02

146 44 1
                                    

Hari ini adalah hari Senin, Lily dan Ibel mulai kembali bersekolah setelah weekend nya. Nampak Lily yang tengah menuruni anak tangga dengan menggunakan seragam sekolahnya dan menggendong tas punggunya serta beberapa buku ditangannya.

"Morning kakak, ini roti selai coklat kesukaan kakak! Tadi aku looh yang buat." Kata Ibel seraya menyodorkan piring yang berisi roti dengan selai coklat kesukaan Lily.

"Thank you sayang." Lily mencium kening Ibel dan duduk disebelah gadis itu.

Menurut Lily, tidak ada harta yang harus dijaga selain adik semata wayangnya ini. Dia sangat menggemaskan, pintar dan cantik. Dia adalah satu-satunya harta yang paling berharga dari sekedar rumah mewah serta isi yang ada dalam rumahnya ini.

"Ini susu coklat untuk non Lily dan non Ibel." Ucap bi Narsih yang baru saja datang dari dapur.

"Terimakasih bi." Ucap Lily dan Ibel kompak.

Setelah menyelesaikan sarapan, Lily dan Ibel segera bergegas menuju sekolah bersama Pak Dirman supir pribadi Lily dan Ibel.

"Lily sama Ibel berangkat sekolah dulu ya bi, nanti kalau ada tugas mendadak atau Lily harus pulang sore dan gak bisa jemput Ibel nanti Lily kabari bibi dan pak Dirman."

"Baik non, non Lily dan non Ibel hati-hati dijalan ya."

Lily hanya senyum dan menaiki mobil untuk menuju sekolah. Dalam perjalanan hanya ada alunan musik dan diluar pun sudah sangat ramai orang yang berlalu-lalang untuk beraktivitas.

"Kak, kemarin aku liat Sania diantar dan dijemput mamanya. Bahkan Minggu lalu Sania bersama Mama dan Papa nya pergi berlibur. Ibel kapan bisa seperti Sania ya kak?" Tanya Ibel polos dan berhasil memecahkan keheningan dalam mobil tersebut.

"Kan kamu ada kak Lily, lagipun kita bisa berlibur bersama bukan? Ibel mau kemana, pantai, mall atau wahana bermain? Nanti kita ajak Bi Narsih dan Pak Dirman juga."

Lily berusaha sebisa mungkin untuk tenang menjawab pertanyaan adiknya itu, ya dia tau bahwa jawabannya dapat membuat Ibel kecewa. Namun apa boleh buat jika kenyataannya adalah orangtua mereka selalu sibuk dengan pekerjaannya.

"Wah iya non, kebetulan bapak teh udah lama enggak jalan-jalan. Apalagi ke pantai, asik non bisa main pasir." Jawab Pak Dirman antusias.

Lily dan Ibel hanya tertawa kecil melihat tingkah Pak Dirman. Beruntung sekali mereka masih mempunyai Pak Dirman dan Bi Narsih yang selalu ada untuk mereka, bahkan Pak Dirman dan Bi Narsih sudah dianggap seperti keluarga bagi Lily dan Ibel.

"Tapi akan jauh lebih menyenangkan jika kita bisa bermain ombak dan pasir bersama Mama dan Papa." Kata Ibel dengan suara polosnya.

"One day, kita akan pergi berlibur bareng Mama dan Papa." Ucap Lily untuk meyakinkan adiknya itu.

Tak lama merekapun sampai di gerbang sekolah Ibel, dan Ibel pun turun dari mobil untuk segera masuk kedalam kelas. Setelah itu hanya ada keheningan didalam mobil menuju sekolah Lily.

"Non, bapak teh gak tega liat non Lily sama non Ibel yang selalu gak punya waktu sama tuan dan nyonya." Ucap pak Dirman memecah keheningan.

"Mau gimana pak, sekuat apapun aku larang mereka untuk gak kerja dan berlibur aja mereka masih akan tetap memilih dokumen dan para klien nya itu."

Lily dan Ibel memang sering mengajak orangtuanya untuk pergi berlibur, untuk sehari saja mereka ingin merasakan quality time bareng keluarga. Namun tetap pekerjaan yang menjadi prioritas Julia dan Wily.

"Nah non udah sampai, nanti mau dijemput jam berapa non?" Tanya Dirman saat tiba di gerbang sekolah Lily.

"Nanti Lily kabari ya Pak." Ucap Lily, kau turun dari mobil menuju kelas.

Saat berjalan menuju kelas, Lily dikagetkan dengan kedatangan sahabatnya Eva, Lala dan Joan.

"Hey, ngelamun aja nih." Teriak Joan sambil menepuk bahu Lily.

Joan adalah satu-satunya cowo dalam geng itu, walaupun Lily tidak menganggap diri mereka mempunyai geng. Tetap saja banyak yang iri akan persahabatan mereka yang selalu kompak satu sama lain. Dan Joan adalah lelaki tampan nan dingin jika bersama orang lain, beda halnya dengan ketiga sahabatnya itu.

"Iya nih, Lily gak dikasih uang jajan ya?" Ledek Lala pada Lily.

Lala adalah wanita berhijab yang mempunyai tubuh gempal, dan dia sangat cerdas namun terkadang kecerdasan nya tidak berlaku jika bersama dengan para sahabatnya.

"Ye enak ajah, gw jajan kali. Masa iya seorang Lily Angela Pratama yang paling cantik ini dibiarkan kelaparan karena enggak jajan." Sergah Lily dengan disertai candaan.

" Cantik dari mana? Dari lobang sedotan iya." Saut Eva disertai gelak tawa dari Lala dan Joan.

Dan Eva adalah gadis cantik dan juga agak tomboi, dia sangat-sangat pemberani diantara Lily dan Lala. Sikap tomboi dan pemberani nya itu turun dari sang ayah yang merupakan seorang abdi negara angkatan laut. Jadi tak heran jika Eva, adik serta kakaknya sudah mahir dalam seni bela diri untuk melindungi satu sama lain termasuk ibunya.

Mereka tau kalau Lily hanya berpura-pura bahagia dan tidak mempunyai masalah, namun mereka enggan membahas karena tau kalau Lily akan terpuruk dan sedih semakin dalam.

"Yaudah yuk ah masuk kelas! Bentar lagi kan upacara." Ajak Lily kepada ketiga sahabatnya itu.

Mereka pun akhirnya menuju kelas bertepatan dengan bel masuk berbunyi.

Saat ini semua murid sedang dikumpulkan dilapangan untuk mengikuti upacara rutin setiap hari Senin pagi. Saat sedang mendengarkan pidato dari kepala sekolah, tiba-tiba ada yang tidak enak pada tubuh Lily. Dan akhirnya...

Kira-kira apa yang terjadi ya sama Lily?
Dan apakah Lily akan baik-baik saja?
Nantikan cerita selanjutnya!
Dan jangan lupa untuk vote cerita pertamaku ini, agar selalu bersemangat menulisnya setiap hari. :)
Terimakasih ❣️

Lily 'another life' (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang