai tertidur,dia kelelahan karna terlalu banyak bermain di pantai.

"Ayy." Panggilan Dokter Dustin terdengar bercampur dengan deburan ombar.

"Ya?."

"Saya mencintai kamu,sangat.Saya juga menyayangi Oba,sangat." Ucapnya.Matanya penuh memancarkan kasih sayangnya,hingga hampir meletupan bening air mata berharganya.

"Jangan menangis!." Seruku pelan.

"Bagaimana saya tidak menangis haru,jika Allah begitu baik terhadap saya,dia dengan sangat baiknya memberikan kamu dan Oba dalam hidup saya.Tetap berada di sisiku dan Oba,sayang." Setelahnya dia merengkuhku dalam pelukan hangatnya,hingga beberapa kali dia mengecup pucuk kepalaku dan keningku.

"Ayy juga bersyukur,karna Alllah dengan baiknya memberikan dua pangeran tampan di hidup Ayy." Ucapku sembari bergantian mengelus pipi anakku yang tengah tertidur dalam pangkuanku dan mengelus pipi suamiku.

"Dan semoga Allah mempertemukan kita lagi di kehidupan kedua kita,aku,Oba,Abi dan Teh Nisyah." Kugenggam tangannya ketika mengucapkannya.

"Syah?." Dia bertanya.

Aku mengangguk menimpalinya.
"Iya Teh Nisyah,dia istri pertama kamu, cinta pertama kamu,maka dari itu aku juga ingin bersama dengan Tetehku di surga nanti,bersama kamu dan juga Oba." Jawabku.

Dia kemudian memelukku dengan erat.
"Aku sangat bersyukur pada Allah.Dia memang mulia,dia memang maha baik dan maha adil.Dia sangat baik,mengirimkan kamu yang berhati mulia sebagai bidadari dunia dan akhirat saya nanti.Insyallah!."

"Insyallah!." Kubalas pelukan dia tak kalah erat,dengan Oba di pelukan kami.

Kutahu,bahagia membutuhkan proses.
Bahkan mencintai,dicintai,menyayangi dan di sayangipun butuh proses,seperti aku yang berproses untuk mendapatkan apa yang sekarang kurasakan.

Kebahagiaan!.

Kuharap aku dan keluarga kecilku benar-benar dipertemukan kembali di kehidupan kedua nanti,kehidupan yang sebenarnya, di akhirat sana.

Terimakasi tuhan telah mengirimkan dua pangeran tampan untukku,dan aku amatlah meyayangi dan mengasihi mereka.Sangat!.

Hingga kini catatan hidupku benar-benar kututup,catatan senandung hatiku,senandung hati Ayyina.

Sekali lagi,terimakasi ya Allah!.






*
*

Bonusss extra part buat kalian;), makasih banget atas dukungannya.

Asalammualaikum!!.

Love Author!.

Senandung Hati Ayyina(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang