Seperti biasa kusiapkan air hangat untuk Dokter Dustin mandi,setelahnya aku berjalan menuju dapur berniat membuat sarapan untuknya,hatiku memang masih belum memaafkannya namun aku tetap akan menjalankan kewajibanku sebagai istri.
Pagi ini aku berniat membuat omlete telur,dan sosis goreng kesukaannya,tak lupa kubuatkan sup pula,setiap makan Dokter Dustin selalu ingin ada sayuran,begitulah hidup dengan dokter.Sosis goreng dan Sup telah siap,kusimpan makanan itu di meja makan,aku kembali lagi ke dapur berniat menyelsaikan omeletku.
Tepat ketika aku sedang mendadarkan telur,pelukan dapat kurasakan dari belakang.Mataku terpejam rapat,dalam hati aku memohon pada tuhan,semoga Dokter Dustin tidak menyebutkan nama Teh Nisyah sekarang,di pagi ini,dan ayolah aku tidak ingin mengawali pagi dengan luka hati yang menganga.
"Asalammualaikum,istriku."Deg!,jantungku terpacu cepat,namun tunggu dia belum melanjutkan ucapan,bisa jadi dia akan seperti kemarin.
" Ayy,kamu masak apa?."Betapa terperangahnya aku,dia berkata seperti itu padaku,benar-benar padaku,rasanya aku ingin menangis saat itu juga.Kutiriskan omleteku supaya dingin,dan kutaruh di piring dua porsi omlete itu.Dengan lembut kulepaskan pelukannya,dan dengan debaran jantung yang menggila aku berbalik ke arahnya.
"Walaikumsalam A,sudah bangun ternyata."Ucapku,oh pipi!,mengapa engkau harus memanas.
Dia mengagguk.
"Sudah Ayy,ayo sarapan saya sudah sangat lapar."Ucapnya,dan kuangguki saja." Sini biar saya yang ambil omletenya."Dan dia meraih piring omlete.
Ketika kami berjalan berbarengan dia berhenti sejenak,membuatku ikut berhenti dan menolehkan pandang padanya,dapat kulihat dia terseyum tulus,baru kulihat dia terseyum seperti itu padaku,maksudku selama menikah.Matanya menyempit karna senyumnya.Yang membuatku sedikit kaget,lengan kekarnya itu meraih bahuku,dan merangkulku dengan hangatnya,tangan satunya dia gunakan untuk memegangi piring omlete.
"Insyaallah Ayy,saya akan berusaha menepati perkataan saya,saya akan berusaha membuka hati saya.Saya harap kamu bisa memaafkan saya,dan terimakasih di umur kamu yang sangat belia kamu mau mengabdikan dirimu hanya untuk saya.Saya akan berusaha untuk kamu.Sayang."Betapa tak bisa kutahan tangis haruku,pagi itu aku langsung menubruknya dengan pelukan,dan menangis sesegukan dalam pelukannya.
" Aku maafkan kamu A,aku maafkan kamu."Ucapku sembari sesegukan.
"Aku akan berusaha percaya,bahwa kamu benar-benar berusaha."Kupeluk dia lebih erat." Ya kamu memang tidak perlu langsung percaya,cukup dengan berusaha percayapun saya sudah sangat bersyukur,setidaknya setengah kepercayaan kamu serahkan pada saya,walaupun hanya setengah."Ucapnya,aku hanya diam saja dalam dekapannya,mendengarkan kata-kata yang terlontar dari mulutnya.
Dia merenggangkan pelukan kami ketika sampai di meja makan,betapa lucunya dia waktu itu,tepatnya kita,kita berjalan dari dapur menunu meja makan dengan posisi berpelukan dan piring omlete dipegangnya dengan sebelah tangan Dokter Dustin,hal kecil itu mampu meletupkan kebahagiaan,sungguh.
Dia meraih daguku,membuat wajahku mengarah tepat pada wajahnya,manik berwarna coklat terangnya menembus manik hitamku,aku baru tersadar,ternyata Dokter Dustin memiliki manik coklat terang yang sangat indah,kupikir itu turun dari gen Pipih Jean.Tanpa kuduga,dia menghapus air mata di pipiku,jantungku kembali berdebar.
"Jangan menagis lagi ya?."Tanyanya,aku mengangguk.
Cup!.Dia mengecup keningku,astaga jantungku bisa-bisa lepas di buatnya,betapa bahagianya aku,jika saja dia tidak ada,mungkin aku sudah melompat-lompat gembira.
"Ayo sarapan.Kita hari ini tidak kerja ya Ayy,saya sudah izin."Perkataannya itu membuatku bingung.
" Loh kenapa A?."Tanyaku padanya.
"Kita jalan-jalan ya sayang."Hari itu,dia membuatku benar-benar terbang ke atas awan,menemani burung-burung merpati di atas sana.
" Sudah A,jangan panggil sayang melulu."Aku menunduk malu,dan segera makan setelah meletakkan makanan untuknya di piring.
"Ih Ayy,pipi kamu kok merah gini,malahan seluruh muka Ayy."Ucapnya sambil menoel-noel pipiku.
Kutepis lengannya sembari terkekeh malu.
" Udah A,malu ih."Ucapku sembari menutup muka ku dengan kedua tanganku."Jangan malulah sama suami sendiri."Setelah dia berkata seperti itu,gelakan tawa Dokter dapat kudengar dengan jelas.
Pagi itu kami benar-benar akan berjalan-jalan,tujuannya tidak jauh,hanya ke mall Asia Flaza.Dokter Dustin sudah siap dengan pakaiannya,dia memakai pakaian casualnya,kemeja pendek berwarna putih bergaris kecil biru yang ia masukan,celama bahan hitam,dan sepatu kulit yang selalu ia pakai,berwarna hitam juga.Ah entah kenapa pria selalu menyukai warna hitam.
" Kamu kenapa si liatin saya mulu?."Tanpa kusadari aku melamun sambil memperhatikannya,yang tengah duduk di sofa sambil membaca koran pos Sumedang.
Memalukan!,kenapa bisa aku tidak sadar bahwa aku sedang melamun.Aku nyengir menanggapi ucapannya.
"Hehe,engga ko A."Ucapku.Dia terkekeh.Betapa hangatnya ketika mendengarnya terkekeh.
" Udah ketauan juga masih ngelak."Setelahnya dia tertawa lepas,ketika dia tertawa seperti itu sungguh,nampak sangat menawan.Dan yang kuherankan mengapa dia nampak tidak menua ya?,umurnya seperti terhenti di 25 tahun,bahkan ketika tertawa seperti itu dia nampak lebih muda."Lebih baik kamu cepetan siap-siap Ayy,ini saya sudah siap,masa kamu mau pergi ke mall pakai baju itu."Tuturnya.
Kepalaku menunduk menatap penampilanku,astaga! Benar katanya,masa aku mau pergi ke mall menggunakan kaos bergambar Mickey Mouse,dan celana longgar rumahanku.
" Ehm,aku ganti baju dulu ya A."Dia mengangguk.
Segera saja aku menuju kamarnya,ya karna bajuku semuanya terletak di kamar Dokter Dustin.Saat tiba di depan pintu aku sedikit terkejut,melihat name yang terpasang mesra tak terpasang lagi.Ya namanya dan nama Teh Nisyah,apa dia benar-benar melaksanakan ucapannya?.
Yang membuatku jauh lebih terperangah adalah...,tepat ketika aku masuk,aku tidak menemukan bingkai pernikahannya dengan Teh Nisyah,dia..melepaskannya.Apa Dokter Dustin benar-benar dengan ucapannya?,mulai saat itu kucoba percayai ucapannya.Bingkai itu digantikan dengan bingkai berukuran sedang,namun berukiran indah,ukiran bunga tulip,bunga kesuaanku.Dan yang membuatku ingin menjerit haru adalah,terpasangnya fotoku dan foto Dokter Dustin.Aku masih ingat,foto itu diambil ketika aku dengannya selsai bekerja,ketika Klinik tutup jam 5 sore,fotonya menunjukan ruang tunggu,Dokter nampak memiringkan tubuhnya ke arahku begitupun juga aku,membuat tubuh kita sangat dekat,dan di sana kita sama-sama tersenyum bahagia pada kamera.Dan yang paling berkesan,foto itu menunnjukan profesi kita masing-masing,dia dengan jas putihnya dan aku dengan baju perawatku.
Hari itu aku benar-benar bahagia,Dokter mengajakku nonton,film Dilan 1999 yang kami tonton,film itu baru di rilis di bioskop,katanya ketika nonton film itu dia berasa menjadi muda kembali,ada-ada saja dokter satu itu.Kami juga menghabiskan waktu dengan makan,makan ayam geprek beserta nasinya,sedangkan dia memesan ayam saos tiram bersayur,makanan dokter itu memang selalu bersayur,sehat dan higenis.Selain makan itu kami juga makan burger,setelah aku merengek akhirnya dia mengizinkan,katanya tidak sehat,namun dia mengizinkan juga.
Dokter Dustin juga mengajakku berbelanja,dia membelikanku sepatu sport,berukuran 38,yah semungil itu kakiku,sedangkan sepatunya berukuran 45 benar-benar jumbo.Sepatunya sangat kusuka,tipeku banget.Merknya Nike,bercorak Hitam dan Orange,dia bilang sepatu itu untuk lari pagi.Yah katanya...,sekali-kali kita harus olahraga bareng,dengan sepatu itu tentunya.
.
.
DoubleUpdate!!!,jan lupa vote and comen.Asalammualaikum!!.
Love Author.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandung Hati Ayyina(END)
أدب المراهقين"Mencintaimu adalah luka,namun mencintaimu juga adalah cinta yang indah".-Ayyina. *** "Saya sadar bahwa saya mencintai kamu,sewaktu kamu tidak ada saya kehilangan kamu,saya kehilangan separuh bagian diri saya,terasa hampa.Maaf telat menyadarinya hin...