٩9٩

664 65 6
                                    

Mendung menggelora memenuhi langit kota Sumedang,semuanya nampak sendu,tadi pagi panggilan masuk dari Dokter Dustin di ponselku yang menjadikan hal menyebalkan itu sebagai penyambut pagiku,dia memberitahukan bahwa kondisi Teh Nisyah semakin buruk,dan dia tetap tidak mau dibawa ke rumah sakit besar.

Sungguh aku menghawatirkan Teteh jelitaku,istri orang yang suaminya tidak sepantasnya kucintai,sungguh memalukan diriku ini karna telah mencintai Dokter Dustin.Dengan cepat kukebut motor matic sportku,sampai-sampai kilometer mendekati angka 80,terserah aku tidak takut kalau aku akan jatuh ataupun menabrak orang,yang terpenting sekarang adalah Teteh jelitaku.Aku sudah sangat menyayanginya seperti kakaku sendiri,sejak pertama kali aku mengurusinya.

Di depan,pintu mobil truk tiba-tiba terbuka,apa supir truk sialan itu tidak lihat-lihat ke balakang!.Dan selanjutnya aku terpelanting jatuh,tubuhku terhempas lumayan jauh,oh sakitnya.Kurasakan tangan kananku terbentur beton jalan,sakit kurasa saat itu.

"Neng,neng teu kunanaon?."(Gak apa-apa).Pertanyaan panik itu kudengar.

Kuraba kepalaku,untungnya aku memakai helm,jika tidak kepalaku akan bocor saat itu juga,aku menggeleng.

"Henteu Bu,henteu."(Enggak,Bu,enggak).Ucapku.
" Makasih Bu,udah nolong Saya "Lanjutku,dapat kulihat ibu-ibu itu mengangguk.

Seperti orang kesetanan,aku berlari meraih motorku yang nampak penyok bagian depan,ya karna tadi aku menabrak pintu truk sialan itu!.Dasar supir truk ceroboh.
Aku melajukan lagi motorku setelah berterimakasi pada orang-orang yang berkerumun membantuku.
Denyutan nyeri di tanganku mulai terasa,memar kurasakan menganga di lengan kanan hingga tak dapat kugerakan,sedangkan lengan kiriku nampak goresan-goresan luka,hingga berdarah.

Kuparkirkan sembarang motorku.
" Pak saya minta tolong parkirkan ya."Setelah berucap demikiran,aku berlari menuju ruangan Teh Nisyah.

Malangnya nasib Tetehku,dia tertidur lemah lebih lemah dari sebelumnya,tak kuasa aku melihatnya hingga tumpahlah air mataku,tubuhnya semakin ceking,ya tuhan mengapa harus Teh Nisyah,namun mungkin ini sudahlah jadi takdirnya,kulihat nafasnya nampak sudah tersegal.

"Teteh."Ucapku lirih,kuhampiri dia dan kugenggam tangan lemasnya,tangannya nampak kurus direnggut penyakit.

"Teteh...sepertinya tidak lama lagi di sini De." Betapa dia sudah menganggapku Dedenya,aku sangat menyanyanginya.Tapi kenapa dia begitu cepat,tidak! Teh Nisyah akan bertahan,aku yakin! dan dia harus bertahan.Jika dia sembuh aku akan benar-benar melupakan Dokter Dustin,aku berjanji,dan aku akan bahagia melihat pasangan serasi itu tetap bersama dan mungkin akan menimang putra ataupun putri.

"Sayang,Syah jangan berbicara seperti itu, aku mencintaimu,bertahanlah untukku."Dokter Dustin mendekat,mencium keseluruhan wajah cantik kurus Teh Nisyah, betapa mencintai Teh Nisyah dia.

"Teteh kan sudah anggap saya Dede teteh,maka dari itu Teteh harus kuat.Dede menyayangi Teteh."Lirihku,kuhapus cepat air mata yang lancang turun membasahi pipi.

" Tetehpun,tapi maaf..Teteh..tidak bisa memaksakan semuanya,tolong menikahlah dengan Mas di hadapan Teteh,Teteh..tahu kamu wanita baik-baik..bahkan sangat baik."Aku tertegun mendengar kata tersendat yang keluar dari mulutnya,apa ini?.Aku tidak ingin hidupku jatuh seperti di film ataupun novel fiksi.

"Tidak Sayang,jangan berbicara seperti itu.Aku hanya mencintaimu Sayang tidak dengan orang lain."Entah mengapa itu seperti tertunjuk padaku,hatiku robek mendengar perkataannya.

Tangan lemah Tetehku itu menyatukan dan membuat tanganku dan tangan Dokter Dustin bergenggaman,membuatku terkejut.Aku harus bagaimana!?.

" Aku mohon Mas,ini permintaan terakhirku. "Lirih dan pelan sekali ucapannya.Aku..aku tidak bisa menolak,hanya ini yang kupikir bisa membahagiakannya,menuruti permintaannya.

Kulirik Dokter Dustin dengan takut,dia ragu namun nampak mengangguk samar.
" Saya bersedia."Ucapnya parau.

"De."Panggilan parau dan pelan itu membuatku memfokuskan pandang padanya.

"Iya teh?."Tanyaku,kutahan tangis yang ingin meledak lagi.

" Apa kamu mencintai Mas,jawablah jujur."Dia menatapku penuh harap.

"Saya..saya, memang mencintai Dokter Dustin,bahkan sejak pertama kali saya bertemu dengannya."Mataku terpejam menahan semuanya yang terasa berkecamuk.

" Aku bersyukur kamu mencintai Mas,Mas De aku mohon menikahlah."Ucapnya dengan nada yang bertambah parau dan lirih.

Hingga saat itu tuhan mengatakan takdirku benar-benar dengannya,Dokter Dustin, aku benar-benar menikah dengannya,pria yang kucintai,namun tidak dengan dia,dia tidak mencintaiku!.Teh Nisyah terbaring lemah,menyaksikan keinginannya terwijud,penghulu yang entah bisa datang darimana mulai menjabat tangan Dokter Dustin dan ternyata itu penghulu salah satu pembesuk pasien rumah sakit.

"Saya nikahkan engkau dengan Ayyinah binti Dinar,dengan surah Ar-Rahman beserta pusaka merah putih di bayar tunai." Hatiku berdegup.Tak kusangka bahwa pernikahanku akan seperti ini.Dengan surah kesukaanku Ar-Rahman,beserta bendera pusaka yang ia suguhkan.Itupun benda pusaka yang dibeli Abangnya untuk di kibarkan di halaman klinik,dan jatuhnya menjadi ganti mas kawin yang tidak tersedia.

"Saya terima nikahnya Ayyina binti Dinar,dengan surah Ar-Rahman beserta pusaka merah putih di bayar tunai."Itulah aku,itulah aku yang sudah menjadi istri.

Aku menangis sesegukan,karna tepat ijab selsai dilaksanakan Teteh terkasihku meninggalkan dunia.

Saat itu,kuamati terus nisannya,masih nisan kayu sebelum di ganti dengan yang bagus.Kuusap terus pahatan nisan itu,aku sungguh telah menyayanginya,bahkan aku berani bersumpah.

" Orang suruhan saya sudah mengambil barang-barang kamu,mulai sekarang kamu tinggal bersama saya."Aku tidak tahu,apa aku siap ataupun tidak.Semuanya begitu mendadak.

"Pulang."Ucapnya sembari menarikku untuk berdiri,aku mengangguk menuruti.

Aku tahu,cintanya hanya dan terdapat pada Teh Nisyah seorang,bukan padaku ataupun orang lain.Wajar saja dia menjadi beku padaku.
Sesampainya di rumahnyapun,dia hanya diam,matanya memerah bekas menangis,pertama kali aku melihatnya menangis,bahkan sampai terisak pilu,begitu kehilangannya dia,begitupun juga aku,walaupun baru seminggu bertemu tetapi aku sudah sangat menyayanginya.

Bahkan mertuanya serta orangtuanya sangat-sangat ketara kehilangan gadis berparas malaikat itu,orang tua Teh Nisyah kuketahui bernama Mellema Mare,itu nama sang ayah.Dan ibundanya bernama Alena Mellema,dan kuketahui ternyata nama lengkap Tetehku tersayang adalah Meriam Anisyah Mellema,nama Anisyah diberikan oleh sang nenek yang memang orang Indonesia.Dan begitu beruntungnya mereka mau menerimaku,tanpa membuka tikar permusuhan.

Dan saat itu juga mula aku mengetahui nama orangtua suamiku,Ayu Al-Iman itu nama sang Mimih yang memang berasal dari Jawa,tepatnya Jogja,sedangkan Pipihya bernama Jean Marais Al-Iman. Sang abang bernama Omar Austin Al-Iman, hingga tahulah aku silsilahnya.

Aku tak mampu menegurnya,tepatnya takut.Kubiarkan dia duduk di ruang tengah seraya memandang kosong lurus ke depan,mungkin mengenang masa-masa bersama sang istri jelita.
Aku ke dapur membawa segelas air putih,kuberanikan diri menghampirinya.

"Dok."Dia menoleh padaku hanya sekilas,benar-benar sekilas.
" Minumlah dulu."Ucapku,dia tak menghiraukanku,dia malah memilih melangkah menaiki tangga menuju lantai dua,mungkin ke kamarnya.

Aku mencintainya,sangat.Namun tidak dengannya,cintanya hanyalah istri pertamanya.

Tbc.

Senandung Hati Ayyina(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang